Pembangkit listrik tenaga nuklir sebenarnya bukan teknologi yang asing bagi dunia pembangkitan listrik. Utilisasi nuklir sudah dikembangkan dan diaplikasikan sejak lama di negara-negara maju. Berdasarkan World Nuclear Statistics yang dipublikasikan oleh Energy Information Administrasion (EIA), lima negara dengan jumlah listrik terbesar yang dihasilkan nuklir pertahunnya adalah Amerika Serikat (807 BkWh), Perancis (393 BkWh), China (272 BkWh), Russia (182 BkWh) dan Korea Selatan (127 BkWh) [1]. Bahkan, jumlah listrik yang bersumber dari nuklir di Perancis menyumbangkan 71.5% dari total kebutuhan listrik mereka tiap tahunnya.
Pemanfaatan nuklir di Indonesia masih dalam batas penelitian dan kajian. Di tahun 2017, Kementerian ESDM, menyatakan bahwa pemanfaatan energi nuklir merupakan alternatif terakhir dalam pemenuhan target 23% energi terbarukan di Indonesia [2]. Prioritas utama masih diarahkan pada pemanfaatan panas bumi, matahari (surya) dan angin. Namun, topik pemanfaatan nuklir mencuat kembali pada akhir tahun 2020 seiring dengan pembahasan nuklir dalam RUU EBT yang sedang dikerjakan oleh DPR [3]. Dalam draft RUU EBT, pembahasan mengenai pembangunan PLTN muncul di Bab IV RUU [4]. RUU ini dijadwalkan rampung pada Oktober 2021.
Seiring dengan wacana pembangunan PLTN, saat ini BATAN sedang mengkaji teknologi PLTN generasi teranyar, yaitu generasi III dan IV. Dalam periode 2020-2024, BATAN ditunjuk untuk mengelola studi kelayakan pembangunan PLTN di Kalimantan [5]. Dari segi bahan baku, Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya Uranium dan Thorium yang cukup besar. Daerah yang diketahui memiliki cadangan uranium dan thorium yang besar adalah di Bangka Belitung. Diketahui Bangka Belitung memiliki potensi Uranium sebesar 24 ribu ton dan Thorium 120 ribu ton. Seperti halnya Uranium, Thorium merupakan unsur radioaktif, dengan nomor atom 90 dan massa atom 232 (90Th232). Seiring dengan penemuan besarnya sumber daya Thorium di Bangka, Batan merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) untuk menguji coba thorium [6].
Mekanisme pembangkitan listrik pada PLTN sebenarnya memiliki kemiripan dengan PLTU. Energi panas dibutuhkan untuk mengkonversi air menjadi uap yang kemudian uap tersebut digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator. Perbedaannya, peran batubara pada proses pemanasan di PLTU digantikan dengan pemanfaatan nuklir. Panas dihasilkan dari proses fisi bahan bakar nuklir seperti uranium dalam suatu reactor nuklir. Skema pembangkitan listrik pada PLTN ditunjukan pada gambar di bawah ini. Dapat dilihat pada gambar tersebut, skema PLTN dan PLTU serupa, hanya berbeda pada bagian boiler saja.
Skema Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (source: https://previews.123rf.com/images/slovidaloca/slovidaloca1302/slovidaloca130200005/18024559-scheme-diagram-of-nuclear-power-plant.jpg)