06 March 2017 4836

Penyakit Virus Zika

Sepertinya sekarang sedang booming dan sering disebut, apa sih sebenarnya Penyakit Virus Zika itu?

Penyakit Virus Zika adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Zika yang persebarannya melalui gigitan nyamuk spesies Aedes. Virus Zika adalah rantai tunggal virus RNA dari Flaviviridae family, genus Flavivirus. Virus Zika pertama kali ditemukan tahun 1947 dan pertama kali dilaporkan adanya infeksi Virus Zika pada manusia di tahun 1952. Sejak saat itu, wabah Penyakit Virus Zika mulai dilaporkan di berbagai daerah tropis di seluruh dunia, seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Kepulauan Pasifik.

Pada bulan Mei 2015, Pan American Health Organization (PAHO) mengeluarkan peringatan akan adanya wabah Penyakit Virus Zika ketika dilaporkan adanya insiden Penyakit Virus Zika di Brazil. Pada tanggal 1 Februari 2016, WHO menyatakan Penyakit Virus Zika sebagai suatu kegawatdaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional/public health emergency of international concern (PHEIC). Transmisi lokal telah dilaporkan pada berbagai negara dan diperkirakan wabah akan menyebar ke daerah-daerah lainnya.

 

 

Bagaimana cara penularan dan penyebaran Penyakit Virus Zika?

Virus Zika ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes yang telah terinfeksi. Nyamuk genus Aedes ini adalah nyamuk yang sama dengan nyamuk yang mentransmisikan Virus Dengue, Chikungunya, dan Yellow Fever. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di wadah rumah tangga yang mengandung air. Nyamuk ini biasanya menggigit pada siang hari, baik di dalam maupun luar ruangan. Namun selain ditransmisikan melalui gigitan nyamuk, ditemukan adanya 2 laporan transmisi Virus Zika melalui hubungan seksual dan temuan keberadaan Virus Zika pada cairan mani.

Transmisi perinatal, in utero, seksual, dan transfuse darah juga dilaporkan. Oleh karena itu, jika wanita hamil terjangkit Penyakit Virus Zika, maka harus dilakukan investigasi khusus untuk mendeteksi adanya kemungkinan terjadinya infeksi kongenital dan abnormalitas neurologis.

Lalu, bagaimana cara untuk menegakkan diagnosis Penyakit Virus Zika itu?

Diagnosis pasti Penyakit Virus Zika hanya dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium untuk mencari keberadaan RNA Virus Zika, dengan sampel darah atau cairan tubuh lainnya, seperti urine atau ludah.

Untuk menegakkan diagnosis Penyakit Virus Zika, yang harus diperhatikan adalah:

  1. Gejala klinis yang tampak
  2. Riwayat berpergian ke area endemic Penyakit Virus Zika
  3. Aktivitas dalam beberapa waktu ke belakang, misalnya perilaku seksual, menerima transfuse darah, atau beraktivitas di luar ruangan
  4. Pemeriksaan laboratorium menggunakan sample serum dan plasma untuk mendeteksi adanya virus, asam nukleat virus, virus-specific immunoglobulin M, dan neutralizing antibodies.

Apa saja gejala dari Penyakit Virus Zika itu? Kemudian pengobatan apa yang dapat dilakukan?

Masa inkubasi Penyakit Virus Zika belum dapat dipastikan, namun diperkirakan terjadi selama beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan serupa dengan infeksi arbovirus lainnya, seperti Penyakit Dengue, di mana meliputi gejala-gejala seperti demam, ruam kulit, konjungtivitis, nyeri sendi dan otot, kelelahan, serta nyeri kepala. Gejala-gejala tersebut biasanya bersifat ringan dan berlangsung selama beberapa hari.

Orang yang terjangkit Penyakit Virus Zika biasanya hanya mengalami gejala ringan dan tidak memerlukan pengobatan khusus selain beristirahat dengan cukup, mencukupi kebutuhan cairan, serta obat-obatan untuk menurunkan demam dan rasa nyeri (misalnya, acetaminophen). Bahkan, banyak yang tidak menyadari kalau mereka terjangkit Penyakit Virus Zika. Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Virus Zika juga sangat jarang dilaporkan. Sekali seseorang terinfeksi, seumur hidup mereka akan memiliki proteksi terhadap Virus Zika. Jika dirasakan gejala memberat atau timbul komplikasi, dapat menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan. Saat ini, belum ditemukan vaksin untuk mencegah Penyakit Virus Zika.

Penggunaan aspirin dan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) harus dihindari hingga kemungkinan Penyakit Dengue dapat disingkirkan untuk dapat menghindari terjadinya risiko perdarahan.

Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari Penyakit Virus Zika?

Selama terjadi wabah Penyakit Virus Zika di Brazil pada tahun 2013 dan 2015, otoritas kesehatan nasional Brazil melaporkan adanya potensi komplikasi neurologis dan autoimun dari Penyakit Virus Zika. Dilaporkan adanya temuan peningkatan insidensi Guillain-Barré syndrome dan kelahiran bayi dengan kondisi microcephaly (ukuran kepala lebih kecil dari normal) bersamaan dengan Penyakit Virus Zika. Hingga saat ini, penelitian untuk mencari korelasi antara Penyakit Virus Zika dengan Guillain-Barré syndrome dan <i style=" background-image: url("http://indonesiare.co.id/assets/mz_ckeditor/plugins/link/images/anchor.gif?t=95MI"); background-position: center center; background-repeat: no-repeat; border: 1px solid rgb(169, 169, 169); width: 18px; height: 18px; masih terus berlangsung.

Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah terjangkit Penyakit Virus Zika?

Nyamuk dan tempat perkembangbiakannya merupakan potensi ancaman adanya Virus Zika. Pencegahan dan pengendalian penyebaran Virus Zika dapat dilakukan melalui pembersihan area perkembangbiakan nyamuk sehingga mengurangi potensi terjadinya kontak antara nyamuk pembawa Virus Zika dan manusia.

Hal-hal yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Penggunaan insektisida secara rutin
  2. Menggunakan baju yang menutupi tubuh semaksimal mungkin (terutama yang berwarna terang)
  3. Menggunakan physical barrier, seperti penutup jendela serta tidak lupa menutup pintu dan jendela
  4. Jika perlu, dapat menggunakan proteksi pribadi tambahan, seperti tidur di dalam mosquito net saat siang hari
  5. Mengosongkan, membersihkan, dan menutup wadah-wadah yang dapat menampung air
  6. Membersihkan area yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti pot bunga dan ban bekas
  7. Wisatawan yang akan melakukan perjalanan, terutama ke daerah yang terjangkit wabah Penyakit Virus Zika, harus mampu melindungi dirinya dari ancaman gigitan nyamuk.

Insektisida yang digunakan harus mengandung DEET (N, N-diethyl-3-methylbenzamide), IR3535 (3-[N-acetyl-N-butyl]-aminopropionic acid ethyl ester) atau icaridin (1-piperidinecarboxylic acid, 2-(2-hydroxyethyl)-1-methylpropylester). Petunjuk penggunaan insektisida harus diperhatikan dan diikuti dengan sungguh-sungguh. Perhatian dan bantuan khusus harus diberikan kepada golongan yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri dengan sempurna, misalnya anak-anak, lansia, dan orang dengan disabilitas.

Selama masa wabah, otoritas kesehatan biasanya melakukan penjadwalan penyemprotan insektisida rutin. Insektisida yang direkomendasikan oleh WHO Pesticide Evaluation Scheme juga dapat digunakan sebagai larvasida untuk disemprotkan pada wadah penampung air yang besar.

Author

Admin