22 August 2022 8990
Reasuransi Jiwa

Mengenal Batuk Berdarah

Dalam dunia kesehatan, batuk berdarah dikenal sebagai Hemoptysis. Batuk berdarah sendiri merupakan kondisi di mana seseorang mengalami batuk yang disertai dengan keluarnya darah. Darah yang keluar dapat bervariasi volumenya, mulai dari ‘hanya’ bercak-bercak darah saja, hingga ke darah yang keluar dalam jumlah yang banyak. Darah yang keluar pun dapat beragam warnanya, mulai dari merah muda, hingga merak pekat, atau bahkan dapat bercampur dahak atau busa.

Apakah batuk berdarah merupakan kondisi yang berbahaya?
Batuk berdarah merupakan kondisi yang dapat dialami oleh semua kelompok usia, dan dapat diakibatkan oleh kondisi yang bersifat akut maupun kronis. Sebelum menentukan apakah batuk berdarah yang dialami oleh seseorang merupakan kondisi yang berbahaya atau tidak, terlebih dahulu, kita harus memahami apa saja kondisi yang dapat menyebabkan batuk berdarah tersebut.

Sebagian besar kasus batuk berdarah disebabkan oleh penyakit ataupun infeksi yang terjadi di paru-paru dan saluran pernafasan. Salah satu kondisi yang paling sering menyebabkan batuk berdahak adalah penyakit bronchitis, yaitu peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus. Umumnya, penderita terlebih dahulu akan mengalami batuk berdahak, dan semakin panjang periode infeksinya, saluran pernafasannya akan mengalami cidera dan pada akhirnya menimbulkan munculnya darah pada dahak yang dikeluarkannya.

Selain bronchitis, kondisi batuk berdarah juga umum ditemukan pada penderita Tuberculosis (TBC). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis ini dapat bersifat kronis dan membutuhkan pengobatan yang tidak sebentar. Dalam kasus yang cukup berat, penderita TBC dapat mengalami batuk berdarah terus-menerus, yang pada akhirnya akan mengganggu hemodinamik tubuh secara umum.

Penderita kanker paru juga tidak jarang mengalami batuk berdarah. Kanker paru adalah kondisi di mana terdapat pertumbuhan sel-sel abnormal pada jaringan paru-paru. Sayangnya, kanker paru tidak selalu dapat dideteksi dini, dan penderita kanker paru yang mengalami batuk berdahak umumnya sudah mencapai stadium yang cukup lanjut.

Selain penyakit pada paru-paru dan saluran pernafasan, penderita gastritis, gastro-esophageal reflux disease (GERD), tukak lambung, dan tukak duodenum juga dapat mengalami batuk berdarah. Perlukaan pada lambung, duodenum, dan saluran pencernaan dapat menyebabkan iritasi dan perdarahan pada organ tersebut. Darah yang dihasilkan dapat teraspirasi pada saat bernafas, dan kemudian keluar, serta tampak sebagai batuk berdarah.

Batuk berdarah pada dasarnya bukan merupakan suatu diagnosis, melainkan lebih kepada suatu gejala yang dapat menandakan adanya suatu penyakit tertentu. Apabila pasien mengeluhkan batuk berdarah, dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasikan penyakit/kondisi yang menyebabkan batuk berdarah tersebut. Anamnesis yang dilakukan dapat meliputi riwayat batuk berdarah sebelumnya, riwayat penyakit lainnya, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat trauma termasuk keracunan.

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat direkomendasikan oleh dokter dapat meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologi (X-Ray, CT scan, atau MRI), bronchoscopy (memasukkan bronchoscope melalui hidung atau mulut menuju ke dalam saluran pernafasan penderita, untuk melihat tanda, lokasi, dan potensi penyebab perdarahan), hingga biopsy paru (apabila dicurigai adanya keganasan).

Apakah pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita batuk berdarah?
Sebagai pertolongan pertama, penderita batuk berdarah dapat diposisikan dalam posisi setengah duduk, di mana posisi ini dapat membantu penderita untuk bernafas dengan lebih baik. Apabila penderita merasa ingin batuk kembali, penderita disarankan untuk mengambil nafas panjang, karena dikhawatirkan darah akan kembali keluar apabila penderita batuk. Penderita juga dapat diberikan air putih hangat, yang selain dapat membantu menyamankan penderita, juga dapat membantu menghindarkan penderita dari dehidrasi atau kondisi hypovolemic.

Secara medis, pengobatan yang diberikan kepada penderita batuk berdarah dapat meliputi pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya, dan pengobatan untuk mengurangi efek dari batuk berdarah itu sendiri. Apabila batuk berdarah disebabkan oleh infeksi pada paru-paru atau saluran pernafasan, dokter umumnya akan meresepkan obat anti-biotik atau anti-virus yang sesuai dengan penyebab infeksi. Dokter juga umumnya akan meresepkan obat anti-peradangan –termasuk kortikosteroid-, untuk meredakan peradangan yang terjadi, yang juga dapat menjadi penyebab dari batuk berdarah.

Batuk berdarah yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau terjadi dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan penderitanya mengalami kekurangan darah (anemia). Untuk membantu mengatasi kondisi anemia tersebut, penderita batuk berdarah dapat diberikan transfusi darah, baik yang bersifat whole blood, ataupun transfusi komponen darah tertentu untuk membantu mempercepat terjadinya pembekuan darah.

Bentuk pengobatan lainnya yang dapat dilakukan adalah melakukan embolisasi arteri bronchial, di mana tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada arteri. Dokter akan memblokade arteri yang bermasalah, dan mengalihkan peredaran darah ke arteri lainnya yang sehat. Sebelum melakukan embolisasi, dokter terlebih dahulu akan melakukan bronchoscopy/kateterisasi untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan.

Apabila perdarahan tidak juga dapat dihentikan, tindakan pembedahan dapat dilakukan, baik itu yang telah bersifat korektif spesifik terhadap suatu penyebab perdarahan, ataupun yang masih bersifat eksploratif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan, sekaligus menghentikan perdarahan yang ada.
Apakah kita dapat mencegah batuk berdarah?

Kembali lagi, karena batuk berdarah pada dasarnya adalah suatu pertanda penyakit, maka, untuk mencegah agar kita tidak mengalami batuk berdarah, kita harus mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan batuk berdarah. Misalnya, kita dapat menghentikan kebiasaan merokok yang dapat bersifat iritatif terhadap saluran pernafasan, dan juga dapat menjadi faktor penyebab dari beberapa penyakit paru-paru, seperti kanker paru. Kita juga dapat menghindari paparan polusi ataupun alergen, yang dapat meningkatkan sensitivitas saluran pernafasan kita, memicu infeksi, peradangan, dan pada akhirnya dapat menyebabkan batuk berdarah.

Hal yang terpenting adalah, jangan pernah meremehkan batuk berdarah. Tanpa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, kita tidak akan tahu pasti apakah penyebab dari batuk berdarah itu adalah sesuatu yang sederhana atau serius. Batuk berdarah yang berkepanjangan dan disertai dengan gejala-gejala lainnya seperti nyeri dada, sesak nafas, demam, feses berdarah, dan penurunan berat badan tanpa penyebab jelas juga harus sangat diwaspadai. Apabila mengalami batuk berdarah, segera periksakan dirimu ke fasilitas kesehatan terdekat, ya!

Stay safe and healthy, semuanya!
 
 
***
 

Sumber artikel:
https://www.halodoc.com/kesehatan/batuk-darah
https://www.halodoc.com/artikel/jangan-panik-begini-tindakan-pertama-batuk-berdarah
https://www.alodokter.com/batuk-darah
https://hellosehat.com/pernapasan/pilek/batuk-berdarah/
 

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id