10 June 2021 4002
Reasuransi Jiwa

Infeksi Jamur Hitam pada Penderita COVID-19

Akhir-akhir ini, berita tentang adanya kasus infeksi jamur hitam pada penderita COVID-19 sedang marak dilaporkan. Pada bulan Maret 2021 lalu, telah dilaporkan adanya sekitar 41 kasus infeksi jamur hitam yang ditemukan pada pasien COVID-19, di mana 70% di antaranya di temukan di India. Per-akhir Mei 2021 kemarin, di India sendiri telah dilaporkan adanya lebih dari 10,000 penderita COVID-19 yang juga mengalami infeksi jamur hitam. Hal tersebut tentunya semakin menambah kekhawatiran kita akan pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai ini, karena, infeksi jamur hitam dapat memperburuk prognosis dari penderita COVID-19.
 
Sebenarnya, apa sih, yang dimaksud dengan infeksi jamur hitam?

9e20c2365e001ef8aa39e6d32f66aa0a

 
Infeksi jamur hitam alias Mucormycosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang mana dapat menginfeksi manusia dalam derajat yang cukup berat, dengan mempertimbangkan bahwa infeksi tersebut bersifat invasif. Infeksi jamur hitam sendiri memiliki angka mortalita yang cukup tinggi, yakni, sekiat 46 – 96%, tergantung dengan lokasi dan derajat keparahan infeksinya. Jamur hitam ini umumnya hidup secara bebas di lingkungan yang lembab seperti tanah, atau pada bahan organik yang telah membusuk, seperti pada buah serta sayuran yang membusuk. Selain itu, jamur hitam ini juga dapat hidup di dalam tubuh manusia, karena jamur hitam ini mampu bertahan pada suhu tubuh manusia dan pada lingkungan asam, seperti pada jaringan atau organ tubuh yang rusak.
 
Penularan infeksi jamur hitam ini dapat terjadi melalui tiga jalur. Yang pertama adalah, si penderita secara langsung menghirup spora jamur hitam dari lingkungan tempat si jamur hitam hidup. Melalui jalur penularan ini, umumnya si penderita akan mengalami infeksi pada rongga sinus, paru-paru, wajah, mata, dan otak. Jalur penularan yang kedua adalah si penderita memakan makanan yang terkontaminasi spora jamur hitam. Melalui jalur penularan ini, umumnya si penderita akan mengalami infeksi serta gangguan pencernaan. Jalur penularan yang ketiga adalah kulit si penderita mengalami kontaminasi spora jamur hitam. Hal ini umumnya terjadi apabila si penderita sebelumnya telah memiliki luka pada kulit, kemudian luka tersebut terkotori dan terkontaminasi spora jamur hitam. Walaupun ternyata infeksi jamur hitam ini memiliki beragam jalur penularan, kita masih dapat sedikit berlega hati, karena sampai saat ini masih belum ada bukti bahwa infeksi jamur hitam ini dapat ditransmisikan antara manusia.
 
Tanda serta gejala dari infeksi jamur hitam ini akan berbeda, tergantung dari lokasi infeksinya. Misalnya, infeksi jamur hitam pada paru-paru akan menyebabkan penderitanya mengalami demam, batuk, dan sesak nafas. Lain halnya jika infeksi jamur hitam ini menyerang rongga sinus dan mata, di mana penderitanya akan mengalami demam, nyeri kepala, nyeri sinus, dan gangguan penglihatan yang tidak jarang juga dapat menyebabkan kebutaan. Sementara itu, infeksi jamur hitam yang terjadi pada kulit akan menyebabkan penderitanya mengalami ruam dan luka pada kulit, dan infeksi jamur hitam pada saluran penceraan akan menyebabkan penderitanya mengalami demam, mual, muntah, serta perdarahan saluran pencernaan. Jika infeksi jamur hitam yang dialami oleh penderita telah sangat berat atau mencapai otak, maka si penderita akan mengalami gejala berat yang bersifat sistemik, termasuk di antaranya adalah defisit neurologis.
 
Nah, bagaimana caranya kita dapat terhindar dari infeksi jamur hitam ini?
 
Yang perlu kita ingat adalah, hampir semua infeksi yang disebabkan oleh jamur bersifat oportunistik, yang mana artinya, infeksi jamur kemungkinan besar akan diderita oleh orang dengan sistem imun yang kurang baik, misalnya, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, penderita kanker, orang dengan riwayat transplantasi organ, orang dengan sel darah putih yang rendah (neutropenia), orang yang sedang mengalami luka bakar, orang yang baru mengalami trauma, cedera, atau baru menjalani operasi, serta orang-orang yang mengkonsumsi obat immunosuppressant. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita.
 
Nah, apa hubungannya infeksi jamur hitam ini dengan COVID-19?
 
Berdasarkan data statistik yang ada, 94% dari pasien COVID-19 di India memiliki penyakit komorbid diabetes, dengan 67% di antaranya merupakan diabetes yang tidak terkontrol. Diabetes merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai organ, sehingga, diabetes sendiri pun sudah merupakan suatu pemberat pada penderita COVID-19. Berdasarkan data statistik yang ada pula, penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes cenderung menderita COVID-19 dengan gejala berat, termasuk di antaranya peradangan sistemik yang membutuhkan terapi anti-inflamasi steroid. Dengan demikian, penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes memiliki risiko berlapis untuk mengalami penekanan sistem imun, sehingga, penderita tersebut akan semakin rentan mengalami infeksi jamur hitam.
 
Penderita COVID-19 pada umumnya akan mengalami kerusakan barrier mukosa pada tubuhnya, terutama pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menyebabkan mudahnya terjadi infeksi sekunder, seperti infeksi bakteri dan infeksi jamur. Pasien COVID-19 dengan derajat berat juga cenderung rentan mengalami ‘badai sitokin’ yang mana dapat mencetuskan terjadinya kerusakan organ tubuh, dan seperti yang telah dijelaskan di atas, jaringan organ tubuh yang rusak merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
 
Hal yang menjadi highlight pada kondisi ini adalah penderita COVID-19 akan mengalami berbagai gangguan fungsi dan sistem tubuh, serta penekanan sistem imun, terlebih lagi jika dia juga memiliki penyakit komorbid. Oleh karena itu, penderita COVID-19 akan menjadi ‘kandidat ideal’ untuk mengalami infeksi jamur hitam. Terlebih lagi jika saat ini kita melihat kondisi dan penanganan COVID-19 di India, di mana fasilitas kesehatan mereka sudah sangat kewalahan dan pasien pun pada akhirnya tidak diletakkan di tempat yang layak. Hal ini semakin menambah kekhawatiran, terutama dengan mengingat bahwa tempat perawatan penderita COVID-19 yang tidak memadai (lembab dan kotor) juga dapat memudahkan penderita terkontaminasi spora jamur hitam melalui jalur udara, makanan, maupun luka yang dideritanya.
 
Nah, apakah Indonesia berpotensi untuk menjadi ‘the next India’ dalam hal wabah infeksi jamur hitam?
 
Sejak berakhirnya libur dan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri di bulan Mei 2021 kemarin, sayangnya, Indonesia kembali mengalami peningkatan angka penambahan kasus COVID-19 harian. Memang, mungkin belum seberat sebelumnya di mana penambahan kasus harian mencapai belasan ribu. Namun, sudah sepantasnya kita mengkhawatirkan tren peningkatan ini, karena, tenaga dan fasilitas kesehatan di Indonesia hampir dipastikan akan kolaps jika kondisi COVID-19 di Indonesia ‘menggila’ seperti di India.
 
Kasus di India ini seharusnya menjadi pengingat agar kita menjadi lebih patuh dan konsisten dalam penerapan protokol kesehatan. Kita kembali harus mengingat bahwa vaksin semata tidak dapat melindungi kita dari pandemi ini. Virus ini akan senantiasa berkembang setiap harinya, demikian pula dengan infeksi serta komorbid-komorbid lain yang selalu mengintai. Hanya dengan kepatuhan serta konsistensi kita bersama dalam menerapkan protokol kesehatan, kita akan dapat mengendalikan pandemi ini, sekaligus turut membantu tenaga dan fasilitas kesehatan Indonesia agar tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
 

********

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id