29 October 2021
3758
3758
Reasuransi Jiwa
Hal itulah yang selalu ditekankan oleh pemerintah serta pakar kesehatan dan epidemiologi. Walaupun kondisi pandemi Covid di Indonesia saat ini sudah jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan kondisi pada beberapa bulan yang lalu, tentunya, kita semua harus memahami bahwa pandemi ini masih ada. Beberapa pakar bahkan telah mengeluarkan pernyataan adanya potensi kejadian ‘Covid Gelombang Ketiga’ pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022, jika masyarakat terus dan semakin abai terhadap protokol kesehatan, sebagai wujud euforia atas terkendalinya kondisi pandemi saat ini.
Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap ancaman ‘Covid Gelombang Ketiga’, Pemerintah Indonesia sedang mengencangkan kembali Program Vaksinasi Covid di tengah masyarakat. Per-tanggal 19 Oktober 2021 kemarin, pemerintah menginformasikan bahwa masyarakat yang telah menerima dua dosis Vaksin Covid berjumlah 64,008,989 orang, atau sekitar 30.73% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi. Sementara, untuk masyarakat yang telah menerima Vaksin Covid dosis pertama saja berjumlah 109,005,627 orang, atau sekitar 52.34% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi.
Cukup tingginya persentase masyarakat yang telah divaksinasi tentunya merupakan hal yang sangat baik, karena, selain dapat melindungi diri si penerima vaksin itu sendiri, Vaksinasi Covid juga dapat melindungi orang-orang di sekitar penerima vaksin yang belum dapat menerima Vaksin Covid karena alasan tertentu. Misalnya, karena orang tersebut menderita penyakit komorbid atau belum termasuk kelompok usia yang diperbolehkan untuk menerima Vaksin Covid.
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia telah memperbolehkan kelompok anak berusia 12 – 17 tahun untuk menerima Vaksin Covid. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan tersebut merupakan hal yang baru, cakupan Vaksinasi Covid untuk kelompok tersebut pada saat ini sudah dapat dikatakan cukup baik, yaitu sebanyak 3,838,284 orang anak atau 14.37% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis pertama, dan 2,913,479 orang anak atau 10.91% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis kedua.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa anak-anak usia berapa pun memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi Covid. Walaupun mayoritas kasus Covid pada kelompok anak adalah kasus tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih ada segelintir penderita Covid anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sepertiga dari penderita Covid anak yang dirawat di rumah sakit juga membutuhkan perawatan di ruang intensif. Oleh karena itu, apabila Vaksin Covid juga dapat diberikan kepada kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, tentunya hal tersebut akan sangat membantu menekan laju transmisi virus dan upaya pengendalian pandemi yang saat ini tengah kita lakukan.
Pada akhir September 2021 lalu, Pfizer Inc. dan BioNTech SE menyampaikan bahwa mereka berencana untuk segera mengajukan izin penggunaan darurat alias Emergency Use of Authorization (EUA) atas Vaksin Covid yang mereka kembangkan, agar segera dapat diberikan kepada anak-anak berusia 5 – 11 tahun. Vaksin Pfizer sebelumnya telah mendapatkan EUA untuk kelompok anak berusia di atas 12 tahun dan persetujuan penuh dari Food and Drug Administration (FDA) untuk kelompok anak berusia di atas 16 tahun. Pihak Pfizer menyampaikan bahwa studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa Vaksin Pfizer dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun.
Selain terbukti mampu menginduksi respon kekebalan, pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak tersebut juga dikatakan relatif aman dan tidak memberikan efek samping yang lebih berat jika dibandingkan efek samping yang muncul pada kelompok usia lainnya. Beberapa efek samping yang disebutkan terjadi pada studi di antaranya adalah nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, demam, serta nyeri kepala. Bahkan, kejadian myokarditis tidak ditemukan pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun yang menerima Vaksin Pfizer. Padahal, beberapa kejadian myokarditis ditemukan pada penerima Vaksin Pfizer yang masuk ke dalam kelompok laki-laki berusia muda (kurang dari 40 tahun).
Tidak seperti uji klinis vaksin yang dilakukan pada kelompok dewasa, uji klinis vaksin pada kelompok anak ini tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran vaksin, dengan membandingkan kejadian Covid pada kelompok penerima vaksin dan kelompok penerima placebo. Uji klinis vaksin pada kelompok anak ini lebih melihat pada perbandingan jumlah neutralizing antibody yang mampu diinduksi oleh vaksin pada tubuh penerima anak, jika dibandingkan dengan neutralizing antibody yang mampu diinduksi pada tubuh penerima dewasa. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa 2,268 anak berusia 5 – 11 tahun yang diberikan dua suntikan vaksin dengan rentang 21 hari dan dosis 10 mikrogram/suntikan memiliki antibodi yang relatif sama baiknya dengan antibodi yang dimiliki oleh orang dewasa yang menerima vaksin dengan dosis tiga kali lipat dari dosis anak (30 mikrogram).
Studi Pfizer ini tentunya tidak berhenti sampai di sini. Selain pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun, Pfizer juga berharap ke depannya mereka dapat melakukan studi dan mengumpulkan data terkait seberapa aman dan baik Vaksin Pfizer dapat bekerja bagi kelompok anak berusia 2 – 5 tahun dan kelompok anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Apabila semua berjalan lancar, Pfizer menyampaikan bahwa data tersebut diharapkan dapat terkumpul pada akhir tahun 2021 ini.
Upaya akselerasi pemberian Vaksin Covid pada anak ini tentunya tidak dilakukan tanpa alasan. Sejak bulan Juli 2021, kasus Covid pada anak di USA meningkat sangat drastis, yaitu sekitar 240% dari kasus Covid pada beberapa bulan sebelumnya. Peningkatan kasus inilah yang mendorong Pfizer untuk menggencarkan studi vaksinnya terhadap kelompok anak, terutama, dengan mempertimbangkan bahwa mobilitas dan aktivitas masyarakat di USA sudah cukup tinggi, dan sebentar lagi dunia akan memasuki periode akhir tahun yang cukup identik dengan musim liburan.
Pemerintah USA bersama otoritas berwenang di USA disebutkan sedang menyelenggarakan rapat dengan cukup intens untuk dapat mengambil keputusan apakah Vaksin Pfizer dapat diberikan kepada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun atau tidak. Keputusan tersebut tentunya akan diambil dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kemanjuran, serta perbandingan risk and benefit dari pemberian vaksin tersebut.
Berdasarkan pemberitaan yang ada, keputusan pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun diharapkan dapat diambil dalam waktu tiga minggu ke depan, sehingga, proses pemberian Vaksin Pfizer kepada kelompok anak tersebut dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan bulan November. USA sendiri mencanangkan untuk memberikan Vaksin Pfizer tersebut kepada 28 juta orang anak berusia 5 – 11 tahun yang berada di seluruh negara bagian. Sebagai persiapan, Pemerintah USA telah mengamankan dan mempersiapkan pasokan vaksin, serta bermitra dengan lebih dari 25,000 fasilitas penyedia vaksinasi di seluruh negeri. Pemberian Vaksin Pfizer diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada musim gugur ini, di mana sekolah dan institusi pendidikan lainnya telah mulai menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bagaimana dengan pemberian Vaksin Covid pada anak-anak di Indonesia?
Serupa dengan Pemerintah USA, Pemerintah Indonesia pun disebut masih terus mengkaji terkait keamanan Vaksin Covid dari berbagai jenis dan merek bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun. Meskipun demikian, sementara kita masih menunggu sinyal hijau untuk pemberian Vaksin Covid bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, untuk saat ini kita dapat melindungi kelompok anak tersebut melalui tiga cara.
Cara yang pertama adalah dengan memperkenalkan anak kepada protokol kesehatan, serta bagaimana cara agar anak menerapkannya dengan baik dan konsisten. Protokol kesehatan tersebut dapat dimulai dari yang paling sederhana, seperti misalnya mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak menyentuh sembarang benda, serta menjauhi kerumunan apabila sedang berada di tempat umum.
Cara yang kedua adalah kita sebagai orang tua harus memelihara kesehatan anak secara umum, termasuk di antaranya melengkapi imunisasi anak sesuai dengan Jadwal Imunisasi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, kita juga harus menerapkan perilaku hidup sehat pada anak, seperti memberikan anak makanan serta minuman dengan gizi dan nutrisi yang seimbang, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.
Cara yang ketiga adalah kita sebagai orang dewasa harus mengambil tanggung jawab lebih terhadap kesehatan dan keselamatan anak-anak kita. Saat ini, mereka belum bisa menerima Vaksin Covid, namun mereka tetap memiliki risiko untuk terinfeksi Covid. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa bersedia menerima Vaksin Covid apabila kondisi kesehatan kita memungkinkan, sehingga, kita juga dapat melindungi anak-anak kita. Perlindungan seperti itulah yang dikenal sebagai kekebalan komunitas atau herd immunity, di mana, mungkin tidak semua orang dalam satu lingkungan divaksinasi, namun, semua orang dalam lingkungan tersebut dapat turut mendapatkan manfaat dari vaksinasi tersebut.
Selain itu, kita juga tidak boleh lengah atas euforia penurunan kasus Covid dan menjadi abai atas protokol kesehatan. Kita harus mengingat, apabila kita abai, kita dapat membahayakan anak, keluarga, serta orang-orang terdekat kita yang belum bisa menerima Vaksin Covid. Karena telah divaksin, kita mungkin ‘hanya’ akan menderita gejala ringan saat terinfeksi. Tapi, bagaimana dengan mereka yang belum divaksin?
Stay safe and healthy, semuanya!
***
Pemberian Vaksin Pfizer Pada Anak
Pandemi Covid masih ada.Hal itulah yang selalu ditekankan oleh pemerintah serta pakar kesehatan dan epidemiologi. Walaupun kondisi pandemi Covid di Indonesia saat ini sudah jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan kondisi pada beberapa bulan yang lalu, tentunya, kita semua harus memahami bahwa pandemi ini masih ada. Beberapa pakar bahkan telah mengeluarkan pernyataan adanya potensi kejadian ‘Covid Gelombang Ketiga’ pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022, jika masyarakat terus dan semakin abai terhadap protokol kesehatan, sebagai wujud euforia atas terkendalinya kondisi pandemi saat ini.
Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap ancaman ‘Covid Gelombang Ketiga’, Pemerintah Indonesia sedang mengencangkan kembali Program Vaksinasi Covid di tengah masyarakat. Per-tanggal 19 Oktober 2021 kemarin, pemerintah menginformasikan bahwa masyarakat yang telah menerima dua dosis Vaksin Covid berjumlah 64,008,989 orang, atau sekitar 30.73% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi. Sementara, untuk masyarakat yang telah menerima Vaksin Covid dosis pertama saja berjumlah 109,005,627 orang, atau sekitar 52.34% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi.
Cukup tingginya persentase masyarakat yang telah divaksinasi tentunya merupakan hal yang sangat baik, karena, selain dapat melindungi diri si penerima vaksin itu sendiri, Vaksinasi Covid juga dapat melindungi orang-orang di sekitar penerima vaksin yang belum dapat menerima Vaksin Covid karena alasan tertentu. Misalnya, karena orang tersebut menderita penyakit komorbid atau belum termasuk kelompok usia yang diperbolehkan untuk menerima Vaksin Covid.
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia telah memperbolehkan kelompok anak berusia 12 – 17 tahun untuk menerima Vaksin Covid. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan tersebut merupakan hal yang baru, cakupan Vaksinasi Covid untuk kelompok tersebut pada saat ini sudah dapat dikatakan cukup baik, yaitu sebanyak 3,838,284 orang anak atau 14.37% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis pertama, dan 2,913,479 orang anak atau 10.91% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis kedua.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa anak-anak usia berapa pun memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi Covid. Walaupun mayoritas kasus Covid pada kelompok anak adalah kasus tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih ada segelintir penderita Covid anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sepertiga dari penderita Covid anak yang dirawat di rumah sakit juga membutuhkan perawatan di ruang intensif. Oleh karena itu, apabila Vaksin Covid juga dapat diberikan kepada kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, tentunya hal tersebut akan sangat membantu menekan laju transmisi virus dan upaya pengendalian pandemi yang saat ini tengah kita lakukan.
Pada akhir September 2021 lalu, Pfizer Inc. dan BioNTech SE menyampaikan bahwa mereka berencana untuk segera mengajukan izin penggunaan darurat alias Emergency Use of Authorization (EUA) atas Vaksin Covid yang mereka kembangkan, agar segera dapat diberikan kepada anak-anak berusia 5 – 11 tahun. Vaksin Pfizer sebelumnya telah mendapatkan EUA untuk kelompok anak berusia di atas 12 tahun dan persetujuan penuh dari Food and Drug Administration (FDA) untuk kelompok anak berusia di atas 16 tahun. Pihak Pfizer menyampaikan bahwa studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa Vaksin Pfizer dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun.
Selain terbukti mampu menginduksi respon kekebalan, pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak tersebut juga dikatakan relatif aman dan tidak memberikan efek samping yang lebih berat jika dibandingkan efek samping yang muncul pada kelompok usia lainnya. Beberapa efek samping yang disebutkan terjadi pada studi di antaranya adalah nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, demam, serta nyeri kepala. Bahkan, kejadian myokarditis tidak ditemukan pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun yang menerima Vaksin Pfizer. Padahal, beberapa kejadian myokarditis ditemukan pada penerima Vaksin Pfizer yang masuk ke dalam kelompok laki-laki berusia muda (kurang dari 40 tahun).
Tidak seperti uji klinis vaksin yang dilakukan pada kelompok dewasa, uji klinis vaksin pada kelompok anak ini tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran vaksin, dengan membandingkan kejadian Covid pada kelompok penerima vaksin dan kelompok penerima placebo. Uji klinis vaksin pada kelompok anak ini lebih melihat pada perbandingan jumlah neutralizing antibody yang mampu diinduksi oleh vaksin pada tubuh penerima anak, jika dibandingkan dengan neutralizing antibody yang mampu diinduksi pada tubuh penerima dewasa. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa 2,268 anak berusia 5 – 11 tahun yang diberikan dua suntikan vaksin dengan rentang 21 hari dan dosis 10 mikrogram/suntikan memiliki antibodi yang relatif sama baiknya dengan antibodi yang dimiliki oleh orang dewasa yang menerima vaksin dengan dosis tiga kali lipat dari dosis anak (30 mikrogram).
Sumber foto: www.freepik.com
Studi Pfizer ini tentunya tidak berhenti sampai di sini. Selain pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun, Pfizer juga berharap ke depannya mereka dapat melakukan studi dan mengumpulkan data terkait seberapa aman dan baik Vaksin Pfizer dapat bekerja bagi kelompok anak berusia 2 – 5 tahun dan kelompok anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Apabila semua berjalan lancar, Pfizer menyampaikan bahwa data tersebut diharapkan dapat terkumpul pada akhir tahun 2021 ini.
Upaya akselerasi pemberian Vaksin Covid pada anak ini tentunya tidak dilakukan tanpa alasan. Sejak bulan Juli 2021, kasus Covid pada anak di USA meningkat sangat drastis, yaitu sekitar 240% dari kasus Covid pada beberapa bulan sebelumnya. Peningkatan kasus inilah yang mendorong Pfizer untuk menggencarkan studi vaksinnya terhadap kelompok anak, terutama, dengan mempertimbangkan bahwa mobilitas dan aktivitas masyarakat di USA sudah cukup tinggi, dan sebentar lagi dunia akan memasuki periode akhir tahun yang cukup identik dengan musim liburan.
Pemerintah USA bersama otoritas berwenang di USA disebutkan sedang menyelenggarakan rapat dengan cukup intens untuk dapat mengambil keputusan apakah Vaksin Pfizer dapat diberikan kepada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun atau tidak. Keputusan tersebut tentunya akan diambil dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kemanjuran, serta perbandingan risk and benefit dari pemberian vaksin tersebut.
Berdasarkan pemberitaan yang ada, keputusan pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun diharapkan dapat diambil dalam waktu tiga minggu ke depan, sehingga, proses pemberian Vaksin Pfizer kepada kelompok anak tersebut dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan bulan November. USA sendiri mencanangkan untuk memberikan Vaksin Pfizer tersebut kepada 28 juta orang anak berusia 5 – 11 tahun yang berada di seluruh negara bagian. Sebagai persiapan, Pemerintah USA telah mengamankan dan mempersiapkan pasokan vaksin, serta bermitra dengan lebih dari 25,000 fasilitas penyedia vaksinasi di seluruh negeri. Pemberian Vaksin Pfizer diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada musim gugur ini, di mana sekolah dan institusi pendidikan lainnya telah mulai menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bagaimana dengan pemberian Vaksin Covid pada anak-anak di Indonesia?
Serupa dengan Pemerintah USA, Pemerintah Indonesia pun disebut masih terus mengkaji terkait keamanan Vaksin Covid dari berbagai jenis dan merek bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun. Meskipun demikian, sementara kita masih menunggu sinyal hijau untuk pemberian Vaksin Covid bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, untuk saat ini kita dapat melindungi kelompok anak tersebut melalui tiga cara.
Cara yang pertama adalah dengan memperkenalkan anak kepada protokol kesehatan, serta bagaimana cara agar anak menerapkannya dengan baik dan konsisten. Protokol kesehatan tersebut dapat dimulai dari yang paling sederhana, seperti misalnya mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak menyentuh sembarang benda, serta menjauhi kerumunan apabila sedang berada di tempat umum.
Cara yang kedua adalah kita sebagai orang tua harus memelihara kesehatan anak secara umum, termasuk di antaranya melengkapi imunisasi anak sesuai dengan Jadwal Imunisasi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, kita juga harus menerapkan perilaku hidup sehat pada anak, seperti memberikan anak makanan serta minuman dengan gizi dan nutrisi yang seimbang, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.
Cara yang ketiga adalah kita sebagai orang dewasa harus mengambil tanggung jawab lebih terhadap kesehatan dan keselamatan anak-anak kita. Saat ini, mereka belum bisa menerima Vaksin Covid, namun mereka tetap memiliki risiko untuk terinfeksi Covid. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa bersedia menerima Vaksin Covid apabila kondisi kesehatan kita memungkinkan, sehingga, kita juga dapat melindungi anak-anak kita. Perlindungan seperti itulah yang dikenal sebagai kekebalan komunitas atau herd immunity, di mana, mungkin tidak semua orang dalam satu lingkungan divaksinasi, namun, semua orang dalam lingkungan tersebut dapat turut mendapatkan manfaat dari vaksinasi tersebut.
Selain itu, kita juga tidak boleh lengah atas euforia penurunan kasus Covid dan menjadi abai atas protokol kesehatan. Kita harus mengingat, apabila kita abai, kita dapat membahayakan anak, keluarga, serta orang-orang terdekat kita yang belum bisa menerima Vaksin Covid. Karena telah divaksin, kita mungkin ‘hanya’ akan menderita gejala ringan saat terinfeksi. Tapi, bagaimana dengan mereka yang belum divaksin?
Stay safe and healthy, semuanya!
***
Penulis
dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ
Email: laras@indonesiare.co.id
Artikel
- InsurTech: A Growing Synergy Between Insurance, Technology, and Healthcare
13 Sep 2024
948 kali - Sepak Terjang Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)09 Jul 20241266 kali
- Pengaruh Penggunaan Proton Pump Inhibitor terhadap Gangguan Kandung Empedu27 Jun 20241350 kali
- Mengenal ‘Disease X’, The Future Next Pandemic?06 May 20241674 kali
- Vertigo dan Meniere’s Disease02 Apr 20241757 kali
- Potensi dan Langkah Mitigasi Bahaya Rokok Elektrik07 Feb 20241489 kali
- Kebangkitan Infeksi Polio di Indonesia23 Jan 20241474 kali
- Mengenal COVID-19 Varian JN.122 Dec 20233976 kali
- Lonjakan Kasus COVID-19 di Akhir Tahun 202320 Dec 20233949 kali
- Potret Wabah ‘Pneumonia Misterius’ di Indonesia dan Dunia07 Dec 20234520 kali
- Infeksi HPV, Kanker Cervix, dan Metode Pencegahannya04 Dec 20234341 kali
- Perspektif Kepemilikan Asuransi Penyakit Kritis bagi Kelompok Usia Muda21 Nov 20234419 kali
- Kemunculan Kasus Mpox Kedua: Apakah Berpotensi Menjadi Epidemi Baru di Indonesia?30 Oct 20233663 kali
- Underweight dan Bahaya Kesehatan di Baliknya10 Oct 20233806 kali
- Penggunaan Air Purifier: Apakah Merupakan Solusi Efektif untuk Mengatasi Gangguan Pernapasan akibat Kualitas Udara Buruk?03 Oct 20233282 kali
- Fenomena Peningkatan Insidensi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga12 Jun 20239776 kali
- Marburg Virus Disease24 May 20236255 kali
- Sudden Sensorineural Hearing Loss26 Apr 20239251 kali
- Tuberculosis pada Anak10 Apr 202310018 kali
- Flu Burung Clade 2.3.4.4b28 Mar 202311067 kali
- Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Operasional Industri Perasuransian Nasional20 Feb 202315843 kali
- Memahami Fenomena Bonus Demografi dan Pengaruhnya pada Industri Asuransi Jiwa26 Jan 202319726 kali
- Vaksin Inavac12 Jan 202316371 kali
- Stroke Batang Otak06 Jan 202319618 kali
- Ada Apa dengan China?28 Dec 202211831 kali
- Gonorrhea Superbug21 Dec 202211664 kali
- Crimean-Congo Hemorrhagic Fever14 Dec 20226644 kali
- Vaksin IndoVac29 Nov 20225971 kali
- Cedera Sambaran Petir24 Nov 20224847 kali
- Emboli Paru dan Tragedi Perayaan Halloween di Itaewon11 Nov 20224701 kali
- Covid Subvarian XBB dan XBC03 Nov 20223984 kali
- Fenomena Resistensi Antibiotik dan Infeksi Superbug26 Oct 20224740 kali
- Telaah Fenomena Gagal Ginjal Akut pada Anak18 Oct 20225930 kali
- Penggunaan Kendaraan Listrik dari Perspektif Kesehatan dan Lingkungan04 Oct 20228849 kali
- Zero Covid Policy22 Sep 20225472 kali
- Fenomena Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada Sistem Imun31 Aug 20225632 kali
- Mengenal Batuk Berdarah22 Aug 20228990 kali
- Mengenal Virus Langya dan Potensi Emerging Disease12 Aug 20222580 kali
- Long Covid dalam Perspektif Asuransi Jiwa dan Kesehatan05 Aug 20222876 kali
- Covid Centaurus26 Jul 20222866 kali
- Menyikapi Penghapusan Ketentuan Waiting Period pada SEOJK PAYDI11 Jul 20224682 kali
- Telaah Ganja Medis sebagai Alternatif Pengobatan07 Jul 20224230 kali
- Ada Apa dengan BA.4 dan BA.5?24 Jun 20222382 kali
- Ramsay-Hunt Syndrome20 Jun 20222797 kali
- Keterkaitan Asma dengan GERD10 Jun 20224829 kali
- Penyakit Virus Hendra03 Jun 20222948 kali
- Mengenal Cacar Monyet26 May 20222429 kali
- Keterkaitan Infeksi Covid dengan Hepatitis Misterius19 May 20222587 kali
- Hepatitis Misterius19 May 20222644 kali
- Serba-Serbi Sakit Pinggang11 May 20224963 kali
- Evidence Based Medicine22 Apr 202217812 kali
- Mewaspadai Potensi Penyakit Ginjal pada Penyintas Covid07 Apr 20223078 kali
- Penyakit Tipes, Penyakit Masyarakat Indonesia31 Mar 20225135 kali
- Menilik Kesiapan Indonesia vs Negara Tetangga Dalam Melangkah Ke Status Endemi29 Mar 20222661 kali
- Riwayat Pandemi Flu Spanyol 191816 Mar 20227553 kali
- Son of Omicron09 Mar 20222561 kali
- Vaksin Zifivax22 Feb 20226762 kali
- Bahaya Strobo Bagi Kesehatan15 Feb 20223752 kali
- Flurona, Infeksi Apakah Itu?02 Feb 20222409 kali
- Pentingnya Warna Urine Sebagai Indikator Kesehatan25 Jan 202234618 kali
- Spinal Cord Injury17 Jan 202212225 kali
- Mengenal Gerd03 Jan 20225832 kali
- Tentang Varian Omicron10 Dec 20213189 kali
- Mengenal Nyeri Dada06 Dec 20214606 kali
- Mengenal Insomnia dan Sleep Deprivation29 Nov 202113303 kali
- Mental Health Awareness Di Lingkungan Kerja23 Nov 20218092 kali
- Dampak Kemunculan Virus Covid Subvarian Delta Plus12 Nov 20213042 kali
- Risiko Myokarditis Pada Penerima Vaksin MRNA19 Oct 20217169 kali
- Pengajuan Asuransi Jiwa dan Kesehatan Bagi Penyintas Covid06 Oct 20212764 kali
- Tentang Varian Mu28 Sep 20213086 kali
- Tentang Vaksin Sputnik-V15 Sep 20214124 kali
- Badai Sitokin pada Penderita Covid01 Sep 20219600 kali
- Vaksin Moderna Di Indonesia25 Aug 20215962 kali
- Amunisi Pandemi Anak Bangsa09 Aug 20213392 kali
- Pemberian Dosis Booster pada Program Vaksinasi Covid di Indonesia05 Aug 20213855 kali
- Telaah Penggunaan Azithromycin dalam Pengobatan COVID-1928 Jul 202110655 kali
- Peranan Vitamin D dalam Imunitas23 Jul 20217313 kali
- Polemik Ivermectin dalam Pengobatan COVID-1914 Jul 20214406 kali
- Peningkatan Kasus COVID-19 pada Anak di Indonesia28 Jun 20213332 kali
- Peranan Varian Mutasi dalam Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia18 Jun 20213326 kali
- Wacana Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi COVID-1914 Jun 20218318 kali
- Infeksi Jamur Hitam pada Penderita COVID-1910 Jun 20214559 kali
- Program Vaksinasi Gotong Royong09 Jun 20213794 kali
- Faedah Pemberian Terapi Plasma Konvalesen bagi Penderita COVID-1904 Jun 20214450 kali
- Fenomena Long Covid pada Penyintas18 May 20215994 kali
- Mengenal Varian P1 dari SARS-CoV-230 Apr 20213762 kali
- Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil19 Apr 20213914 kali
- Mengenal Varian Trégor16 Apr 20212979 kali
- Multisystem Inflammatory Syndrome In Children (Mis-C)24 Mar 202113440 kali
- Polemik Vaksin Astrazeneca19 Mar 20215896 kali
- Tentang Varian Mutasi B 117 Yang hadir di Indonesia15 Mar 20213023 kali
- Pengembangan Vaksin Covid-19 Di Indonesia26 Feb 20214936 kali
- Rekomendasi Terbaru Kemenkes Untuk Vaksinasi Covid-1918 Feb 20215345 kali
- Proses Pengelolaan Masker Medis Bekas Pakai15 Feb 20214197 kali
- Pandemic Fatigue11 Feb 20213180 kali
- Telaah Imunitas Dalam Disiplin Ilmu Psikoneuroimunologi01 Feb 20216882 kali
- Fakta-Fakta Terkait Kejadian Kematian Penerima Vaksin Pfizer22 Jan 20214346 kali
- Kesiapan Edar Vaksin Sinovac di Indonesia15 Jan 20214143 kali
- ISOLASI MANDIRI PADA COVID-1908 Jan 20214228 kali
- Mengenal Mutasi VUI-202012/0104 Jan 20213139 kali
- Delirium pada Penderita COVID-1923 Dec 20206096 kali
- Wacana Dimulainya Penyelenggaraan Sekolah Tatap Muka Kembali23 Dec 20203331 kali
- Gangguan Pencernaan Pada Kasus Covid-1922 Dec 20206493 kali
- Potensi Terjadinya Cross-Reactive-Immunity Terhadap Individu Yang Belum Terekspos Sars-Cov-221 Dec 20204192 kali
- Mengenal Vaksin Pfizer27 Nov 20207755 kali
- Klorokuin Dalam Pengobatan Covid-1920 Nov 20204455 kali
- Dominasi Klaster Perkantoran Pada Pandemi COVID-1920 Nov 20203517 kali
- Risiko Transmisi Covid-19 Dalam Penerbangan17 Nov 20203296 kali
- Antibody Dependent Enhancement02 Nov 202010294 kali
- Mengenal Herd Immunity24 Jul 20204269 kali
- Mungkinkah COVID-19 terjadi pada hewan?20 Jul 20203719 kali
- Virus Flu Babi G4 EA H1N1, Akankan Menjadi Pandemi Baru Di Tahun Ini ?03 Jul 20204612 kali
- Penggunaan Masker Dalam Kehidupan ‘Normal Baru’26 Jun 20203855 kali
- Kilas Balik Penanganan COVID-19 di Indonesia28 May 20203160 kali
- COVID-19 dan Penyakit Kardiovaskular11 May 20203721 kali
- Proses Pembuatan Vaksin05 May 202078970 kali
- COVID-19 dan Demam Dengue28 Apr 20203971 kali
- Mitos dan Fakta tentang COVID-1923 Mar 20203916 kali
- Menangani Gigitan Ular02 Mar 20207495 kali
- Mengenal GERD24 Feb 20207634 kali
- Serba-Serbi Jamu17 Feb 20204153 kali
- Mengoptimalkan Kekebalan Tubuh10 Feb 20203076 kali
- 2019 - Novel Coronavirus28 Jan 20204018 kali
- Vegan vs Vegetarian20 Jan 20204590 kali
- Banjir, Penyakit Pes, dan Leptospirosis13 Jan 202010209 kali
- Serba-Serbi Vitamin D06 Jan 20203364 kali
- Hyperventilation Syndrome30 Dec 201924134 kali
- Pentingnya Kalsium untuk Tubuh26 Dec 20197844 kali
- Serba-Serbi Keluarga Berencana17 Dec 20197020 kali
- Chronic Fatigue Syndrome09 Dec 20198477 kali
- Hipnosis dan Diet Hipnoterapi03 Dec 20197216 kali
- Manfaat Ikan Salmon25 Nov 20198132 kali
- Ulkus Lambung18 Nov 201916373 kali
- Sifilis12 Nov 201921045 kali
- Mengkonsumsi Vitamin C05 Nov 20196871 kali
- Skizofrenia28 Oct 20198322 kali
- Overdosis Kafein21 Oct 20193420 kali
- Bahaya Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Panas16 Oct 201916381 kali
- Peran Kolesterol bagi Kesehatan Tubuh27 Aug 20198363 kali
- Penyebab Bau Badan14 Aug 20195185 kali
- Social Drinker05 Aug 201917629 kali
- Mengenal Kandung Empedu30 Jul 201959298 kali
- Nutrisi untuk Rambut15 Jul 20193051 kali
- Mengenal Rambut08 Jul 201947899 kali
- Apakah Menguap Itu Selalu Pertanda Mengantuk01 Jul 20198470 kali
- Serba Serbi Warna Ingus28 Jun 201923557 kali
- Mengenal Cacar Monyet21 May 20194985 kali
- Manfaat Berpuasa bagi Kesehatan06 May 20193219 kali
- Mengapa Garam Dapat Menyebabkan Tekanan Darah Meningkat?29 Apr 201928734 kali
- Mengapa Kita Mengalami Cegukan?22 Apr 201911971 kali
- Manfaat Bawang Putih15 Apr 20198978 kali
- Mau tidur siang? Ternyata ada aturannya, lho!26 Mar 20198780 kali
- Extrapulmonary Tuberculosis18 Mar 201911829 kali
- Manfaat Zat Besi untuk Tubuh14 Mar 20197967 kali
- Hipertensi pada Anak06 Mar 201927764 kali
- Gangguan Psikosomatis04 Mar 201911624 kali
- Pentingnya Tidur Untuk Kesehatan18 Feb 20198331 kali
- Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD)!12 Feb 20199413 kali
- Fungsi Usus Buntu04 Feb 201917140 kali
- Serba-serbi Tonsil28 Jan 201934560 kali
- Protein dan Asam Amino21 Jan 201982780 kali
- Mengenal IQOS14 Jan 201937268 kali
- Mengenal Diet Keto07 Jan 20199302 kali
- Serba-Serbi Kurang Tidur31 Dec 20185187 kali
- Kolesterol yang Terlalu Rendah26 Dec 20183975 kali
- Ada Apa dengan Nasi?26 Dec 20185086 kali
- Benarkah Vape Tidak Berbahaya?11 Dec 20186970 kali
- Efusi Pleura12 Nov 201820346 kali
- Pneumonia06 Nov 20188907 kali
- Encephalitis29 Oct 20187192 kali
- Meningitis22 Oct 20189364 kali
- Imunisasi Rotavirus15 Oct 201815703 kali
- Prostatitis11 Jul 20188332 kali
- Cystitis02 Jul 201815394 kali
- Tahan Banting Selama Puasa04 Jun 20184145 kali
- Vaksin untuk anak : Iya atau Tidak?21 May 20184040 kali
- Vaksin Cacar Air, Penting atau Tidak ?30 Apr 201816136 kali
- Eclampsia23 Apr 20184860 kali
- Chikungunya12 Mar 201813029 kali
- Rubeola05 Mar 201813054 kali
- Benign Prostatic Hyperplasia05 Feb 20189162 kali
- Transplantasi Liver06 Mar 20177952 kali
- Diet sehat itu seperti apa?06 Mar 20175414 kali
- Sirosis Hati06 Mar 201718482 kali
- Pre-Diabetes, akankah menjadi Diabetes?06 Mar 201710489 kali
- Kanker Pankreas03 Mar 20178097 kali
- Kanker Lambung03 Mar 201711373 kali
- HFMD02 Mar 20179966 kali
- Cholelithiasis02 Mar 201763653 kali
- Alcohol-Related Liver Disease02 Mar 20176727 kali
- Rokok Elektronik: Penolong dari Ketergantungan atau Alternatif Baru Merokok?10 Dec 20166844 kali
Follow Us
