Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang posisi geografisnya dipisahkan oleh laut maupun selat. Berbeda dengan negara-negara lainnya yang biasanya menyatu pada daratan suatu benua. Kondisi geografis ini membuat Indonesia menjadi negara yang tidak bisa dilalui hanya melalui jalur darat, melainkan harus melalui laut maupun udara.
Keterbatasan kecepatan transportasi laut, yang tentunya sangat bergantung pada gelombang air laut membuat perjalanan menggunakan kapal memakan waktu lebih lama dibanding darat maupun udara. Sehingga transportasi udara menjadi primadona untuk posisi geografis seperti Indonesia. Transportasi udara memiliki keunggulan kecepatan serta kemudahannya.
Indonesia memiliki perusahaan BUMN yang bergerak dibidang pengembangan pesawat terbang yang dikenal PT. Dirgantara Indonesia (atau dulunya dikenal dengan IPTN). PT. DI telah mengembangkan berbagai jenis pesawat maupun bagian pesawat. Pada tahun 1995, Indonesia pantas berbangga karena PT. DI berhasil melakukan uji terbang pesawat murni buatan Indonesia bernama N250. Pesawat N250 merupakan pesawat komersil yang berkapasitas 50 orang. Pesawat kapasitas cukup, sangat cocok untuk negara kepulauan di Indonesia, mengingat geografisnya yang terdiri dari pulau besar dan banyak pulau kecil. Karena pesawat besar pada umumnya membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak, serta dirasa akan kurang efektif jika penumpang tidak terisi hamper penuh. Maka dari itu N250 bisa saja menjadi primadona jika saja proyek tidak terhenti. Pada tahun 1997-1998 dunia mengalami krisis ekonomi, yang menjadi salah satu alasan berhentinya pengembangan produksi pesawat N250.
Pada tahun 2010, anak bangsa tidak menyerah mengenai mimpi Indonesia dapat memproduksi pesawat sendiri. PT. Dirgantara Indonesia mulai mengembangkan pesawat lainnya, yang memiliki kapasitas 19 penumpang yang di namakan Pesawat N219. Tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, pesawat N219 merupakan pesawat komuter yang dirancang sesuai dengan geografis negara Indonesia, kepulauan.
Jika Pesawat N250 dikerjakan seluruhnya oleh PT. DI, untuk proses riset dan pengembangan pesawat N219 dilakukan di lapan. Sistem aerodinamika, avionic mesin engine yang digunakan serupa dengan pendahulunya yang memiliki keunggulan mengenai kecepatan minimal untuk daya angkat sebesar 59 knot, yang menunjang kestabilan pada kecepatan rendah yang menguntungkan bagi geografis Indonesia jika pesawat harus bermanuver melewati daerah sempit maupun gunung.
Pesawat diharapkan mampu terbang di daerah pedalaman papua dan pulau-pulau kecil lainnya. Maka dari itu kapabilitas serta struktur pesawat dirancang untuk menjadi moda transportasi handal yang dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Misalnya, pesawat mampu terbang tinggi, di tengah cuaca yang berubah-ubah, namun tetap memiliki efisiensi yang tinggi.
Pesawat N219 juga dirancang memiliki penampang kabin yang besar, sehingga mau memuat sampai 19 penumpang dengan kapasitas cargo sampai 2.313kilogram.