Serba-Serbi Vitamin D
Jika ditanya tentang vitamin apa yang penting bagi kesehatan tubuh kita, tentunya pertama kali, pikiran kita akan tertuju pada vitamin C. Padahal, vitamin itu banyak jenisnya lho, tidak hanya vitamin C saja. Salah satu vitamin yang ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita adalah vitamin D. Yuk, kita membahas tentang vitamin D lebih dalam.
Vitamin D adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam lemak yang memiliki peranan penting bagi tubuh kita untuk memelihara kesehatan tulang, otot, otak, jantung, dan sistem kekebalan tubuh kita. Vitamin D merupakan salah satu nutrisi yang juga merupakan pro-hormon, yang artinya, vitamin D sebenarnya dapat diproduksi sendiri oleh tubuh kita. Sinar matahari yang terpapar ke tubuh kita akan diserap oleh kulit kita dan kemudian akan diolah sedemikian rupa hingga menjadi senyawa vitamin D. Sebagian dari kebutuhan vitamin D kita memang telah terpenuhi melalui proses tersebut, namun tetap saja, untuk benar-benar memenuhi kebutuhan vitamin D kita perlu mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D seperti ikan, telur, keju, susu, jamur, dan kacang-kacangan.
Walaupun secara teori sangat mudah bagi kita untuk mendapatkan asupan vitamin D –tinggal berjemur saja, hehehe-, masih cukup banyak orang yang mengalami kekurangan vitamin D. Hal ini umumnya terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup, atau ada kondisi tertentu pada tubuh yang menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin D, seperti penyakit radang usus dan malabsorpsi. Selain itu, ada pula beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan vitamin D, seperti misalnya intoleransi laktosa, obesitas, menjalani diet vegan atau vegetarian, dan sedang menjalani pengobatan atas kondisi autoimmune atau infeksi HIV-AIDS.
Memangnya, berapa banyak sih kebutuhan tubuh kita akan vitamin D?
Berdasarkan rekomendasi angka kebutuhan gizi dari Kementrian Kesehatan, vitamin D perlu dikonsumsi sebanyak 15 mikrogram (mcg) per hari oleh anak-anak, remaja, dan orang dewasa hingga usia 65 tahun. Sedangkan untuk lansia di atas usia 65 tahun, dosis vitamin D yang dianjurkan adalah 20 mcg per hari. Jika kebutuhan tersebut tidak tercukupi, maka orang tersebut akan mengalami kondisi yang dinamakan defisiensi vitamin D.
Defisiensi vitamin D atau kekurangan vitamin D adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mendapatkan asupan vitamin D secara cukup. Ini bisa terjadi karena yang bersangkutan kurang mengonsumsi makanan atau minuman yang merupakan sumber vitamin D, atau jarang terpapar sinar matahari.
Defisiensi vitamin D tidak memiliki tanda atau gejala spesifik, namun, ada beberapa tanda dan gejala yang memang umumnya mengarah ke defisiensi vitamin D. Seperti misalnya, bayi dan anak-anak yang mengalami defisiensi vitamin D dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala sebagai berikut:
? Sesak napas
? Kram dan kejang otot
? Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
? Terlambat tumbuh gigi dan berjalan
? Nyeri pada otot dan tulang
? Bentuk tulang kaki yang tidak lurus/membengkok
? Mudah terserang penyakit
Pada orang dewasa, defisiensi vitamin D umumnya ditandai dengan beberapa gejala berikut:
? Sering mengalami nyeri otot, nyeri punggung, dan nyeri tulang
? Tulang rapuh atau mudah patah, meskipun tidak mengalami cedera berat
? Mudah terserang penyakit infeksi, seperti flu
? Tubuh mudah lelah atau lelah berkepanjangan
? Suasana hati yang buruk, atau menunjukkan gejala depresi
? Luka yang sulit sembuh
? Kerontokan rambut
Tanda dan gejala dari defisiensi vitamin D di atas tidak spesifik, alias bisa menyerupai tanda dan gejala dari penyakit lain. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis defisiensi vitamin D, penderita perlu memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui kadar vitamin D di dalam tubuh.
Permasalahan dari defisiensi vitamin D adalah kondisi tersebut sulit dan lambat terdeteksi. Padahal, jika dibiarkan berlarut-larut, defisiensi vitamin D berpotensi menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang bahkan dapat berakibat fatal bagi kita. Beberapa penelitian menunjukkan semakin tinggi kadar vitamin D dalam tubuh, semakin rendah risiko orang tersebut untuk menderita penyakit diabetes mellitus (DM) tipe 2. Apalagi, jika orang tersebut sebelumnya memang sudah menderita DM tipe 2, kemungkinan untuk terjadi komplikasi akan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan defisiensi vitamin D dapat menghambat sekresi dari insulin dan meningkatkan terjadinya intoleransi glukosa. Selain itu, anak-anak yang mengalami defisiensi vitamin D kronis juga berpotensi untuk terkena DM tipe 1.
Defisiensi vitamin D juga diduga dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Menurut sebuah penelitian, salah satu manfaat yang dapat diberikan oleh vitamin D kepada tubuh adalah mencegah terjadinya kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker payudara. Hormon aktif vitamin D yang bernama calcitriol diduga dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker dengan meningkatkan kematian sel kanker, memperlambat pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah baru di jaringan kanker, serta mengurangi pertumbuhan, pertambahan, dan penyebaran sel kanker.
Defisiensi vitamin D juga dapat menyebabkan kelainan pada sistem kekebalan tubuh kita. Selama bertahun-tahun, para ahli menduga adanya hubungan antara sinar matahari, kadar vitamin D, dan gangguan autoimun yang berpotensi merusak sistem saraf. Salah satunya, ada sebuah penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh dengan risiko seseorang terkena multiple sclerosis (MS).
Yang tak kalah penting adalah mencegah terjadinya defisiensi vitamin D pada wanita hamil dan anak-anak. Wanita hamil yang mengalami defisiensi vitamin D berisiko mengalami sejumlah komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional, preeklampsia, dan kelahiran prematur. Sedangkan pada anak-anak, defisiensi vitamin D berpotensi mengakibatkan terjadinya rakitis atau pelunakan tulang.
Mengingat pentingnya peranan vitamin D bagi kesehatan kita, kita harus memastikan tubuh kita tidak mengalami defisiensi vitamin D. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan vitamin D, seperti susu sapi, susu kedelai, yogurt, telur, dan minyak ikan. Selain itu, makanan laut seperti ikan sarden dan tuna, juga merupakan sumber vitamin D yang baik untuk dikonsumsi. Kita juga harus memastikan bahwa kita mendapatkan cukup sinar matahari dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi selama 20-30 menit, setidaknya sebanyak dua kali dalam seminggu. Jika diperkirakan dua hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan vitamin D kita, maka kita dapat mengkonsumsi suplemen vitamin D. Meski demikian, patut diingat bahwa asupan vitamin D hanya boleh dikonsumsi sesuai kebutuhan. Hal tersebut karena vitamin D adalah jenis vitamin yang larut lemak, yang mana, mengakibatkan kelebihan vitamin D akan ditumpuk di dalam tubuh. Penumpukan vitamin D berlebih pada tubuh tentunya bukan hal yang baik, karena lama-kelamaan juga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.
***