Hyperventilation Syndrome
Hyperventilation Syndrome (HVS) merupakan kondisi di mana kita mengalami hiperventilasi –bernafas terlalu cepat dan terlalu dalam- sehingga tubuh kita mengalami berbagai perubahan, baik secara fisik maupun mental seperti sesak nafas, sensasi kencang atau tertekan pada dada, sensasi kesemutan pada jari, lengan, dan mulut, kekakuan otot, tangan yang gemetar, nyeri kepala, kepala berputar, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, mual, nyeri perut, gelisah, dan perasaan cemas.
HVS dapat disebabkan oleh banyak hal, namun, pada sebagian besar kasus, HVS disebabkan dan dipicu oleh adanya stress atau gangguan kecemasan. Saat mengalami stress atau kecemasan, kita cenderung bernafas dengan menggunakan otot-otot dada. Hal tersebut mengakibatkan rongga dada mengembang secara berlebih dan lama kelamaan pola pernafasan akan menjadi terganggu. Saat terjadi gangguan pola pernafasan, proprioceptor pada paru-paru dan dinding dada akan mengirimkan sinyal ke otak kalau tubuh sedang mengalami ‘suffocation’ sehingga tubuh kita akan bereaksi dengan memunculkan tanda dan gejala yang disebutkan di atas.
Jika melihat banyaknya tanda dan gejala yang sangat jelas dari HVS di atas, mungkin penegakkan diagnosis dari HVS terlihat relatif mudah. Namun sayangnya, menegakkan diagnosis HVS tidak semudah melihat tanda dan gejalanya saja. Hal tersebut karena tanda dan gejala di atas merupakan tanda dan gejala yang bersifat tidak spesifik, alias dapat terjadi pada banyak penyakit atau gangguan kesehatan selain HVS. Oleh karena itu, sebelum menegakkan diagnosis HVS, dokter akan melakukan anamnesis dengan dalam, pemeriksaan fisik dengan mendetail, serta berbagai pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis lain sebelum akhirnya berlabuh ke HVS. Beberapa pemeriksaan lanjutan yang umum dilakukan adalah analisa gas darah, pemeriksaan EKG, serta pemeriksaan spirometry.
Bagaimana cara menangani Hyperventilation Syndrome?
Yang pertama kali harus kita ingat lagi, lagi, dan lagi adalah kita harus benar-benar telah menyingkirkan kemungkinan penyakit lain sebelum menegakkan diagnosis HVS. Banyak kasus yang luput dari diagnosis atau golden period treatment karena dokter menyatakan bahwa pasien tersebut mengalami HVS. Padahal, pasien tersebut mengalami penyakit yang ‘lebih serius’ dari HVS seperti serangan jantung yang tentunya membutuhkan penanganan serius dengan segera.
Itulah mengapa HVS harus ditangani secara komprehensif. Penanganan dari kasus HVS umumnya melibatkan ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari dokter umum, dokter spesialis paru atau penyakit dalam, psikolog, hingga psikiater. Para ahli tersebut akan menegakkan diagnosis HVS, mengidentifikasi penyebab HVS, serta menangani HVS dengan komprehensif, mulai dari menangani gejalanya, mengatasi penyebabnya, hingga mencegah terjadinya komplikasi dari HVS.
Salah satu penanganan yang paling umum dari HVS adalah memperbaiki teknik pernafasan. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penderita HVS umumnya bernafas dengan menggunakan otot-otot dada, yang mana dapat menyebabkan peningkatan volume residual paru sehingga volume tidal paru tidak dapat tercapai dengan maksimal. Hal tersebut lama kelamaan akan menyebabkan gangguan pola pernafasan yang akan menyebabkan sesak nafas. Apalagi, penggunaan otot dada secara berlebih juga dapat memicu kram dan nyeri pada otot dada sehingga pasien dapat mengalami nyeri dada dan nyeri saat bernafas. Untuk menangani kondisi ini, pasien harus berlatih untuk bernafas dengan menggunakan otot diafragma, yang mana dapat menurunkan laju pernafasan dan membuat pernafasan menjadi lebih efektif.
Pada beberapa kasus, dokter juga akan meresepkan obat-obatan seperti benzodiazepine dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) yang mana bertujuan untuk meredakan stress. Namun yang perlu diingat, pengobatan farmakologik hanya diperuntukkan untuk pengobatan fase akut. Untuk fase maintenance, pasien lebih direkomendasikan untuk melakukan latihan teknik pernafasan, fisioterapi, atau psikoterapi.
Yang paling penting dari penanganan HVS adalah mengatasi penyebabnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, HVS dapat ditrigger oleh adanya stress atau kecemasan. Untuk dapat mengatasi HVS secara total, pasien harus mengatasi penyebabnya terlebih dahulu. Untuk hal ini, pasien direkomendasikan untuk dapat memperoleh bantuan dari psikolog atau psikiater. Pasien umumnya akan direkomendasikan untuk melakukan teknik relaksasi atau olahraga ringan seperti yoga dan meditasi. Bantuan dari keluarga serta orang-orang terdekat juga tak kalah penting dalam hal ini. Pasien juga harus memperbaiki gaya hidupnya, seperti rutin berolahraga dan mengkonsumsi diet yang seimbang. Hanya dengan mengatasi penyebabnya, HVS dapat benar-benar teratasi dan kualitas hidup dari pasien diharapkan dapat membaik seperti sedia kala.
***