12 March 2025
231
Reasuransi Jiwa
Mengenal Photokeratitis: Ketika Matahari Menyebabkan Dampak Negatif Pada Mata
Selama ini, kita mungkin telah memahami dampak negatif dari paparan sinar matahari/ultraviolet (UV) yang berlebih pada kulit seperti kulit terbakar/sunburn yang ditandai dengan munculnya kemerahan, ruam, gatal, ataupun bengkak pada kulit. Hal yang mungkin belum sebagian dari kita ketahui adalah paparan sinar UV berlebih juga ternyata dapat menyebabkan fenomena yang secara awal dikenal sebagai ‘mata terbakar’. Mari kita bahas apa sebenarnya fenomena tersebut, serta bagaimana kita dapat mengatasi dampak dari paparan sinar UV berlebih pada mata.
Saat kita menyebut ‘mata terbakar’, sebenarnya yang ‘terbakar’ bukanlah seluruh mata kita -dalam hal ini, bola mata dan kelopak mata-, melainkan ‘hanya’ kornea mata saja yang terbakar. Dikutip dari website Cleveland Clinic, secara medis, kondisi ini dikenal sebagai Photokeratitis atau Ultraviolet Keratitis, yaitu kondisi di mana terjadi kerusakan dan nyeri pada mata akibat paparan sinar UV yang berlebih. Yang termasuk paparan sinar UV di sini adalah paparan sinar matahari, pantulan sinar matahari, ataupun peralatan yang menggunakan sinar UV. Pada umumnya, kondisi ini akan menyebabkan kerusakan pada kornea dan konjungtiva di kedua mata penderita.
Tentang Sinar UV
Sinar matahari menghasilkan sinar ultraviolet yang berdasarkan panjang gelombangnya diklasifikasikan menjadi UV-A, UV-B, dan UV-C. Sinar UV-A memiliki panjang gelombang terpanjang (380 – 315 nm), sinar UV-B memiliki panjang gelombang sedang (315 – 280 nm), dan sinar UV-C memiliki Panjang gelombang terpendek. Paparan sinar UV-A berlebih bisa memberikan dampak berkepanjangan pada kulit dan bagian tubuh lainnya yang terkena. Paparan sinar UV-B bisa memberikan dampak yang langsung terlihat, seperti kulit terbakar dan hiperpigmentasi kulit.
Sementara itu, lapisan ozon di bumi secara otomatis akan menyaring radiasi dari UV-C sehingga paparan UV-C ini tidak akan menyebabkan dampak buruk pada kesehatan kita. Sinar UV-C buatan inilah yang sering dimanfaatkan sebagai teknologi dari peralatan seperti alat disinfektan dari virus dan bakteri.
Klasifikasi Photokeratitis
Secara onset kejadian penyakit, Photokeratitis diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu Acute Photokeratitis dan Chronic Photokeratitis. Acute Photokeratitis merujuk pada kondisi Keratitis yang terjadi segera setelah mata terkena paparan sinar UV berlebih. Kondisi Acute Photokeratitis umumnya bersifat temporer/sementara, di mana kondisi mata dapat pulih sempurna apabila mendapatkan pengobatan yang segera dan adekuat.
Kebalikan dari Acute Photokeratitis, Chronic Photokeratitis merujuk pada kondisi Keratitis yang terjadi akibat paparan sinar UV yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Chronic Photokeratitis tidak harus disebabkan oleh paparan sinar UV berlebih, karena paparan ringan sinar UV yang berlangsung dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Tanda dan Gejala Photokeratitis
Photokeratitis baik yang bersifat akut maupun kronis menyebabkan tanda dan gejala yang relatif serupa, seperti nyeri pada mata, kemerahan pada mata, produksi air mata yang berlebih, penglihatan kabur/buram, pembengkakan pada dan di sekitar mata, peningkatan sensitivitas pada mata, terlihatnya halo (cahaya berbentuk lingkaran), bahkan dapat menyebabkan gangguan penglihatan baik itu yang bersifat sementara maupun permanen.
Selain pada mata, penderita juga umumnya mengeluhkan gejala seperti nyeri kepala dan kelopak mata yang berkedut. Pada kondisi akut, tanda dan gejala ini akan menghilang dalam waktu 48 jam. Meskipun demikian, pada kondisi kronis atau pada kondisi akut yang berat, tanda dan gejala dapat dirasakan lebih lama oleh penderita.
Diagnosa Photokeratitis
Secara umum, diagnosa Photokeratitis dapat dilakukan hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik pada mata serta anamnesa terkait gejala penderita, riwayat aktivitas, dan riwayat paparan sinar UV pada penderita. Meskipun demikian, pemeriksaan lanjutan seperti slit lamp exam dengan tetes fluorescein juga dapat dilakukan untuk membantu melihat tingkat keparahan penyakit. Untuk mencegah dampak negatif yang berkepanjangan pada mata, penderita direkomendasikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila telah mengalami tanda dan gejala yang mengarah ke Photokeratitis selama dua hari atau lebih.
Pengobatan Photokeratitis
Pertolongan pertama untuk kondisi Photokeratitis adalah segera masuk ke dalam ruangan untuk menghindari paparan dari sinar UV secara langsung. Penderita juga harus segera mengistirahatkan dan menutup matanya. Apabila menggunakan contact lens, penderita harus segera mencopot contact lens tersebut. Untuk menyamankan mata, penderita juga dapat melakukan kompres mata serta menggunakan tetes mata artificial. Di fasilitas kesehatan, dokter akan meresepkan obat Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) seperti Ibuprofen untuk mengurangi peradangan. Selain itu, penderita juga diharuskan untuk menggunakan kacamata hitam (sunglasses) sementara waktu untuk meminimalisir paparan sinar UV pada matanya.
Faktor Risiko Photokeratitis
Photokeratitis dapat terjadi pada siapa saja, namun, terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko mengalami Photokeratitis, di antaranya adalah orang yang tinggal di dataran tinggi, orang yang banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas di bawah paparan matahari (misalnya, mendaki gunung, hiking, atau berenang), serta orang yang bekerja dengan peralatan yang menggunakan teknologi paparan sinar UV.
Beberapa peralatan yang dapat menjadi sumber radiasi sinar UV di antaranya adalah lampu di mesin tanning, flash kamera, lampu halogen, serta peralatan las Listrik. Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus melindungi mata mereka dari paparan sinar UV seperti dengan menggunakan kacamata, goggles, atau topi lebar saat beraktivitas di bawah paparan sinar UV.
Nah, ternyata sinar UV tidak hanya berbahaya bagi kulit saja ya teman-teman. Oleh karena itu, jangan lupa untuk selalu melindungi mata kita saat beraktivitas di outdoor atau yang berisiko memaparkan sinar UV.
Stay safe and healthy!