Cat merupakan salah satu zat sintetis yang sudah dikenal sejak jaman dahulu kala. Saat itu cat terbuat dari kapur dan lempung yang dilarutkan dengan minyak hewan. Manusia purba menggunakan cat ini untuk melukiskan cara mereka beburu.
Pernis dijumpai pemakaiannya pada abad ke-9 dan terbuat dari resin alami, minyak biji rami (linseed oils) dan lem. Pernis lazim digunakan sebagai zat untuk pengawet dan pelindung. Pada abad ke-20, pemakaian resin sintetis mulai diperkenalkan agar pernis lebih cepat kering dan lebih kokoh.
Proses Pembuatan
Berikut ini adalah rangkaian proses pembuatan dalam industri cat dan pernis :
Sumber Gambar : processflowsheets
1. Penghancuran pigmen dan/atau resin
Umumnya pigmen dan resin berwujud bongkahan padat sehingga harus dihancurkan menjadi bubuk yang berukuran sama (homogen) sebelum menuju tahap berikutnya.
Pigmen yang digunakan dalam pembuatan cat berfungsi untuk memberikan karakteristik warna yang spesifik terhadap cat. Zat pigmen dapat berupa pigmen organik dan non organik. Pigmen organik terbuat dari tumbuhan ataupun bentuk kehidupan berbasis karbon, biasanya berupa senyawa turunan azo-, phthalocyanine dan anthraquinone. Beberapa jenis pigmen anorganik yang lazim digunakan adalah titanium dioksida untuk menghasilkan warna putih, karbon untuk menghasilkan warna hitam dan oksida besi untuk menghasilkan warna merah.
Resin berfungsi sebagai bahan pengikat (binder) yang membentuk lapisan padat sehingga memberikan ketahanan pada cat/ pernis. Resin digunakan dalam cat maupun pernis berupa resin sintetis atau alami. Contoh resin alami yang digunakan adalah kopal dan resin sintetis yang sering digunakan adalah polyurethane resin.
2. Penambahan zat aditif
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan kedalam campuran resin dan pigmen untuk memberikan tujuan khusus atas penggunaan cat tersebut.
Zat aditif berupa zat turunan keramik yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan cat. Pigmen fluoresens ditambahkan agar cat terlihat menyala dalam gelap. Beberapa zat aditif ditambahkan untuk mendapatkan cat yang tahan air (waterproof), tahan karat (rustproof) atau bebas jamur.
3. Pelarutan
Menambahkan pelarut (solvent) ke dalam campuran pigmen, zat pengikat dan zat aditif sehingga terbentuk emulsi dengan kekentalan yang diinginkan. Berdasarkan pelarut yang digunakan cat yang dihasilkan terbagi atas tipe water-based paint dan solvent-based paint.
Tipe water-based paint, menggunakan air sebagai pelarut yang dominan dan pelarut lain seperti glycol etheratau alcohol. Produk cat yang merupakan tipe water-based paint adalah cat emulsi (emulsion paint) untuk dinding, cat air (watercolor paint) untuk melukis, acrylic emulsion dan latex paint.
Tipe solvent-based paint mengandung pelarut berupa senyawa organik yang mudah menguap (volatile organic compounds, VOCs) sebagai komposisi terbesar. Contoh pelarut yang digunakan adalah minyak terpentin (spiritus), xylene (xylol) dan toluene (toluol).
4. Quality Control
Pemeriksaan kualitas cat/pernis yang dihasilkan apakah sesuai spesifikasi yang ditetapkan atau tidak yaitu dengan melakukan uji terhadap kekentalan (viskositas), aplikasi terhadap permukaan, dan sebagainya.
5. Pelabelan dan Pengemasan (Packaging)
Cat atau pernis dituang ke dalam wadah dengan volume yang telah ditentukan. Wadah yang digunakan terbuat dari logam atau plastik dan diberi label yang memuat keterangan singkat mengenai produk kemudian dikemas ke dalam karton dus.
Sumber Gambar : bqlive
Berdasarkan data BPPDAN dalam 5 tahun terakhir, klaim untuk okupasi 23005 kurang dari 20 kejadian (occurrence). Kejadian paling banyak terjadi di tahun 2013 dan 2016.
Dalam 5 tahun, okupasi ini memiliki rata-rata Loss Ratio 60% dan severity klaim terbesar dalam kisaran angka dibawah Rp 20 Milyar. Tahun 2015 adalah tahun dengan frekuensi klaim terkecil, namun memiliki severity paling besar dibandingkan tahun lainnya. Hal ini mempertegas bahwa klaim untuk kode okupasi 23005 sangat fluktuatif.
Sumber Grafik : BPPDAN
Pertimbangan Underwriting
Secara umum, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat risiko dalam okupasi ini adalah :
Secara khusus, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan underwriting lainnya adalah :
Pabrik cat water-based
Air merupakan bahan baku utama cat tipe water-based, jadi mudah untuk mendapatkannya dan lebih murah dibanding bahan baku lainnya sehingga nilai ekonomis produk yang dijual relatif lebih besar daripada nilai ekonomis bahan baku yang digunakan. Hal ini menjadikan pabrik cat water-based memiliki nilai pertanggungan Business Interruption yang lebih besar dibanding nilai material damage sehingga akan mempengaruhi besarnya severity pada saat terjadi klaim.
Pabrik cat solvent-based dan pernis
Bahan baku utama dalam cat solvent-based dan pernis adalah pelarut yang mudah menguap (volatile) dan secara umum bersifat mudah terbakar (flammable) sehingga suhu dan sirkulasi udara penyimpanan bahan-bahan ini sangat menjadi perhatian. Di dalam tempat penyimpanan harus memiliki APAR (fire exstinguisher) yang sesuai. APAR yang digunakan untuk kebakaran yang melibatkan pelarut flammable adalah foam exstinguisher, powder extinguisher dan carbon dioxide CO2 extinguisher.
Bila udara mengandung uap zat flammable yang berasal dari pelarut, maka pembuangan listrik statis yang tidak terkendali berpotensi berbahaya atau bahkan dapat menyebabkan bencana. Bebarapa ledakan industri dan kebakaran disebabkan oleh listrik statis, oleh karena itu prosedur pencegahan kecelakaan akibat listrik statis harus diterapkan.