Presenter Indra Bekti diberitakan mengalami perdarahan otak, yang menyebabkannya kehilangan kesadaran di stasiun siaran radio. Keluarga dan rekan kerja Indra Bekti menyampaikan bahwa perdarahan yang dialami oleh Indra Bekti telah mencapai dan mempengaruhi batang otaknya, sehingga menyebabkan Indra Bekti masih mengalami beberapa ketidakmampuan bahkan setelah menjalani tindakan pembedahan. Kondisi Indra Bekti yang mendapatkan perawatan di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta, pun sampai saat ini diberitakan masih memerlukan perawatan intensif di ruang ICU.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan perdarahan batang otak yang dialami oleh Indra Bekti?
Batang otak alias brain stem merupakan bagian otak yang menghubungkan otak besar (cerebrum) dengan otak kecil (cerebellum) dan sumsum tulang belakang (spinal medulla). Batang otak terletak di area belakang bawah atau dasar otak, dan berbentuk seperti tangkai atau batang bunga. Inilah yang menyebabkan bagian ini dikenal sebagai ‘batang’ otak.
Otak sendiri merupakan organ tubuh yang vital dan kompleks, yang berperan sangat besar dalam pengaturan dan pengendalian anggota tubuh dan organ tubuh. Pun demikian dengan batang otak, yang bersama dengan cerebrum dan cerebellum, turut membantu otak untuk mengatur dan mengendalikan berbagai organ tubuh dan anggota gerak tubuh. Batang otak juga membantu otak untuk memproses informasi yang sampai kepada otak. Selain itu, batang otak juga berperan dalam pengaturan dan pengendalian fungsi dasar tubuh seperti detak jantung, pernafasan, tekanan darah, alertness, menelan, mencerna, batuk, bersin, muntah, tidur, kesadaran, dan artikulasi bicara.
Dengan peranannya yang vital terhadap fungsi tubuh, batang otak pun memiliki beberapa lapisan pelindung yang dapat membantu melindunginya dari kerusakan dan gangguan. Meskipun demikian, batang otak juga tetap dapat mengalami kerusakan dan gangguan fungsi, seperti stroke batang otak, tumor batang otak, dan trauma batang otak. Namun, pada artikel ini, kita akan lebih fokus membahas tentang stroke batang otak, ya.
Stroke batang otak terjadi ketika supply darah pada pembuluh darah yang menuju ke batang otak mengalami gangguan atau berhenti secara total. Kondisi ini ditandai dengan adanya gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan bicara, gangguan menelan, vertigo, gangguan keseimbangan, dan gangguan kesadaran. Selain itu, penderita juga dapat mengalami kebas/mati rasa atau kesulitan dalam menggerakkan bagian tubuh tertentu.
Stroke batang otak secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu stroke ischemic dan stroke hemorrhagic. Stroke ischemic disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak, yang menyebabkan penurunan supply darah ke otak dan batang otak. Terganggunya supply darah turut menimbulkan gangguan supply oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada sel-sel saraf di bagian yang terdampak, sehingga, fungsi tubuh yang terkait dengan bagian terdampak itupun dapat mengalami gangguan fungsi.
Berdasarkan statistik yang ada, stroke ischemic ini merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi. Penderita stroke ischemic pada umumnya merupakan penderita dari penyakit atau kondisi kronis lainnya, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dyslipidemia, kelainan darah, aritmia, atau memiliki kebiasaan merokok.
Sementara itu, stroke hemorrhagic yang dikenal sebagai stroke perdarahan, merupakan stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak. Perdarahan yang muncul dari pecahnya pembuluh darah tersebut akan menyebabkan munculnya gumpalan darah, yang menekan jaringan otak di sekitarnya. Pada akhirnya, otak dan batang otak dapat mengalami pembengkakan, bahkan dapat terjadi herniasi otak.
Sebagian besar kasus pecah pembuluh darah otak disebabkan oleh aneurisma otak, yaitu kondisi di mana terjadi pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak, sebagai akibat dari melemahnya dinding pembuluh darah (ballooning). Apabila ‘balon’ tersebut robek dan pecah, perdarahan dapat terjadi. Aneurisma otak ini merupakan salah satu kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera, dengan tujuan untuk mencegah pecahnya pembuluh darah atau mengevakuasi perdarahan yang muncul akibat pecahnya pembuluh darah. Selain itu, pecah pembuluh darah otak juga dapat disebabkan oleh hipertensi, arteriovenous malformation, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, dan riwayat konsumsi narkoba.
Meskipun merupakan kondisi yang jelas tidak dapat diremehkan, stroke batang otak sayangnya seringkali lambat tertangani lantaran tidak adanya gejala yang khas. Penderita stroke batang otak umumnya mengalami nyeri kepala, pusing, dan lemas secara tiba-tiba, yang mana gejala-gejala tersebut juga umum didapatkan pada penyakit lainnya. Meskipun demikian, apabila penderita gejala-gejala tersebut memiliki faktor risiko yang dapat mengarah ke stroke batang otak, maka sebaiknya penderita segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Terutama, apabila gejala-gejala tersebut disertai oleh gejala-gejala yang patut diwaspadai seperti kesulitan bernafas, kebas/mati rasa, gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuh, kesulitan berjalan, atau penurunan kesadaran.
Penanganan yang dilakukan pada penderita stroke batang otak berbeda antara stroke ischemic dengan stroke hemorrhagic. Dalam kasus stroke ischemic, dokter akan memberikan obat-obatan untuk memecah gumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Selain itu, dokter juga umumnya memberikan obat anti-koagulan atau pengencer darah untuk mencegah terulangnya pembentukan gumpalan darah, yang nantinya dapat menyumbat pembuluh darah kembali. Sebagai tambahan, dokter juga akan memberikan obat-obatan yang dapat mengatasi kondisi komorbid yang mungkin ada, misalnya, pada penderita dengan komorbid gangguan irama jantung, maka dokter akan memberikan obat anti-aritmia.
Sementara itu, prinsip penanganan dalam kasus stroke hemorrhagic adalah pengendalian perdarahan, pencegahan atau pengendalian kejang, pengendalian tekanan darah, dan pengendalian intracranial pressure (ICP). Untuk mengendalikan tekanan darah, dokter akan memberikan obat anti-hipertensi. Sementara untuk mengendalikan ICP, dokter akan memberikan mannitol intra-vena untuk mencegah atau mengatasi pembengkakan pada jaringan otak, yang disebabkan oleh adanya perdarahan. Pemberian obat-obatan tersebut sangat direkomendasikan untuk diberikan dalam waktu enam jam setelah terjadinya perdarahan atau munculnya gejala, untuk memastikan penderita bisa mendapatkan manfaat optimal dari obat-obatan tersebut.
Dalam kasus tertentu, dokter dapat melakukan tindakan yang lebih bersifat invasive seperti pembedahan untuk mengevakuasi perdarahan dan mengendalikan ICP. Beberapa kondisi yang merupakan indikasi pembedahan pada kasus stroke hemorrhagic di antaranya adalah onset stroke kurang dari delapan jam, volume perdarahan 20 – 50 ml, skor Glasgow Coma Scale (GCS) antara 9 – 12, dan usia pasien antara 50 – 69 tahun. Tindakan pembedahan dilakukan dengan craniotomy, dan umumnya diikuti dengan pemasangan shunt, sebagai drainase residu perdarahan.
Dalam proses pengobatan, penderita umumnya akan menjalani perawatan intensif di ICU karena penderita memerlukan observasi ketat. Setelah kondisi akut terlewati, penderita umumnya direkomendasikan untuk menjalani fisioterapi dan rehabilitasi medik untuk melatih kemampuan motorik dan kemampuan lainnya yang sebelumnya mengalami gangguan, seperti menelan atau berbicara.
Komplikasi yang harus dihindari pada kasus stroke batang otak adalah kematian batang otak, yaitu, kondisi di mana batang otak sudah tidak dapat berfungsi sama sekali sehingga menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran dan tidak mampu bernafas. Dalam kondisi ini, penderita akan membutuhkan bantuan pernafasan melalui ventilator. Meskipun demikian, kasus kematian batang otak umumnya memiliki prognosis yang kurang baik, karena kemampuan otak secara umum telah hilang dan potensi terjadinya kematian otak secara keseluruhan relatif besar.
Selain kematian batang otak, komplikasi yang juga diupayakan untuk dihindari adalah masuknya penderita ke status vegetatif. Meskipun penderita yang masuk ke dalam status vegetatif masih dapat bernafas tanpa bantuan ventilator dan masih dapat menunjukkan respon seperti mengedipkan mata atau menggerakkan jari, namun penderita umumnya tidak tanggap terhadap kondisi sekitar.
Kembali ke kondisi yang dialami oleh Indra Bekti.
Indra Bekti ditemukan kehilangan kesadaran usai meminta izin ke toilet di lokasi siaran radio di sela kegiatan siaran. Berdasarkan informasi dari pihak keluarga, Indra Bekti memang telah mengeluhkan pusing selama beberapa hari sebelum kejadian tersebut. Sayangnya, kondisi yang kurang fit tersebut tidak membuat Indra Bekti mengurungkan kegiatannya dan Indra Bekti justru tetap memaksakan diri untuk tetap bekerja. Selain itu, Indra Bekti juga diinfokan tengah menjalani pengobatan akibat hipertensi selama setahun ke belakang.
Prof. Dr. dr. Yuda Turuna, Sp.S (K) selaku Guru Besar Bidang Kesehatan sekaligus Dokter Spesialis Saraf dari Unika Atma Jaya menyampaikan bahwa kejadian perdarahan otak cukup sering terjadi pada saat penderita berada di toilet, di mana kejadian tersebut dapat ditrigger oleh penderita yang sedang mengejan terlalu kuat dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Prof. Yuda menyampaikan bahwa penderita hipertensi yang telah menderita hipertensi cukup lama umumnya mengalami ballooning atau penipisan pada dinding pembuluh darahnya. Peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan rupture alias pecah pada pembuluh darah tersebut. Lantaran otak berada di dalam tengkorak yang keras, perdarahan yang muncul dari pecah pembuluh darah tersebut akan menekan jaringan dan struktur di sekitarnya, dan pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan ICP.
Stroke memang sebuah kondisi yang tidak dapat kita prediksi kehadirannya. Meskipun demikian, karena kita telah mengetahui faktor risiko yang dapat mencetuskan terjadinya stroke, kita dapat mengupayakan agar kita tidak mengalami faktor-faktor risiko tersebut. Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan stroke adalah mengkonsumsi makanan bernutrisi yang rendah lemak dan rendah garam, berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan paparan asap rokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan menghindari penggunaan obat-obatan terlarang.
Bagi rekan-rekan yang ternyata telah memiliki salah satu atau lebih faktor risiko dari stroke –misalnya, hipertensi-, maka sangat disarankan agar dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk dapat mengetahui dan mengendalikan faktor risiko yang ada. Bagi rekan-rekan yang sebelumnya tidak memiliki faktor risiko pun, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin tentu tetap bermanfaat. Semakin cepat kita mengetahui risiko yang ada, semakin besar kemungkinan risiko tersebut dapat dikendalikan dan komplikasi dapat dihindari.
Stay safe and healthy, semuanya!