22 December 2023 3976
Reasuransi Jiwa

Mengenal COVID-19 Varian JN.1

Lonjakan kasus COVID-19 di Singapore masih terus terjadi. Pada Minggu 17 Desember 2023 lalu, Ministry of Health (MOH) Singapore dilaporkan mencatatkan peningkatan kasus COVID-19 sebesar 75% jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Selain itu, MOH Singapore juga mencatatkan adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19 yang dirawat inap, dari 225 pasien ke 350 pasien dalam waktu satu pekan. Penderita yang membutuhkan perawatan intensif juga meningkat dari yang sebelumnya empat pasien menjadi sembilan pasien. Fakta yang cukup menarik adalah selain Varian EG.5 (Eris), ternyata dilaporkan bahwa peningkatan kasus COVID-19 terbaru di Singapore juga turut disebabkan oleh kemunculan SARS-CoV-2 varian terbaru, yaitu Varian JN.1.
 
Apakah SARS-CoV-2 Varian JN.1 itu, dan bagaimana kehadirannya dapat mempengaruhi peningkatan kasus harian dan rawat inap COVID-19 di Singapore serta negara-negara lainnya?
Sebelum memahami lebih dalam tentang Varian JN.1, kita harus mengingat bahwa virus itu akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu dan melahirkan varian-varian baru. Virus yang menginfeksi organisme akan bereplikasi sebanyak jutaan kali. Potensi ‘error’ dapat terjadi dalam proses replikasi tersebut, di mana copy virus yang lahir memiliki struktur atau susunan DNA yang berbeda dengan virus awal. Error tersebut pada akhirnya menyebabkan mutasi virus yang menjadi awal dari kelahiran varian baru virus.
 
Beberapa varian baru virus dapat lahir dengan kemampuan yang lebih ‘advance’ ketimbang varian original atau varian lamanya, misalnya, varian baru tersebut memiliki kemampuan transmisi yang lebih tinggi atau immune-escape ability yang lebih tinggi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penderita mengalami gejala yang lebih berat, peningkatan infection-rate, atau bahkan peningkatan reinfection-rate.  Namun tak jarang juga, varian baru justru lahir ‘lebih jinak’ ketimbang varian sebelumnya, sehingga infeksi dari varian baru tersebut menyebabkan penyakit yang lebih ringan dan infeksi menjadi cenderung tidak menular ketimbang varian sebelumnya.
 
Bagaimana dengan SARS-CoV-2 Varian JN.1?
Dilansir dari website Centers for Disease Control and Prevention (CDC), SARS-CoV-2 Varian JN.1 pertama kali teridentifikasi pada bulan September 2023, dan hingga saat ini telah teridentifikasi pada lebih dari 11 negara lainnya di berbagai belahan dunia, seperti United States, China, dan India. Varian JN.1 sendiri sebenarnya merupakan turunan dari Varian BA.2.86 (Pirola) yang memiliki lebih dari 20 turunan mutasi. Meskipun Varian BA.2.86 dan Varian JN.1 secara penamaan terlihat ‘jauh’, karakteristik dari kedua varian tersebut dapat dikatakan memiliki banyak kesamaan. Sampai saat ini, perbedaan yang mencolok antara dua varian tersebut adalah pada struktur spike protein. Dikarenakan adanya perbedaan pada spike protein tersebut, Varian JN.1 diperkirakan memiliki kemampuan immune-evasion yang lebih tinggi ketimbang varian-varian lainnya.
 
Dikarenakan masih termasuk ke dalam ‘Keluarga Besar Omicron’, tanda, gejala, serta tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh Varian JN.1 diperkirakan akan serupa dengan varian-varian Omicron lainnya. Beberapa tanda dan gejala yang dialami oleh penderita COVID-19 Varian JN.1 di antaranya adalah demam, menggigil, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot atau badan ngilu, nyeri kepala, gangguan penciuman atau indera perasa, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat atau justru hidung meler, mual, muntah, dan diare.
 
Apakah Varian JN.1 lebih menular ketimbang varian-varian lainnya?
Sehubungan dengan Varian JN.1 merupakan turunan dari Varian BA.2.86, beberapa ahli meyakini bahwa Varian JN.1 berpotensi memiliki kemampuan transmisi yang lebih tinggi ketimbang Varian EG.5 dan beberapa varian sebelumnya. Hipotesa tersebut juga diperkuat oleh fakta kalau Varian JN.1 memiliki spike protein dengan tipe yang diperkirakan dapat membuat Varian JN.1 lebih menular ketimbang Varian BA.2.86. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada data yang dapat memastikan hipotesa tersebut.
 
Apakah Vaksin COVID-19 yang saat ini beredar di masyarakat dapat melindungi kita dari Varian JN.1?
Sampai saat ini, CDC dan beberapa otoritas kesehatan lainnya masih belum dapat memastikan apakah efektivitas Vaksin COVID-19 yang saat ini telah ada tetap tinggi untuk dapat melawan Varian JN.1. Concern tersebut muncul lantaran Vaksin COVID-19 yang saat ini ada umumnya menargetkan spike protein dari SARS-CoV-2, sementara, seperti yang telah kita diskusikan di atas, salah satu mutasi yang paling membedakan antara Varian JN.1 dengan varian-varian lainnya adalah pada struktur spike protein-nya. Oleh karena itu, tingkat efektivitas Vaksin COVID-19 terhadap Varian JN.1 masih perlu dikonfirmasi kembali.
 
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa saat ini varian yang tengah mendominasi di dunia bukan hanya Varian JN.1. Oleh karena itu, Vaksin COVID-19 yang saat ini beredar di masyarakat tetap akan mampu memberikan kita perlindungan yang cukup untuk dapat melawan infeksi COVID-19 yang saat ini tengah marak kembali. Apabila rekan-rekan masih belum pernah menerima Vaksin COVID-19 atau belum melengkapi booster vaksin, ada baiknya rekan-rekan untuk ‘mengejar ketertinggalan’ tersebut, terutama apabila rekan-rekan akan melakukan perjalanan di masa liburan ini. Selain itu, jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesehatan rekan-rekan dengan menggunakan masker saat berpergian ke area publik atau padat penduduk, rutin mencuci tangan, serta meningkatkan imunitas yang dapat dilakukan melalui mengkonsumsi makanan bergizi, berolah raga rutin, dan cukup beristirahat.
 
Meskipun berdasarkan konfirmasi terakhir dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Varian JN.1 belum teridentifikasi di Indonesia, Dr. Siti Nadia Tarmizi selaku Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tetap menghimbau masyarakat Indonesia untuk segera melakukan vaksinasi booster tambahan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat akan COVID-19. Pemerintah dan Kemenkes RI bahkan menghimbau agar masyarakat yang telah mendapatkan vaksin booster lebih dari enam bulan lalu untuk dapat kembali menerima booster ketiga yang dapat didapatkan dengan langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat tanpa menunggu adanya tiket vaksinasi di aplikasi SATUSEHAT.
 
COVID-19 baik yang disebabkan oleh Varian JN.1 atau varian-varian lainnya akan terus ada di sekitar kita, dan itu adalah esensi dari fase endemi. Dengan terus lahirnya varian-varian baru dari SARS-CoV-2 dan masih akan adanya beberapa potensi lonjakan kasus COVID-19 ke depannya, kita harus memahami bahwa COVID-19 adalah suatu endemic respiratory infection yang mungkin akan kita hadapi selamanya. COVID-19 mungkin tidak akan pernah hilang sepenuhnya dari hidup kita, namun kita akan senantiasa berupaya agar infeksi COVID-19 tersebut tidak menyebabkan dampak signifikan atau fatalitas pada penderitanya. Kita akan terus berupaya memastikan bahwa pengobatan serta Vaksin COVID-19 yang ada di dunia dapat terus ‘catch-up’ dengan varian-varian baru yang mungkin akan hadir di masa mendatang.
 
Stay safe and healthy, semuanya!

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id