Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit yang dikarakteristikan oleh pembesaran prostat. Penyakit ini tentunya ada pada pria, karena wanita kan tidak punya prostat. Kondisi ini umum terjadi pada pria berusia 40 tahun ke atas.
Sumber gambar : wikipedia
Lokasi kelenjar prostat dekat dengan organ-organ saluran kemih, sehingga jika seseorang mengalami pembesaran prostat, gejala yang umumnya muncul adalah gangguan pada saluran kemih seperti tidak dapat menahan keinginan berkemih, peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari, rasa nyeri pada saat berkemih, gangguan aliran urine, rasa tidak tuntas selesai berkemih, dan adanya darah pada urine.
Diagnosis BPH ditegakkan dokter melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan klinis yang dilakukan adalah pemeriksaan digital rectal di mana dokter akan memasukkan jari ke rectum pasien untuk melihat apakah teraba pembesaran prostat atau tidak. Jika ada kecurigaan ke arah itu, dokter akan melakukan serangkaian test seperti pemeriksaan urine (umumnya ditemukan darah), pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan prostate specific antigen (PSA). PSA ini merupakan substansi yang diproduksi oleh prostat. Umumnya, tingginya level PSA berbanding lurus dengan besarnya ukuran prostat.
Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan USG prostat, cystoscopy, atau biopsy prostat. Biopsy biasanya dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan pencitraan pada prostat dan didapatkan kecurigaan adanya keganasan pada prostat. Jadi untuk membedakan apakah pembesaran prostatnya bersifat jinak (alias BPH), atau ganas (mengarah ke kanker prostat).
Sumber gambar : urologyhealth
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan pembesaran prostat?
Seperti yang telah ditulis di atas, pembesaran prostat umum terjadi pada pria usia 40 tahun ke atas. Banyak penelitian menyimpulkan kalau pembesaran prostat dipengaruhi oleh keseimbangan hormon. Yang mana semakin tua usia seseorang, kondisi hormonnya dapat menjadi kurang stabil. Pada wanita juga seperti itu kan? Risiko penyakit-penyakit yang terkait hormon, seperti kanker payudara, akan muncul pada usia 40 tahunan.
Selain usia, faktor risiko seperti riwayat keluarga, gaya hidup, serta penyakit cardiovascular juga menjadi faktor risiko untuk terjadi BPH. Penelitian menyebutkan kalau pria penderita diabetes dan penyakit jantung lebih berisiko terkena BPH dibanding pria yang tidak menderita diabetes dan penyakit jantung.
BPH umumnya masih bisa diterapi dengan medikamentosa, terutama untuk kasus yang masih bertaraf ringan-sedang. Pemberian alpha blockers, seperti uroxatral, Cardura, dan Flomax, terbukti dapat meredakan gangguan pada saluran kemih. Sedangkan pemberian 5-alpha reductase inhibitors, seperti proscar dan Avodart, dapat menstabilkan hormon dan mencegah perbesaran prostat lebih lanjut.
Pembedahan juga dapat dilakukan pada BPH, terutama yang sudah level sedang-berat. Biasanya pembedahan direkomendasikan dokter pada penderita yang sudah mengkonsumsi medikamentosa namun tidak ada perbaikan yang signifikan. Bisa juga diberikan pada penderita dengan gangguan saluran kemih yang berat, atau pada BPH yang telah mengakibatkan komplikasi seperti disfungsi ereksi.
Untuk para lelaki, BPH merupakan kondisi yang umum terjadi pada usia 40 tahunan. Artinya, saat kalian berusia 40 tahun, risiko kalian untuk menderita BPH menjadi cukup tinggi. Apalagi BPH juga disebabkan oleh faktor hormone yang tidak dapat kita kendalikan sepenuhnya. Jika dari faktor usia dan faktor hormon susah dikendalikan, maka kita harus mengendalikan apa yang dapat dikendalikan. Seperti membatasi konsumsi kafein dan alkohol yang dapat memperburuk fungsi ginjal. Juga selalu menerapkan gaya hidup sehat yang selain mencegah BPH juga dapat mencegah berbagai penyakit lain.
********