04 March 2019 10226

Gangguan Psikosomatis

Apakah kamu sudah pernah mendengar tentang gangguan psikosomatis?
 
Psikosomatis sebenarnya merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu kata psyche (pikiran atau mental) dan soma (tubuh atau fisik). Jika dari kata-kata yang membentuknya, gangguan psikosomatis berarti gangguan yang melibatkan pikiran dan tubuh, atau adanya penyakit pada tubuh yang dapat disebabkan, dipicu, atau diperparah dengan adanya faktor psikis.
 
Sumber foto: https://thesaurus.plus/synonyms/psychosomatic
 
Dalam istilah psikologis, gangguan psikosomatis merujuk kepada gangguan fungsional yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau gangguan pada fungsi tubuh, walaupun pada pemeriksaan kesehatan tidak ditemukan adanya kelainan. Oleh karena itu, gangguan psikosomatis relatif sulit untuk ditegakkan diagnosisnya karena memang tidak ada kriteria objektif yang dapat dijadikan landasan diagnosisinya.

Salah satu hipotesis yang dapat menjelaskan gangguan psikosomatis adalah emosi negatif yang dapat mempengaruhi sistem otonom tubuh, keseimbangan hormon, serta imunitas tubuh, sehingga jika seseorang merasakan emosi negatif yang berlebih, maka dia akan lebih rentan terkena penyakit. Misalnya, saat kita merasa cemas, tubuh akan memunculkan respon berupa jantung berdebar-debar, denyut jantung yang meningkat, rasa mual, atau tubuh yang gemetaran (tremor). Tanda-tanda tersebut muncul karena peningkatan aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh dan pelepasan adrenalin.

 

Sumber foto: http://nlnt.com.au/naturalhealthblog/2017/07/07/psychosomatic-disorders-the-mind-body-connection/
 
Secara umum, psikosomatis dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk gangguan umum. Yang pertama adalah gangguan yang terjadi akibat adanya penyakit fisik dan gangguan mental secara bersamaan. Pada kondisi ini, gejala dan komplikasi antara penyakit fisik dan gangguan mental saling bercampur satu sama lain dan menimbulkan gangguan yang kompleks. Misalnya, seorang menderita penyakit hipertensi sekaligus gangguan kecemasan. Kedua penyakit tersebut dapat memperberat gejala satu sama lain, sehingga gejala yang dirasakan oleh penderita menjadi lebih berat.
 
Bentuk gangguan kedua adalah gangguan mental yang disebabkan oleh penyakit fisik atau pengobatan atas penyakit tertentu. Bentuk gangguan kedua ini umum dirasakan oleh penderita kanker, terutama yang telah menjalani pengobatan dalam waktu lama. Misalnya, penderita kanker yang telah lama menjalani kemoterapi dapat berisiko untuk menderita depresi.
 
Bentuk gangguan ketiga dikenal sebagai gangguan somatoform. Penderita gangguan somatoform sebenarnya memiliki gangguan psikis, namun gangguan tersebut ditampakkan dalam bentuk gangguan fisik atau penyakit. Gangguan somatoform terbagi menjadi beberapa jenis:

Gangguan somatisasi
Pada gangguan ini, penderita mengalami gejala gangguan fisik yang tidak dapat dijelaskan atau ditemukan penyebab jelasnya. Misalnya, orang yang merasa cemas akan mengalami diare atau mual muntah. Diare dan mual muntahnya dapat jelas terlihat, namun secara fisik, orang tersebut tidak menderita penyakit atau infeksi apapun. Dari pemeriksaan kesehatan juga tidak dapat ditemukan penyakit yang dapat menjelaskan timbulnya diare dan mual muntah tersebut.
 

Sumber foto: https://me.me/i/everything-checks-out-normal-a-figure-5-9-somatization-1465f17a9d2446bba9bfeb8d54b8c46f

- Gangguan konversi
Pada gangguan ini, penderita mengalami gangguan gerak atau panca indera yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Misalnya, orang yang sedang mengalami emosi negatif, dapat tiba-tiba mengalami kejang, gangguan penglihatan, gangguan menelan, gangguan bicara, atau gangguan gerak sesaat.
 

Sumber foto: https://www.youtube.com/watch?v=xlikpUGEd3Q

- Gangguan body dysmorphic
Pada gangguan ini, penderita mengalami obsesi atau kekhawatiran khusus pada tubuhnya yang sebenarnya hanya ada di bayangannya saja. Misalnya, ada orang yang merasa tubuhnya gemuk –padahal sebenarnya tidak- sehingga dia terobsesi untuk menjadi lebih kurus. Kondisi ini lama kelamaan dapat menimbulkan anxiety disorder (gangguan kecemasan), dan jika dibiarkan terus menerus dapat mempengaruhi aktifitas harian dan kualitas hidupnya.
 

Sumber foto: https://www.wsj.com/articles/help-for-patients-obsessed-with-their-imperfect-bodies-1510669066

- Hypochondriasis
Pada gangguan ini, penderita memiliki ketakutan berlebih kalau dirinya menderita penyakit mematikan, padahal yang dirasakannya hanyalah gejala penyakit biasa. Misalnya, seseorang mengalami diare dan dia khawatir kalau diarenya itu merupakan gejala dari kanker usus. Karena kekhawatiran yang dia rasakan begitu berlebih, dia sampai melakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti CT scan atau MRI abdomen. Walaupun hasil pemeriksaan-pemeriksaan tersebut menunjukkan kalau dia tidak menderita kanker usus, dia tetap yakin kalau dia menderita kanker usus.


Sumber foto: https://factslegend.org/27-hypochondria-facts-learn-today/

Sebenarnya, baik gangguan fisik maupun mental memang dapat mempengaruhi satu sama lain. Penyakit fisik dapat memicu terjadinya penyakit mental. Misalnya, seseorang yang menderita kanker dapat merasa depresi karena merasa penyakitnya sulit disembuhkan. Sebaliknya, penyakit mental juga dapat memicu terjadinya penyakit fisik. Misalnya, seseorang yang menderita depresi cenderung tidak menjaga kesehatannya, sehingga dia dapat terserang penyakit infeksi.
 
Gangguan psikosomatis merupakan gangguan yang nyata dan harus mendapatkan penanganan serius. Penanganan dari priskosomatis umumnya memerlukan penanganan dari psikiater, psikologis, pengobatan medikamentosa, serta sesi terapi. Gangguan psikosomatis dapat diatasi atau diringankan dengan beberapa metode terapi seperti terapi kognitif, terapi relaksasi, meditasi, atau hipnoterapi. Secara umum, terapi-terapi tersebut bertujuan untuk mencari tahu apakah trigger yang menyebabkan penderita merasakan gangguan. Selain itu, terapi juga bertujuan untuk meredakan beban pikiran yang berlebihan serta menangani perasaan dan perilaku yang terkait dengan penyakit yang dialami.
 
 
 
*********

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id