Pada 9 November 2020, Pfizer yang merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat mengeluarkan sebuah press release yang mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 yang tengah mereka kembangkan memiliki efektifitas sekitar 90%. Berita ini tentunya sangat menggembirakan, mengingat bahwa proses pengembangan vaksin COVID-19 ini dapat dibilang relatif singkat.
Sumber foto: www.freepik.com
Pfizer sendiri bekerja sama dengan sebuah perusahaan bioteknologi asal Jerman yang bernama BioNTech. Perusahaan BioNTech ini didirikan oleh Profesor Sahin dan istrinya yang bernama Dr. Tureci, serta turut menerima back up secara finansial dari Bill & Melinda Gates Foundation. Proses pengembangan vaksin ini sendiri dimulai pada Januari 2020, di mana Profesor Sahin membaca beberapa jurnal ilmiah terkait COVID-19 dan kemudian beliau terinspirasi akan potensi obat mRNA –yang sebelumnya merupakan obat anti-kanker- yang diasumsikan dapat menjadi basis dari pengembangan vaksin COVID-19. Tidak lama setelahnya, BioNTech berhasil menggandeng Pfizer dan Fosun –sebuah perusahaan farmasi di China- untuk merealisasikan pengembangan vaksin COVID-19 tersebut.
Vaksin COVID-19 dari Pfizer ini dinamakan BNT162b2. Vaksin ini menggunakan teknologi rekayasa genetika yang bernama messenger RNA (mRNA), yang bertujuan untuk melihat genom RNA dari Coronavirus. Kelebihan teknologi mRNA adalah proses pengembangan vaksin ini tidak memerlukan virus utuh sehingga proses pengembangan vaksin dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, teknologi mRNA juga menggunakan gen sintetis yang relatif mudah untuk diciptakan.
Melalui teknologi mRNA, tubuh kita nantinya tidak akan disuntikkan vaksin yang berisi virus yang mati maupun dilemahkan. Melainkan, vaksin tersebut ‘hanya’ berisi potongan kode genetik virus yang mampu melatih sistem kekebalan untuk mengenali protein spike di permukaan SARS-CoV-2, namun tidak akan sampai menimbulkan infeksi pada tubuh kita. Hasilnya, tubuh kita akan mampu memproduksi protein yang dapat merangsang respon sistem imun dan mentrigger terbentuknya antibodi yang kuat yang dapat mengenali dan mencegah virus untuk masuk ke dalam sel tubuh manusia. Singkat kata, vaksin yang dikembangkan melalui teknologi mRNA ini dapat ‘mengajari’ sistem kekebalan tubuh untuk memberikan respon perlawanan tanpa membuat tubuh menjadi sakit, hanya dengan sebagian kode genetik dari SARS-CoV-2.
Sumber foto: www.freepik.com
Klaim efektifitas dari Vaksin Pfizer ini dikatakan mencapai 90%, bahkan, Vaksin Pfizer ini diklaim 94% efektif pada populasi lansia (usia di atas 65 tahun), yang secara statistik lebih rentan terinfeksi COVID-19 derajat berat. Padahal, pada umumnya populasi lansia cenderung kurang memberikan respon baik atas pemberian vaksinasi. Klaim tersebut dapat diketahui karena uji klinis Vaksin Pfizer memang menggunakan sukarelawan dari berbagai latar belakang ras, etnis, dan kelompok usia yang berbeda-beda.
Walaupun dinyatakan memiliki efektifitas yang sangat baik, Vaksin Pfizer masih menimbulkan beberapa efek samping yang dikeluhkan oleh beberapa sukarelawan, di antaranya adalah nyeri kepala, nyeri otot, dan perasaan disorientasi seperti pengar. Namun, dengan mempertimbangkan bahwa efek samping yang dikeluhkan masih tergolong minor dan bearable, terutama jika disandingkan dengan efikasinya, pengembangan Vaksin Pfizer ini secara umum masih dianggap sangat sukses.
Salah satu hal yang sedikit merepotkan dari Vaksin Pfizer ini adalah dia harus disimpan dalam suhu super dingin, yakni minus 70 – 80° Celsius, selama beberapa hari sebelum siap untuk digunakan. Keperluan tempat penyimpanan yang tidak biasa ini dikhawatirkan akan menjadi masalah dari sisi distribusi logistik vaksin. Sebab, tidak semua tempat mampu menyediakan lemari pendingin yang bisa menghasilkan suhu sedingin itu. Kulkas pada umumnya pun hanya mampu menghasilkan suhu sekitar minus 4° Celsius.
Vaksin Pfizer direncanakan akan diberikan dalam dua dosis, yang mana, dosis kedua akan diberikan sekitar 21 hari dari pemberian dosis pertama. Setelah itu, pembentukan antibodi diperkirakan akan terjadi sekitar 7 hari setelah pemerian dosis kedua.
Saat ini, Vaksin Pfizer sedang dalam menjalani tahapan akhir dari uji klinisnya. Jika semua berjalan lancar, maka Vaksin Pfizer akan siap untuk segera diproduksi secara massal pada awal tahun 2021. Pfizer dan BioNTech sendiri memperkirakan bahwa mereka akan memproduksi sekitar 50 juta dosis vaksin pada tahap pertama produksi, yang mana jika satu orang akan menerima dua dosis Vaksin Pfizer, berarti diperkirakan ada 25 juta orang yang dapat menerima Vaksin Pfizer pada produksi tahap pertamanya. Selanjutnya, produksi vaksin akan terus dilanjutkan hingga diperkirakan akan diproduksi 1.3 miliar dosis Vaksin Pfizer selama tahun 2021.
Terkait dengan izin edar, saat ini Pfizer dan BioNTech berencana untuk mengajukan permohonan izin darurat alias Emergency Use Authorization (EUA) kepada Food and Drug Administration (FDA), yang mana akan dilakukan segera setelah proses pemantauan penyuntikan dosis kedua pada sukarelawan selesai dilakukan.
Sumber foto: www.freepik.com
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah pemerintah Indonesia berencana untuk melakukan pembelian Vaksin Pfizer?
Berdasarkan informasi yang selama ini beredar, saat ini, Indonesia telah memiliki komitmen pembelian tiga jenis vaksin COVID-19, yaitu Vaksin Sinovac, Vaksin Cansino, dan Vaksin Sinopharm. Bahkan, saat ini uji klinis Vaksin Sinovac masih dalam proses uji klinis di Bandung, Jawa Barat dan sejauh ini, masih belum dilaporkan pernyataan terkait efikasi dari Vaksin Sinovac tersebut.
Honesti Basyir selaku Direktur Utama Bio Farma mengatakan, pada dasarnya, kendala Indonesia untuk mendatangkan Vaksin Pfizer adalah dari sisi distribusinya. Sebagaimana telah dibahas di atas, Vaksin Pfizer ini memerlukan tempat penyimpanan khusus yang bersuhu sangat dingin. Sampai saat ini, Indonesia masih belum memiliki fasilitas tersebut, sehingga, jika pembelian dan distribusi dipaksakan, dikhawatirkan Vaksin Pfizer akan sampai ke Indonesia dalam kondisi yang tidak baik dan malah akan berbahaya jika diberikan ke masyarakat.
Saat ini, Pfizer dan BioNTech memperkirakan bahwa Vaksin Pfizer akan dibanderol pada harga sekitar USD 19.50 per-dosis, yang mana, jika seseorang memerlukan dua dosis, maka seseorang harus mengeluarkan sekitar USD 39.00 untuk mendapatkan dosis komplit dari Vaksin Pfizer. Harga tersebut masih sangat masuk akal untuk mendapatkan perlindungan dari COVID-19, bukan? Oleh karena itu, mari kita doakan bersama ya, agar proses pengembangan Vaksin Pfizer serta vaksin-vaksin COVID-19 lainnya dapat berjalan dengan lancar, serta menghasilkan efikasi yang baik dan pastinya terjamin keamanannya.