03 November 2022 3963
Reasuransi Jiwa

Covid Subvarian XBB dan XBC

Setelah sempat mengalami penurunan selama beberapa minggu terakhir, jumlah kasus harian Covid di Indonesia kembali tercatat mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut semakin terlihat sejak diumumkannya keberadaan Covid Subvarian XBB di Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2022 lalu. Pada tanggal 31 Oktober 2022 lalu, jumlah kasus harian Covid mencapai 2,457 kasus, dengan positivity rate untuk PCR test-only sebesar 28.36% dan positivity rate untuk all-test sebesar 10.30%. Kedua positivity rate tersebut tentunya mengkhawatirkan, karena jauh di atas ambang batas aman positivity rate yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu 5%.

Apakah sebenarnya Covid Subvarian XBB ini, sehingga dapat kembali menyebabkan lonjakan kasus Covid?
Covid Subvarian XBB dikenal juga sebagai Covid Subvarian BA.2.10. Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya, pada dasarnya, virus secara alami akan terus mengalami mutasi dan melahirkan varian-varian serta subvarian-subvarian baru. Hal serupa juga terjadi pada Covid Subvarian XBB, di mana, berdasarkan studi-studi yang ada, subvarian ini diperkirakan merupakan recombinanct dari dua Subvarian Omicron yang sebelumnya telah beredar.

Berdasarkan data yang masih relatif terbatas keberadaannya, Covid Subvarian XBB tidak menyebabkan gejala yang berbeda ataupun lebih berat ketimbang varian-varian maupun subvarian-subvarian sebelumnya. Data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Covid Subvarian XBB dilaporkan ‘hanya’ mengalami gejala ringan seperti yang dialami oleh penderita Covid Omicron. Beberapa gejala yang banyak dilaporkan di antaranya adalah demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, dan nyeri otot.

Kemunculan Covid Subvarian XBB sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena meskipun baru teridentifikasi di Indonesia, subvarian ini sebelumnya telah terlebih dahulu teridentifikasi di Singapore, Thailand, Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan USA. Beberapa negara tersebut bahkan telah mengidentifikasi keberadaan Covid Subvarian XBB sejak bulan Agustus 2022 lalu.

Di Singapore, kemunculan Covid Subvarian XBB telah menyebabkan peningkatan kasus harian yang sangat signifikan. Beberapa hari terakhir ini, Singapore mencatat lebih dari 9,000 kasus per-harinya. Subvarian XBB dilaporkan telah menjadi varian/subvarian yang mendominasi kasus Covid di Singapore, yaitu 54% dari seluruh kasus yang tercatat selama bulan Oktober 2022. Dominasi yang terjadi dalam waktu singkat tersebut membuktikan bahwa Covid Subvarian XBB memang memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi, bahkan diestimasikan lebih tinggi ketimbang kecepatan transmisi varian dan subvarian sebelumnya.

Meskipun memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi, Singapore tidak mencatat adanya peningkatan angka rawat inap dan fatalitas akibat kemunculan Covid Subvarian XBB. Hal ini dilaporkan sangat berbeda jika dibandingkan dengan dampak yang disebabkan oleh Covid Omicron BA.5 yang sempat mencatatkan angka rawat inap sebanyak 800 pasien sepanjang bulan Juli 2022 lalu.

Rendahnya angka rawat inap dan fatalitas di Singapore disinyalir diakibatkan oleh cakupan Vaksinasi Covid yang sangat meluas di Singapore. Sebagian besar warga Singapore telah menerima dosis lengkap dan bahkan dosis booster Vaksin Covid. Inilah yang menyebabkan Singapore cenderung lebih ‘santai’ dalam menghadapi ancaman badai gelombang baru Covid yang diperkirakan dapat mencapai 20,000 – 25,000 kasus harian. Terlebih lagi, masyarakat Singapore mayoritas telah memiliki awareness yang sangat baik dalam menyikapi pandemi, termasuk dalam penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, pemeriksaan mandiri, dan pelaksanaan isolasi.

Di Indonesia, kasus Covid Subvarian XBB pertama kali teridentifikasi di Nusa Tenggara Timur. Serupa dengan penderita Covid Subvarian XBB lainnya, penderita ini juga dilaporkan ‘hanya’ mengalami gejala ringan, seperti nyeri tenggorokan, batuk, pilek, dan nyeri otot. Hingga saat ini, di Indonesia telah dilaporkan empat kasus terkonfirmasi Covid Subvarian XBB, dan semua penderita dilaporkan ‘hanya’ mengalami gejala ringan saja. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan tetap meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi gejala lebih berat yang dapat diderita oleh kelompok rentan, seperti lansia, balita, dan penderita komorbid.

Bagaimana dengan Covid Subvarian XBC?

Sedikit berbeda dengan Subvarian XBB yang diperkirakan merupakan recombinanct dari dua Subvarian Omicron, Subvarian XBC diperkirakan merupakan recombinant dari Subvarian Omicron BA.2 dan Varian Delta (B.1.617.2). Rekombinasi inilah yang menyebabkan kekhawatiran bagi khalayak, karena Varian Omicron dikenal sebagai varian yang memiliki kecepatan transmisi sangat tinggi, sementara Varian Delta dikenal sebagai varian yang memiliki fatalitas tinggi.

Sejauh ini, Covid Subvarian XBC memang belum ditemukan di Indonesia. Meskipun demikian, Covid Subvarian XBC telah teridentifikasi di salah satu negara tetangga kita, yaitu Philippine. Pada tanggal 18 Oktober 2022 lalu, Philippine telah mengumumkan keberadaan kasus Covid Subvarian XBB sebanyak 81 kasus dan kasus Covid Subvarian XBC sebanyak 193 kasus. Sebagian besar kasus tersebut dilaporkan merupakan kasus transmisi lokal. Fakta transmisi lokal tersebut kembali mencuatkan kekhawatirkan akan tingginya kemampuan transmisi dari Covid Subvarian XBB dan XBC.

Dalam menyikapi kehadiran Covid Subvarian XBB dan XBC ini, Kementerian Kesehatan Philippine meminta masyarakat untuk kembali meningkatkan kewaspadaannya, terutama, dengan mempertimbangkan adanya fakta bahwa kedua subvarian ini memiliki potential immune-escape characteristic, yang membuat kedua subvarian tersebut mampu untuk ‘melarikan diri’ dari antibodi yang telah terbentuk dari pemberian vaksinasi atau riwayat infeksi sebelumnya.

Bagaimana kita harus menyikapi kehadiran kedua subvarian ini?

Kita harus mengingat bahwa pada dasarnya, semua varian dan subvarian SARS-CoV-2 memiliki metode pencegahan yang sama, yaitu penerapan protokol kesehatan yang baik dan konsisten. Oleh karena itu, selama kita menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan konsisten, kita tidak perlu terlalu khawatir terhadap ancaman transmisi Covid Subvarian XBB maupun XBC. Terlebih jika kita telah mendapatkan vaksinasi Covid dosis lengkap dan dosis booster, maka, risiko kita apabila pun terinfeksi juga akan menjadi lebih ringan.

Prof. Tjandra Yoga Aditama selaku Mantan Direktur WHO Asia Tenggara turut menyoroti lonjakan kasus Covid akibat kemunculan Subvarian XBB di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Singapura, dan Philippine. Prof. Tjandra juga menyarankan agar Pemerintah dan Kementerian Kesehatan mempertimbangkan penggunaan vaksin bivalent sebagai bagian dari upaya pencegahan perluasan transmisi Covid Subvarian XBB dan XBC. Rekomendasi tersebut disampaikan atas pertimbangan Vaksin Bivalent yang merupakan Vaksin Covid generasi terbaru, yang mampu bekerja melawan dua strain SARS-CoV-2 sekaligus, yaitu original strain (Wuhan Strain) dan Omicron Strain, seperti BA.4 dan BA.5.

Dengan harapan bahwa Vaksin Bivalent ini mampu membendung lonjakan kasus Covid akibat Varian Omicron dan subvarian-subvariannya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah mengeluarkan izin penggunaan untuk dua jenis Vaksin Bivalent, yaitu Vaksin Bivalent Pfizer dan Vaksin Bivalent Moderna. Vaksin Bivalent Pfizer dapat diberikan bagi individu berusia 12 tahun ke atas, sementara Vaksin Bivalent Moderna dapat diberikan bagi individu berusia 18 tahun ke atas.

Selain protokol kesehatan dan vaksinasi, hal terpenting yang harus kita ingat adalah kita harus memiliki attitude yang positif terhadap situasi pandemi. Walaupun sempat dan saat ini pun situasi Pandemi Covid masih relatif terkontrol, kita harus mengingat bahwa pandemi belum benar-benar berakhir. Covid memang sudah bukan merupakan ancaman kesehatan sosial lagi, namun tetap merupakan penyakit yang sebaiknya kita waspadai dan hindari. Sebisa mungkin, tetaplah menerapkan protokol kesehatan, terutama pada tempat dan situasi yang berpotensi meningkatkan risiko kita untuk terpapar. Ingatlah bahwa dengan kita menjaga diri kita, berarti kita juga telah turut menjaga orang-orang di sekitar kita, terutama orang yang mungkin lebih rentan dari pada kita.
Stay safe and healthy, semuanya

***

 

Sumber artikel:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6352034/saran-eks-bos-who-ke-ri-saat-covid-singapura-ngegas-lagi-diserang-omicron-xbb
https://www.gmanetwork.com/news/topstories/metro/848981/octa-xbb-variant-possibly-the-cause-of-ncr-covid-19-spike-in-september/story/
https://www.rappler.com/nation/what-we-know-covid-19-omicron-xbb-subvariant-xbc-variant-philippines/
 
 

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id