29 October 2021
3131
3131
Reasuransi Jiwa
Hal itulah yang selalu ditekankan oleh pemerintah serta pakar kesehatan dan epidemiologi. Walaupun kondisi pandemi Covid di Indonesia saat ini sudah jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan kondisi pada beberapa bulan yang lalu, tentunya, kita semua harus memahami bahwa pandemi ini masih ada. Beberapa pakar bahkan telah mengeluarkan pernyataan adanya potensi kejadian ‘Covid Gelombang Ketiga’ pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022, jika masyarakat terus dan semakin abai terhadap protokol kesehatan, sebagai wujud euforia atas terkendalinya kondisi pandemi saat ini.
Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap ancaman ‘Covid Gelombang Ketiga’, Pemerintah Indonesia sedang mengencangkan kembali Program Vaksinasi Covid di tengah masyarakat. Per-tanggal 19 Oktober 2021 kemarin, pemerintah menginformasikan bahwa masyarakat yang telah menerima dua dosis Vaksin Covid berjumlah 64,008,989 orang, atau sekitar 30.73% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi. Sementara, untuk masyarakat yang telah menerima Vaksin Covid dosis pertama saja berjumlah 109,005,627 orang, atau sekitar 52.34% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi.
Cukup tingginya persentase masyarakat yang telah divaksinasi tentunya merupakan hal yang sangat baik, karena, selain dapat melindungi diri si penerima vaksin itu sendiri, Vaksinasi Covid juga dapat melindungi orang-orang di sekitar penerima vaksin yang belum dapat menerima Vaksin Covid karena alasan tertentu. Misalnya, karena orang tersebut menderita penyakit komorbid atau belum termasuk kelompok usia yang diperbolehkan untuk menerima Vaksin Covid.
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia telah memperbolehkan kelompok anak berusia 12 – 17 tahun untuk menerima Vaksin Covid. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan tersebut merupakan hal yang baru, cakupan Vaksinasi Covid untuk kelompok tersebut pada saat ini sudah dapat dikatakan cukup baik, yaitu sebanyak 3,838,284 orang anak atau 14.37% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis pertama, dan 2,913,479 orang anak atau 10.91% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis kedua.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa anak-anak usia berapa pun memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi Covid. Walaupun mayoritas kasus Covid pada kelompok anak adalah kasus tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih ada segelintir penderita Covid anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sepertiga dari penderita Covid anak yang dirawat di rumah sakit juga membutuhkan perawatan di ruang intensif. Oleh karena itu, apabila Vaksin Covid juga dapat diberikan kepada kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, tentunya hal tersebut akan sangat membantu menekan laju transmisi virus dan upaya pengendalian pandemi yang saat ini tengah kita lakukan.
Pada akhir September 2021 lalu, Pfizer Inc. dan BioNTech SE menyampaikan bahwa mereka berencana untuk segera mengajukan izin penggunaan darurat alias Emergency Use of Authorization (EUA) atas Vaksin Covid yang mereka kembangkan, agar segera dapat diberikan kepada anak-anak berusia 5 – 11 tahun. Vaksin Pfizer sebelumnya telah mendapatkan EUA untuk kelompok anak berusia di atas 12 tahun dan persetujuan penuh dari Food and Drug Administration (FDA) untuk kelompok anak berusia di atas 16 tahun. Pihak Pfizer menyampaikan bahwa studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa Vaksin Pfizer dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun.
Selain terbukti mampu menginduksi respon kekebalan, pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak tersebut juga dikatakan relatif aman dan tidak memberikan efek samping yang lebih berat jika dibandingkan efek samping yang muncul pada kelompok usia lainnya. Beberapa efek samping yang disebutkan terjadi pada studi di antaranya adalah nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, demam, serta nyeri kepala. Bahkan, kejadian myokarditis tidak ditemukan pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun yang menerima Vaksin Pfizer. Padahal, beberapa kejadian myokarditis ditemukan pada penerima Vaksin Pfizer yang masuk ke dalam kelompok laki-laki berusia muda (kurang dari 40 tahun).
Tidak seperti uji klinis vaksin yang dilakukan pada kelompok dewasa, uji klinis vaksin pada kelompok anak ini tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran vaksin, dengan membandingkan kejadian Covid pada kelompok penerima vaksin dan kelompok penerima placebo. Uji klinis vaksin pada kelompok anak ini lebih melihat pada perbandingan jumlah neutralizing antibody yang mampu diinduksi oleh vaksin pada tubuh penerima anak, jika dibandingkan dengan neutralizing antibody yang mampu diinduksi pada tubuh penerima dewasa. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa 2,268 anak berusia 5 – 11 tahun yang diberikan dua suntikan vaksin dengan rentang 21 hari dan dosis 10 mikrogram/suntikan memiliki antibodi yang relatif sama baiknya dengan antibodi yang dimiliki oleh orang dewasa yang menerima vaksin dengan dosis tiga kali lipat dari dosis anak (30 mikrogram).
Studi Pfizer ini tentunya tidak berhenti sampai di sini. Selain pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun, Pfizer juga berharap ke depannya mereka dapat melakukan studi dan mengumpulkan data terkait seberapa aman dan baik Vaksin Pfizer dapat bekerja bagi kelompok anak berusia 2 – 5 tahun dan kelompok anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Apabila semua berjalan lancar, Pfizer menyampaikan bahwa data tersebut diharapkan dapat terkumpul pada akhir tahun 2021 ini.
Upaya akselerasi pemberian Vaksin Covid pada anak ini tentunya tidak dilakukan tanpa alasan. Sejak bulan Juli 2021, kasus Covid pada anak di USA meningkat sangat drastis, yaitu sekitar 240% dari kasus Covid pada beberapa bulan sebelumnya. Peningkatan kasus inilah yang mendorong Pfizer untuk menggencarkan studi vaksinnya terhadap kelompok anak, terutama, dengan mempertimbangkan bahwa mobilitas dan aktivitas masyarakat di USA sudah cukup tinggi, dan sebentar lagi dunia akan memasuki periode akhir tahun yang cukup identik dengan musim liburan.
Pemerintah USA bersama otoritas berwenang di USA disebutkan sedang menyelenggarakan rapat dengan cukup intens untuk dapat mengambil keputusan apakah Vaksin Pfizer dapat diberikan kepada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun atau tidak. Keputusan tersebut tentunya akan diambil dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kemanjuran, serta perbandingan risk and benefit dari pemberian vaksin tersebut.
Berdasarkan pemberitaan yang ada, keputusan pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun diharapkan dapat diambil dalam waktu tiga minggu ke depan, sehingga, proses pemberian Vaksin Pfizer kepada kelompok anak tersebut dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan bulan November. USA sendiri mencanangkan untuk memberikan Vaksin Pfizer tersebut kepada 28 juta orang anak berusia 5 – 11 tahun yang berada di seluruh negara bagian. Sebagai persiapan, Pemerintah USA telah mengamankan dan mempersiapkan pasokan vaksin, serta bermitra dengan lebih dari 25,000 fasilitas penyedia vaksinasi di seluruh negeri. Pemberian Vaksin Pfizer diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada musim gugur ini, di mana sekolah dan institusi pendidikan lainnya telah mulai menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bagaimana dengan pemberian Vaksin Covid pada anak-anak di Indonesia?
Serupa dengan Pemerintah USA, Pemerintah Indonesia pun disebut masih terus mengkaji terkait keamanan Vaksin Covid dari berbagai jenis dan merek bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun. Meskipun demikian, sementara kita masih menunggu sinyal hijau untuk pemberian Vaksin Covid bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, untuk saat ini kita dapat melindungi kelompok anak tersebut melalui tiga cara.
Cara yang pertama adalah dengan memperkenalkan anak kepada protokol kesehatan, serta bagaimana cara agar anak menerapkannya dengan baik dan konsisten. Protokol kesehatan tersebut dapat dimulai dari yang paling sederhana, seperti misalnya mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak menyentuh sembarang benda, serta menjauhi kerumunan apabila sedang berada di tempat umum.
Cara yang kedua adalah kita sebagai orang tua harus memelihara kesehatan anak secara umum, termasuk di antaranya melengkapi imunisasi anak sesuai dengan Jadwal Imunisasi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, kita juga harus menerapkan perilaku hidup sehat pada anak, seperti memberikan anak makanan serta minuman dengan gizi dan nutrisi yang seimbang, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.
Cara yang ketiga adalah kita sebagai orang dewasa harus mengambil tanggung jawab lebih terhadap kesehatan dan keselamatan anak-anak kita. Saat ini, mereka belum bisa menerima Vaksin Covid, namun mereka tetap memiliki risiko untuk terinfeksi Covid. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa bersedia menerima Vaksin Covid apabila kondisi kesehatan kita memungkinkan, sehingga, kita juga dapat melindungi anak-anak kita. Perlindungan seperti itulah yang dikenal sebagai kekebalan komunitas atau herd immunity, di mana, mungkin tidak semua orang dalam satu lingkungan divaksinasi, namun, semua orang dalam lingkungan tersebut dapat turut mendapatkan manfaat dari vaksinasi tersebut.
Selain itu, kita juga tidak boleh lengah atas euforia penurunan kasus Covid dan menjadi abai atas protokol kesehatan. Kita harus mengingat, apabila kita abai, kita dapat membahayakan anak, keluarga, serta orang-orang terdekat kita yang belum bisa menerima Vaksin Covid. Karena telah divaksin, kita mungkin ‘hanya’ akan menderita gejala ringan saat terinfeksi. Tapi, bagaimana dengan mereka yang belum divaksin?
Stay safe and healthy, semuanya!
***
Pemberian Vaksin Pfizer Pada Anak
Pandemi Covid masih ada.Hal itulah yang selalu ditekankan oleh pemerintah serta pakar kesehatan dan epidemiologi. Walaupun kondisi pandemi Covid di Indonesia saat ini sudah jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan kondisi pada beberapa bulan yang lalu, tentunya, kita semua harus memahami bahwa pandemi ini masih ada. Beberapa pakar bahkan telah mengeluarkan pernyataan adanya potensi kejadian ‘Covid Gelombang Ketiga’ pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022, jika masyarakat terus dan semakin abai terhadap protokol kesehatan, sebagai wujud euforia atas terkendalinya kondisi pandemi saat ini.
Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap ancaman ‘Covid Gelombang Ketiga’, Pemerintah Indonesia sedang mengencangkan kembali Program Vaksinasi Covid di tengah masyarakat. Per-tanggal 19 Oktober 2021 kemarin, pemerintah menginformasikan bahwa masyarakat yang telah menerima dua dosis Vaksin Covid berjumlah 64,008,989 orang, atau sekitar 30.73% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi. Sementara, untuk masyarakat yang telah menerima Vaksin Covid dosis pertama saja berjumlah 109,005,627 orang, atau sekitar 52.34% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi.
Cukup tingginya persentase masyarakat yang telah divaksinasi tentunya merupakan hal yang sangat baik, karena, selain dapat melindungi diri si penerima vaksin itu sendiri, Vaksinasi Covid juga dapat melindungi orang-orang di sekitar penerima vaksin yang belum dapat menerima Vaksin Covid karena alasan tertentu. Misalnya, karena orang tersebut menderita penyakit komorbid atau belum termasuk kelompok usia yang diperbolehkan untuk menerima Vaksin Covid.
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia telah memperbolehkan kelompok anak berusia 12 – 17 tahun untuk menerima Vaksin Covid. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan tersebut merupakan hal yang baru, cakupan Vaksinasi Covid untuk kelompok tersebut pada saat ini sudah dapat dikatakan cukup baik, yaitu sebanyak 3,838,284 orang anak atau 14.37% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis pertama, dan 2,913,479 orang anak atau 10.91% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis kedua.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa anak-anak usia berapa pun memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi Covid. Walaupun mayoritas kasus Covid pada kelompok anak adalah kasus tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih ada segelintir penderita Covid anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sepertiga dari penderita Covid anak yang dirawat di rumah sakit juga membutuhkan perawatan di ruang intensif. Oleh karena itu, apabila Vaksin Covid juga dapat diberikan kepada kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, tentunya hal tersebut akan sangat membantu menekan laju transmisi virus dan upaya pengendalian pandemi yang saat ini tengah kita lakukan.
Pada akhir September 2021 lalu, Pfizer Inc. dan BioNTech SE menyampaikan bahwa mereka berencana untuk segera mengajukan izin penggunaan darurat alias Emergency Use of Authorization (EUA) atas Vaksin Covid yang mereka kembangkan, agar segera dapat diberikan kepada anak-anak berusia 5 – 11 tahun. Vaksin Pfizer sebelumnya telah mendapatkan EUA untuk kelompok anak berusia di atas 12 tahun dan persetujuan penuh dari Food and Drug Administration (FDA) untuk kelompok anak berusia di atas 16 tahun. Pihak Pfizer menyampaikan bahwa studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa Vaksin Pfizer dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun.
Selain terbukti mampu menginduksi respon kekebalan, pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak tersebut juga dikatakan relatif aman dan tidak memberikan efek samping yang lebih berat jika dibandingkan efek samping yang muncul pada kelompok usia lainnya. Beberapa efek samping yang disebutkan terjadi pada studi di antaranya adalah nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, demam, serta nyeri kepala. Bahkan, kejadian myokarditis tidak ditemukan pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun yang menerima Vaksin Pfizer. Padahal, beberapa kejadian myokarditis ditemukan pada penerima Vaksin Pfizer yang masuk ke dalam kelompok laki-laki berusia muda (kurang dari 40 tahun).
Tidak seperti uji klinis vaksin yang dilakukan pada kelompok dewasa, uji klinis vaksin pada kelompok anak ini tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran vaksin, dengan membandingkan kejadian Covid pada kelompok penerima vaksin dan kelompok penerima placebo. Uji klinis vaksin pada kelompok anak ini lebih melihat pada perbandingan jumlah neutralizing antibody yang mampu diinduksi oleh vaksin pada tubuh penerima anak, jika dibandingkan dengan neutralizing antibody yang mampu diinduksi pada tubuh penerima dewasa. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa 2,268 anak berusia 5 – 11 tahun yang diberikan dua suntikan vaksin dengan rentang 21 hari dan dosis 10 mikrogram/suntikan memiliki antibodi yang relatif sama baiknya dengan antibodi yang dimiliki oleh orang dewasa yang menerima vaksin dengan dosis tiga kali lipat dari dosis anak (30 mikrogram).
Sumber foto: www.freepik.com
Studi Pfizer ini tentunya tidak berhenti sampai di sini. Selain pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun, Pfizer juga berharap ke depannya mereka dapat melakukan studi dan mengumpulkan data terkait seberapa aman dan baik Vaksin Pfizer dapat bekerja bagi kelompok anak berusia 2 – 5 tahun dan kelompok anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Apabila semua berjalan lancar, Pfizer menyampaikan bahwa data tersebut diharapkan dapat terkumpul pada akhir tahun 2021 ini.
Upaya akselerasi pemberian Vaksin Covid pada anak ini tentunya tidak dilakukan tanpa alasan. Sejak bulan Juli 2021, kasus Covid pada anak di USA meningkat sangat drastis, yaitu sekitar 240% dari kasus Covid pada beberapa bulan sebelumnya. Peningkatan kasus inilah yang mendorong Pfizer untuk menggencarkan studi vaksinnya terhadap kelompok anak, terutama, dengan mempertimbangkan bahwa mobilitas dan aktivitas masyarakat di USA sudah cukup tinggi, dan sebentar lagi dunia akan memasuki periode akhir tahun yang cukup identik dengan musim liburan.
Pemerintah USA bersama otoritas berwenang di USA disebutkan sedang menyelenggarakan rapat dengan cukup intens untuk dapat mengambil keputusan apakah Vaksin Pfizer dapat diberikan kepada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun atau tidak. Keputusan tersebut tentunya akan diambil dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kemanjuran, serta perbandingan risk and benefit dari pemberian vaksin tersebut.
Berdasarkan pemberitaan yang ada, keputusan pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun diharapkan dapat diambil dalam waktu tiga minggu ke depan, sehingga, proses pemberian Vaksin Pfizer kepada kelompok anak tersebut dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan bulan November. USA sendiri mencanangkan untuk memberikan Vaksin Pfizer tersebut kepada 28 juta orang anak berusia 5 – 11 tahun yang berada di seluruh negara bagian. Sebagai persiapan, Pemerintah USA telah mengamankan dan mempersiapkan pasokan vaksin, serta bermitra dengan lebih dari 25,000 fasilitas penyedia vaksinasi di seluruh negeri. Pemberian Vaksin Pfizer diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada musim gugur ini, di mana sekolah dan institusi pendidikan lainnya telah mulai menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bagaimana dengan pemberian Vaksin Covid pada anak-anak di Indonesia?
Serupa dengan Pemerintah USA, Pemerintah Indonesia pun disebut masih terus mengkaji terkait keamanan Vaksin Covid dari berbagai jenis dan merek bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun. Meskipun demikian, sementara kita masih menunggu sinyal hijau untuk pemberian Vaksin Covid bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, untuk saat ini kita dapat melindungi kelompok anak tersebut melalui tiga cara.
Cara yang pertama adalah dengan memperkenalkan anak kepada protokol kesehatan, serta bagaimana cara agar anak menerapkannya dengan baik dan konsisten. Protokol kesehatan tersebut dapat dimulai dari yang paling sederhana, seperti misalnya mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak menyentuh sembarang benda, serta menjauhi kerumunan apabila sedang berada di tempat umum.
Cara yang kedua adalah kita sebagai orang tua harus memelihara kesehatan anak secara umum, termasuk di antaranya melengkapi imunisasi anak sesuai dengan Jadwal Imunisasi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, kita juga harus menerapkan perilaku hidup sehat pada anak, seperti memberikan anak makanan serta minuman dengan gizi dan nutrisi yang seimbang, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.
Cara yang ketiga adalah kita sebagai orang dewasa harus mengambil tanggung jawab lebih terhadap kesehatan dan keselamatan anak-anak kita. Saat ini, mereka belum bisa menerima Vaksin Covid, namun mereka tetap memiliki risiko untuk terinfeksi Covid. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa bersedia menerima Vaksin Covid apabila kondisi kesehatan kita memungkinkan, sehingga, kita juga dapat melindungi anak-anak kita. Perlindungan seperti itulah yang dikenal sebagai kekebalan komunitas atau herd immunity, di mana, mungkin tidak semua orang dalam satu lingkungan divaksinasi, namun, semua orang dalam lingkungan tersebut dapat turut mendapatkan manfaat dari vaksinasi tersebut.
Selain itu, kita juga tidak boleh lengah atas euforia penurunan kasus Covid dan menjadi abai atas protokol kesehatan. Kita harus mengingat, apabila kita abai, kita dapat membahayakan anak, keluarga, serta orang-orang terdekat kita yang belum bisa menerima Vaksin Covid. Karena telah divaksin, kita mungkin ‘hanya’ akan menderita gejala ringan saat terinfeksi. Tapi, bagaimana dengan mereka yang belum divaksin?
Stay safe and healthy, semuanya!
***
Penulis
dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ
Email: laras@indonesiare.co.id
Artikel
- Vertigo dan Meniere’s Disease
02 Apr 2024
459 kali - Potensi dan Langkah Mitigasi Bahaya Rokok Elektrik07 Feb 2024542 kali
- Kebangkitan Infeksi Polio di Indonesia23 Jan 2024552 kali
- Mengenal COVID-19 Varian JN.122 Dec 20233299 kali
- Lonjakan Kasus COVID-19 di Akhir Tahun 202320 Dec 20233341 kali
- Potret Wabah ‘Pneumonia Misterius’ di Indonesia dan Dunia07 Dec 20233855 kali
- Infeksi HPV, Kanker Cervix, dan Metode Pencegahannya04 Dec 20233654 kali
- Perspektif Kepemilikan Asuransi Penyakit Kritis bagi Kelompok Usia Muda21 Nov 20233731 kali
- Kemunculan Kasus Mpox Kedua: Apakah Berpotensi Menjadi Epidemi Baru di Indonesia?30 Oct 20232958 kali
- Underweight dan Bahaya Kesehatan di Baliknya10 Oct 20232239 kali
- Penggunaan Air Purifier: Apakah Merupakan Solusi Efektif untuk Mengatasi Gangguan Pernapasan akibat Kualitas Udara Buruk?03 Oct 20232114 kali
- Fenomena Peningkatan Insidensi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga12 Jun 20239052 kali
- Marburg Virus Disease24 May 20235570 kali
- Sudden Sensorineural Hearing Loss26 Apr 20238364 kali
- Tuberculosis pada Anak10 Apr 20239358 kali
- Flu Burung Clade 2.3.4.4b28 Mar 202310302 kali
- Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Operasional Industri Perasuransian Nasional20 Feb 202314631 kali
- Memahami Fenomena Bonus Demografi dan Pengaruhnya pada Industri Asuransi Jiwa26 Jan 202317856 kali
- Vaksin Inavac12 Jan 202315646 kali
- Stroke Batang Otak06 Jan 202318078 kali
- Ada Apa dengan China?28 Dec 202211283 kali
- Gonorrhea Superbug21 Dec 202211021 kali
- Crimean-Congo Hemorrhagic Fever14 Dec 20225971 kali
- Vaksin IndoVac29 Nov 20225369 kali
- Cedera Sambaran Petir24 Nov 20224047 kali
- Emboli Paru dan Tragedi Perayaan Halloween di Itaewon11 Nov 20224122 kali
- Covid Subvarian XBB dan XBC03 Nov 20223428 kali
- Fenomena Resistensi Antibiotik dan Infeksi Superbug26 Oct 20223923 kali
- Telaah Fenomena Gagal Ginjal Akut pada Anak18 Oct 20225323 kali
- Penggunaan Kendaraan Listrik dari Perspektif Kesehatan dan Lingkungan04 Oct 20226244 kali
- Zero Covid Policy22 Sep 20224851 kali
- Fenomena Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada Sistem Imun31 Aug 20224335 kali
- Mengenal Batuk Berdarah22 Aug 20227418 kali
- Mengenal Virus Langya dan Potensi Emerging Disease12 Aug 20222057 kali
- Long Covid dalam Perspektif Asuransi Jiwa dan Kesehatan05 Aug 20222312 kali
- Covid Centaurus26 Jul 20222345 kali
- Menyikapi Penghapusan Ketentuan Waiting Period pada SEOJK PAYDI11 Jul 20224004 kali
- Telaah Ganja Medis sebagai Alternatif Pengobatan07 Jul 20223516 kali
- Ada Apa dengan BA.4 dan BA.5?24 Jun 20221834 kali
- Ramsay-Hunt Syndrome20 Jun 20222238 kali
- Keterkaitan Asma dengan GERD10 Jun 20224028 kali
- Penyakit Virus Hendra03 Jun 20222333 kali
- Mengenal Cacar Monyet26 May 20221888 kali
- Keterkaitan Infeksi Covid dengan Hepatitis Misterius19 May 20222057 kali
- Hepatitis Misterius19 May 20222112 kali
- Serba-Serbi Sakit Pinggang11 May 20224222 kali
- Evidence Based Medicine22 Apr 202215734 kali
- Mewaspadai Potensi Penyakit Ginjal pada Penyintas Covid07 Apr 20222418 kali
- Penyakit Tipes, Penyakit Masyarakat Indonesia31 Mar 20224188 kali
- Menilik Kesiapan Indonesia vs Negara Tetangga Dalam Melangkah Ke Status Endemi29 Mar 20222132 kali
- Riwayat Pandemi Flu Spanyol 191816 Mar 20226473 kali
- Son of Omicron09 Mar 20222054 kali
- Vaksin Zifivax22 Feb 20226002 kali
- Bahaya Strobo Bagi Kesehatan15 Feb 20223014 kali
- Flurona, Infeksi Apakah Itu?02 Feb 20221873 kali
- Pentingnya Warna Urine Sebagai Indikator Kesehatan25 Jan 202232874 kali
- Spinal Cord Injury17 Jan 202210796 kali
- Mengenal Gerd03 Jan 20224668 kali
- Tentang Varian Omicron10 Dec 20212657 kali
- Mengenal Nyeri Dada06 Dec 20213956 kali
- Mengenal Insomnia dan Sleep Deprivation29 Nov 202110594 kali
- Mental Health Awareness Di Lingkungan Kerja23 Nov 20217185 kali
- Dampak Kemunculan Virus Covid Subvarian Delta Plus12 Nov 20212465 kali
- Risiko Myokarditis Pada Penerima Vaksin MRNA19 Oct 20216513 kali
- Pengajuan Asuransi Jiwa dan Kesehatan Bagi Penyintas Covid06 Oct 20212238 kali
- Tentang Varian Mu28 Sep 20212445 kali
- Tentang Vaksin Sputnik-V15 Sep 20213566 kali
- Badai Sitokin pada Penderita Covid01 Sep 20218803 kali
- Vaksin Moderna Di Indonesia25 Aug 20215367 kali
- Amunisi Pandemi Anak Bangsa09 Aug 20212803 kali
- Pemberian Dosis Booster pada Program Vaksinasi Covid di Indonesia05 Aug 20213321 kali
- Telaah Penggunaan Azithromycin dalam Pengobatan COVID-1928 Jul 202110045 kali
- Peranan Vitamin D dalam Imunitas23 Jul 20216442 kali
- Polemik Ivermectin dalam Pengobatan COVID-1914 Jul 20213802 kali
- Peningkatan Kasus COVID-19 pada Anak di Indonesia28 Jun 20212856 kali
- Peranan Varian Mutasi dalam Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia18 Jun 20212792 kali
- Wacana Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi COVID-1914 Jun 20217674 kali
- Infeksi Jamur Hitam pada Penderita COVID-1910 Jun 20214010 kali
- Program Vaksinasi Gotong Royong09 Jun 20213253 kali
- Faedah Pemberian Terapi Plasma Konvalesen bagi Penderita COVID-1904 Jun 20213909 kali
- Fenomena Long Covid pada Penyintas18 May 20215431 kali
- Mengenal Varian P1 dari SARS-CoV-230 Apr 20213146 kali
- Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil19 Apr 20213370 kali
- Mengenal Varian Trégor16 Apr 20212477 kali
- Multisystem Inflammatory Syndrome In Children (Mis-C)24 Mar 202112502 kali
- Polemik Vaksin Astrazeneca19 Mar 20215301 kali
- Tentang Varian Mutasi B 117 Yang hadir di Indonesia15 Mar 20212493 kali
- Pengembangan Vaksin Covid-19 Di Indonesia26 Feb 20214312 kali
- Rekomendasi Terbaru Kemenkes Untuk Vaksinasi Covid-1918 Feb 20214812 kali
- Proses Pengelolaan Masker Medis Bekas Pakai15 Feb 20213589 kali
- Pandemic Fatigue11 Feb 20212670 kali
- Telaah Imunitas Dalam Disiplin Ilmu Psikoneuroimunologi01 Feb 20216167 kali
- Fakta-Fakta Terkait Kejadian Kematian Penerima Vaksin Pfizer22 Jan 20213691 kali
- Kesiapan Edar Vaksin Sinovac di Indonesia15 Jan 20213553 kali
- ISOLASI MANDIRI PADA COVID-1908 Jan 20213660 kali
- Mengenal Mutasi VUI-202012/0104 Jan 20212574 kali
- Delirium pada Penderita COVID-1923 Dec 20205525 kali
- Wacana Dimulainya Penyelenggaraan Sekolah Tatap Muka Kembali23 Dec 20202834 kali
- Gangguan Pencernaan Pada Kasus Covid-1922 Dec 20205818 kali
- Potensi Terjadinya Cross-Reactive-Immunity Terhadap Individu Yang Belum Terekspos Sars-Cov-221 Dec 20203574 kali
- Mengenal Vaksin Pfizer27 Nov 20206918 kali
- Klorokuin Dalam Pengobatan Covid-1920 Nov 20203852 kali
- Dominasi Klaster Perkantoran Pada Pandemi COVID-1920 Nov 20202990 kali
- Risiko Transmisi Covid-19 Dalam Penerbangan17 Nov 20202800 kali
- Antibody Dependent Enhancement02 Nov 20209689 kali
- Mengenal Herd Immunity24 Jul 20203621 kali
- Mungkinkah COVID-19 terjadi pada hewan?20 Jul 20203199 kali
- Virus Flu Babi G4 EA H1N1, Akankan Menjadi Pandemi Baru Di Tahun Ini ?03 Jul 20203946 kali
- Penggunaan Masker Dalam Kehidupan ‘Normal Baru’26 Jun 20203250 kali
- Kilas Balik Penanganan COVID-19 di Indonesia28 May 20202699 kali
- COVID-19 dan Penyakit Kardiovaskular11 May 20203197 kali
- Proses Pembuatan Vaksin05 May 202075181 kali
- COVID-19 dan Demam Dengue28 Apr 20203345 kali
- Mitos dan Fakta tentang COVID-1923 Mar 20203414 kali
- Menangani Gigitan Ular02 Mar 20206526 kali
- Mengenal GERD24 Feb 20206858 kali
- Serba-Serbi Jamu17 Feb 20203547 kali
- Mengoptimalkan Kekebalan Tubuh10 Feb 20202595 kali
- 2019 - Novel Coronavirus28 Jan 20203512 kali
- Vegan vs Vegetarian20 Jan 20203897 kali
- Banjir, Penyakit Pes, dan Leptospirosis13 Jan 20209011 kali
- Serba-Serbi Vitamin D06 Jan 20202796 kali
- Hyperventilation Syndrome30 Dec 201922622 kali
- Pentingnya Kalsium untuk Tubuh26 Dec 20197026 kali
- Serba-Serbi Keluarga Berencana17 Dec 20196282 kali
- Chronic Fatigue Syndrome09 Dec 20197680 kali
- Hipnosis dan Diet Hipnoterapi03 Dec 20196253 kali
- Manfaat Ikan Salmon25 Nov 20197220 kali
- Ulkus Lambung18 Nov 201915315 kali
- Sifilis12 Nov 201918782 kali
- Mengkonsumsi Vitamin C05 Nov 20196008 kali
- Skizofrenia28 Oct 20197131 kali
- Overdosis Kafein21 Oct 20192838 kali
- Bahaya Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Panas16 Oct 201914910 kali
- Peran Kolesterol bagi Kesehatan Tubuh27 Aug 20197687 kali
- Penyebab Bau Badan14 Aug 20194515 kali
- Social Drinker05 Aug 201915530 kali
- Mengenal Kandung Empedu30 Jul 201956130 kali
- Nutrisi untuk Rambut15 Jul 20192462 kali
- Mengenal Rambut08 Jul 201946004 kali
- Apakah Menguap Itu Selalu Pertanda Mengantuk01 Jul 20197542 kali
- Serba Serbi Warna Ingus28 Jun 201920314 kali
- Mengenal Cacar Monyet21 May 20194329 kali
- Manfaat Berpuasa bagi Kesehatan06 May 20192692 kali
- Mengapa Garam Dapat Menyebabkan Tekanan Darah Meningkat?29 Apr 201927074 kali
- Mengapa Kita Mengalami Cegukan?22 Apr 201910268 kali
- Manfaat Bawang Putih15 Apr 20198191 kali
- Mau tidur siang? Ternyata ada aturannya, lho!26 Mar 20197778 kali
- Extrapulmonary Tuberculosis18 Mar 201910880 kali
- Manfaat Zat Besi untuk Tubuh14 Mar 20197182 kali
- Hipertensi pada Anak06 Mar 201925365 kali
- Gangguan Psikosomatis04 Mar 201910377 kali
- Pentingnya Tidur Untuk Kesehatan18 Feb 20197391 kali
- Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD)!12 Feb 20198568 kali
- Fungsi Usus Buntu04 Feb 201915537 kali
- Serba-serbi Tonsil28 Jan 201932545 kali
- Protein dan Asam Amino21 Jan 201977889 kali
- Mengenal IQOS14 Jan 201934086 kali
- Mengenal Diet Keto07 Jan 20198105 kali
- Serba-Serbi Kurang Tidur31 Dec 20184458 kali
- Kolesterol yang Terlalu Rendah26 Dec 20183499 kali
- Ada Apa dengan Nasi?26 Dec 20184345 kali
- Benarkah Vape Tidak Berbahaya?11 Dec 20186105 kali
- Efusi Pleura12 Nov 201817281 kali
- Pneumonia06 Nov 20187872 kali
- Encephalitis29 Oct 20186346 kali
- Meningitis22 Oct 20188140 kali
- Imunisasi Rotavirus15 Oct 201814691 kali
- Prostatitis11 Jul 20187507 kali
- Cystitis02 Jul 201813909 kali
- Tahan Banting Selama Puasa04 Jun 20183409 kali
- Vaksin untuk anak : Iya atau Tidak?21 May 20183444 kali
- Vaksin Cacar Air, Penting atau Tidak ?30 Apr 201815223 kali
- Eclampsia23 Apr 20184247 kali
- Chikungunya12 Mar 201811963 kali
- Rubeola05 Mar 201812113 kali
- Benign Prostatic Hyperplasia05 Feb 20188232 kali
- Transplantasi Liver06 Mar 20177038 kali
- Diet sehat itu seperti apa?06 Mar 20174776 kali
- Sirosis Hati06 Mar 201717043 kali
- Pre-Diabetes, akankah menjadi Diabetes?06 Mar 20179508 kali
- Kanker Pankreas03 Mar 20177277 kali
- Kanker Lambung03 Mar 201710322 kali
- HFMD02 Mar 20179043 kali
- Cholelithiasis02 Mar 201760448 kali
- Alcohol-Related Liver Disease02 Mar 20176071 kali
- Rokok Elektronik: Penolong dari Ketergantungan atau Alternatif Baru Merokok?10 Dec 20166173 kali
Follow Us
