Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan penyakit yang sedang ‘populer’ akhir-akhir ini. Penyakit ini sedang sering dijadikan ‘kambing hitam’ atas kematian mendadak yang terjadi pada seseorang. Sebenarnya, apa sih penyakit GERD itu?
Sumber foto: http://sehatmagazine.blogspot.com/2017/02/apa-itu-gerd-gejala-umum-dan-cara.html
GERD merupakan kondisi yang terjadi saat asam lambung mengalir naik ke esophagus. Hal tersebut diakibatkan oleh melemahnya katup atau sphincter pada esophagus bagian bawah. Sphincter ini umumnya akan membuka hanya jika makanan atau minuman akan dialirkan dari esophagus ke lambung untuk dicerna. Namun, pada kondisi tertentu, sphincter ini dapat melemah dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan makanan, minuman, serta asam lambung dapat mengalir kembali ke esophagus.
Penyebab dari kelemahan sphincter ini belum dapat dipastikan, namun, ada beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya kelemahan sphincter. Faktor-faktor risiko tersebut adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, serta gangguan pencernaan. Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengkonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengkonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengkonsumsi obat tertentu seperti aspirin.
Sumber foto: https://www.99.co/blog/indonesia/cara-mengatasi-asam-lambung/
Jika dilihat sekilas, GERD merupakan penyakit yang ‘sederhana’ dan tidak membahayakan. Namun, tahukah kamu kalau GERD ini terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada lapisan esophagus? Iritasi dan peradangan ini akan menyebabkan kerusakan pada lapisan esophagus, yang kemudian akan menyebabkan perlukaan pada esophagus yang disebut sebagai esophageal stricture. Kondisi ini dapat menyebabkan penyempitan lumen esopaghus dan dapat menyebabkan gangguan menelan.
Sumber foto: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/barretts-esophagus/symptoms-causes/syc-20352841
Iritasi pada lapisan esophagus juga dapat menyebabkan ulkus pada esophagus. Ulkus ini dapat menyebabkan nyeri dan gangguan menelan. Selain itu, iritasi dan peradangan pada lapisan esophagus juga dapat menyebabkan perubahan pada struktur jaringan esophagus. Kondisi ini dikenal sebagai Barret’s Esophagus dan merupakan precursor dari kanker esophagus.
Diagnosis GERD dapat ditegakkan melalui beberapa langkah. Yang pertama, dokter tentunya akan melakukan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan seperti endoscopy –yang paling umum dilakukan-, ambulatory acid (pH) probe test, esophageal manometry, dan x-ray sistem pencernaan. Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dokter akan menarik kesimpulan apakah telah terjadi iritasi dan peradangan pada esophagus yang merupakan penanda utama dari GERD.
GERD merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat sembuh dengan total, namun dapat dikendalikan kekambuhannya. Untuk meredakan gejala GERD, dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat seperti antasida, H-2 receptor blocker, atau proton pump inhibitor. Pada kondisi tertentu di mana GERD tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan dilakukan pembedahan berupa fundoplikasi atau pemasangan LINX device.
Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD adalah mencegah terjadinya kekambuhan. Untuk hal ini, penderita harus memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk kemudian dihindari sebisa mungkin. Misalnya, seorang penderita akan mengalami GERD jika mengkonsumsi kopi. Maka sebaiknya, penderita tersebut menghindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein.
Pada umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.
Nah, inilah yang paling membuat penasaran: bagaimana cara membedakan GERD dengan serangan jantung dan apakah GERD benar-benar dapat menyebabkan kematian.
Yang pertama, GERD dan serangan jantung memang sama-sama memiliki gejala berupa nyeri dada dan sensasi yang tidak nyaman pada dada. Hal itulah yang seringkali membuat penderita menjadi bingung, apakah nyeri dada yang dialaminya itu adalah GERD atau serangan jantung. Namun, tentunya, ada ciri khas pada nyeri dada dari masing-masing kondisi tersebut.
Sumber foto: https://id.pinterest.com/pin/432204895480274078/?lp=true
Nyeri dada pada GERD umumnya menimbulkan sensasi panas atau terbakar pada dada. Nyeri tersebut umumnya akan muncul dan memberat pada saat penderita berbaring. Selain mengalami nyeri dada, penderita juga akan mengalami gejala-gejala yang terkait dengan gangguan pencernaan seperti perut kembung, begah, serta mual dan muntah. Cairan lambung beserta makanan atau minuman yang ada di dalamnya juga dapat keluar kembali. Tanda dan gejala GERD ini biasanya akan muncul saat ada trigger tertentu, misalnya, saat penderita merasa stress, kelelahan, atau setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Nah, yang cukup meyakinkan kalau nyeri dada ini diakibatkan oleh GERD adalah saat penderita mengkonsumsi obat maag, nyeri tersebut akan mereda.
Nyeri dada pada serangan jantung –dikenal sebagai angina- memiliki ciri yang cukup khas di mana nyeri dadanya bersifat tajam dan perih, sehingga membuat penderita merasa seperti tertusuk dan tertindih beban yang sangat berat. Nyeri dada tersebut juga dapat menjalar hingga ke rahang, leher, lengan, dan punggung. Nyeri dada ini juga akan menimbulkan sesak nafas, keringat dingin, dan penderita bahkan dapat mengalami kehilangan kesadaran. Nyeri dada ini akan semakin meningkat intensitasnya –terutama jika penderita tetap beraktivitas-, tidak dapat mereda dengan perubahan posisi atau beristirahat, dan pastinya tidak dapat mereda dengan mengkonsumsi obat maag.
Sumber foto: https://medicalxpress.com/news/2019-10-woman-heart-health.html
Nah, yang sedikit tricky adalah pada perempuan, serangan jantung umumnya tidak menimbulkan tanda dan gejala yang khas. Faktanya, nyeri dada alias angina itu hanya muncul pada 30 – 40% kasus serangan jantung pada perempuan. Serangan jantung pada perempuan umumnya ‘hanya’ menimbulkan tanda dan gejala yang tidak spesifik seperti perasaan yang tidak nyaman pada dada dan area tulang belikat, sesak nafas, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, pusing, insomnia, kerontokan rambut, keringat berlebih, nyeri perut, serta mual dan muntah berat yang juga tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Saat mengalami nyeri dada, memang sulit untuk langsung memastikan apakah nyeri dada tersebut disebabkan oleh GERD atau penyumbatan pembuluh darah jantung. Apalagi, untuk masyarakat awam, yaa. Oleh karena itu, saat mengalami atau melihat orang lain mengalami nyeri dada, segera bawa penderita ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan!
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah GERD dapat menyebabkan kematian atau dapat memicu terjadinya serangan jantung?
Jawabannya adalah, GERD tidak dapat menyebabkan kematian secara langsung dan GERD juga tidak dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung.
dr. Muhammad Miftahussurur, Sp.PD, M.Kes, Ph.D., FINASIM menyatakan bahwa asam lambung yang mengalami reflux pada penyakit GERD memang dapat menyebabkan perlukaan pada organ-organ pencernaan. Namun, perlukaan tersebut tidak serta merta merusak jantung. dr. Miftah menyatakan bahwa asam lambung bukanlah cairan magma yang dapat sewaktu-waktu bocor dan langsung menghancurkan organ-organ lain di luar sistemnya. Walaupun demikian, GERD disebut dapat mencetuskan penyakit paru-paru yang disebut pneumonia aspirasi, namun tentunya kondisi tersebut membutuhkan waktu lama. Jadi, ditegaskan kembali oleh dr. Miftah, GERD tidak akan menyebabkan kematian mendadak seperti yang mampu disebabkan oleh penyakit jantung.
GERD sendiri dapat menyebabkan kematian jika dia sudah menyebabkan perubahan struktur esophagus dan bertransformasi menjadi kanker esophagus. Walaupun demikian, penyakit GERD tetap tidak dapat disepelekan karena dapat menimbulkan penurunan kualitas hidup pada penderitanya.
***