Pada awal pandemi COVID-19, hampir semua pihak berpendapat bahwa berpergian dengan pesawat terbang merupakan suatu super spreading event, di mana risiko terjadinya transmisi COVID-19 antar penumpangnya sangatlah tinggi. Namun ternyata, berbagai penelitian yang dilakukan telah membuktikan bahwa risiko terjadinya transmisi COVID-19 pada penerbangan lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko terjadinya transmisi pada aktivitas harian lain seperti makan bersama dengan orang yang tidak tinggal serumah, bekerja di kantor, berbelanja di pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
Sumber foto: www.freepik.com
Saat ini, seiring dengan mulai diputarnya roda perekonomian kembali, pemerintah dari berbagai negara telah kembali mulai membuka pelayanan penerbangan kembali, walau dengan beberapa pembatasan dan pemberlakuan peraturan tambahan. Dalam hal ini, penerapan protokol kesehatan dan kepatuhan penumpang atas protokol tersebut menjadi kunci dari pencegahan risiko transmisi COVID-19 di penerbangan.
Tidak dipungkiri, kabin pesawat merupakan suatu ruang tertutup yang memiliki keterbatasan atas akses ventilasi udara dan cahaya matahari, yang mana, dapat meningkatkan risiko replikasi SARS-CoV-2 dan transmisinya antara penumpang. Untuk mengurangi risiko ini, pemerintah bekerja sama dengan maskapai penerbangan untuk merumuskan protokol kesehatan serta penggunaan fasilitas yang tepat.
Beberapa maskapai internasional telah melakukan pengujian atas beberapa teknologi baru yang dinilai mampu untuk memperkecil risiko terjadinya transmisi COVID-19 di pesawat. Sebagai contoh, American Airlines melakukan proses disinfeksi dengan produk anti-microbial generasi terbaru yang memiliki kemampuan disinfektan lebih baik. Selain itu, Maskapai All Nippon Airways (ANA) melakukan uji coba penggunaan suatu alat baru yang akan membuat penumpang dapat menggunakan fasilitas toilet pesawat secara hands-free. Inovasi ANA ini telah diuji coba sebelumnya di Haneda Airport dan menerima feedback positif dari penggunanya.
Irfan Setiaputra selaku Direktur Utama Garuda Indonesia menyampaikan bahwa sistem sirkulasi udara yang digunakan pada pesawat udara menggunakan High-Efficiency Particulate Air (HEPA) filter, yang memiliki kemampuan filtrasi patogen dari udara dengan sangat baik, sehingga mampu membersihkan udara dengan lebih baik dan cepat. Selain itu, sirkulasi udara pada kabin pesawat terjadi secara vertikal, yang mana mampu membantu mencegah penyebaran virus antara penumpang.
Sumber foto: www.freepik.com
Selain itu, maskapai juga telah menerapkan beberapa pembatasan dan pengaturan lainnya, seperti pengurangan kapasitas penumpang menjadi 50 – 70% dari kapasitas awal, mewajibkan penumpang untuk menjalani pemeriksaan rapid atau swab dan mengisi deklarasi kesehatan sebelum dapat melakukan penerbangan, melakukan disinfeksi dan sterilisasi pesawat sebelum penumpang naik dan setelah penumpang turun, melakukan pengecekan suhu tubuh sebelum penumpang memasuki bandara dan menaiki pesawat, melakukan pengosongan kursi tengah untuk membatasi jarak antara tempat duduk penumpang, serta mewajibkan penumpang untuk selalu menggunakan masker selama penerbangan.
Pemilihan masker yang akan digunakan selama penerbangan juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya transmisi. Sebagaimana yang telah kita ketahui, beberapa jenis masker seperti masker scuba, masker kain single-layer, serta masker buff memiliki kemampuan filtrasi serta efektivitas yang sangat rendah dalam memberi perlindungan terhadap terinfeksi SARS-CoV-2. Oleh karena itu, kita harus menggunakan masker yang memiliki kemampuan penyaringan yang sangat baik selama penerbangan, seperti masker bedah tiga-lapis, masker kain dengan filter tambahan, atau masker N95. Selain itu, penggunaan face-shield juga dapat kita pertimbangkan dengan mengingat bahwa masker tidak melindungi mata kita dari potensi eksposur virus.
Sumber foto: www.freepik.com
Selama penerbangan, kita juga sepatutnya bisa melakukan penjagaan tambahan seperti melakukan disinfeksi pada benda-benda sekitar kita –seperti armrest, sandaran kursi, dan tray table-, menghindari melepas masker –seperti saat makan atau minum-, tidak melakukan kontak langsung dengan penumpang lainnya, dan meminimalisir penggunaan toilet. Tidak hanya selama penerbangan, sebenarnya, perilaku hati-hati juga harus kita terapkan sejak kita berada di bandara, seperti saat antri proses check in atau antri imigrasi, di mana kita dapat menghindari kerumunan dan menjaga jarak dengan orang-orang lain.
Tempat teraman di kondisi pandemi seperti ini adalah di tempat tinggal kita masing-masing. Namun, tidak semua orang memiliki privilege untuk tetap berada di tempat tinggalnya. Beberapa di antara kita masih harus berpergian ke luar rumah, bahkan ke luar kota atau luar negeri untuk kepentingan yang tak dapat dihindari. Oleh karena itu, tetaplah konsisten dalam melakukan protokol kesehatan, serta jagalah kesehatan dan kekebalan tubuhmu dengan sebaik-baiknya.