05 March 2018 13172

Rubeola

Rubeola, alias measles, alias campak, merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling menular. Walaupun umumnya kasus rubeola ditemukan pada anak-anak, namun bukan berarti penyakit ini tidak dapat diderita oleh dewasa. Penyakit yang disebabkan oleh Morbilivirus ini, seperti penyakit infeksi virus lainnya, memiliki ciri khas berupa demam. Selain itu gejala lain yang dapat tampak adalah batuk, nyeri otot, conjunctivitis (peradangan pada conjunctiva mata), dan bercak kemerahan pada kulit (dengan tipe maculopapular). Ada satu ciri khas pada rubeola yang tidak ditemukan pada penyakit lain, yaitu koplik spots, yang mana adalah bercak kemerahan yang dikelilingi oleh area keputihan yang ditemukan pada mukosa mulut, umumnya area buccal (pipi bagian dalam).

Sumber Gambar : American Family Physician

 

Seperti penyakit infeksi lainnya, rubeola juga memiliki masa inkubasi, yaitu periode sejak penderita terinfeksi hingga timbul tanda dan gejala penyakit. Masa inkubasi untuk penyakit rubeola adalah 7-14 hari. Namun yang perlu dicatat adalah penderita sudah dapat menularkan infeksinya sejak sekitar 2 hari sebelum tanda dan gejalanya tampak. Gejala yang pertama muncul adalah demam tinggi (dapat mencapai 40 derajat Celcius) kemudian diikuti dengan gejala-gejala lainnya.

Sumber Gambar : bestonlineMD

 

Menegakkan diagnosis rubeola relatif mudah, karena tampakan klinisnya saja sudah terlihat cukup jelas. Jika penderita memeriksakan diri ke dokter pada hari ke 3-4 demam, umumnya koplik spots sudah muncul dan dokter dapat menemukan spot tersebut pada pemeriksaan fisik. Setelah koplik spots muncul, bercak kemerahan maculopapular akan muncul dan dapat memperkuat diagnosis dari rubeola.

Rubeola juga dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium dengan spesimen darah. Pemeriksaan darah rutin biasanya menunjukkan abnormalitas angka leukosit yang erat kaitannya dengan tanda infeksi. Selain itu dapat dilakukan juga pemeriksaan immunoserologi (IgG dan IgM) serta PCR. Pada kasus yang lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan fungsi liver dengan temuan peningkatan enzim transaminase.

Seperti penyakit virus lainnya, rubeola sebenarnya merupakan self-limited disease yang artinya penderita dapat pulih dengan sendirinya. Terapi yang diberikan umumnya adalah hidrasi yang cukup dan suplemen vitamin. Yang harus dicatat adalah bukan berarti rubeola tidak dapat menimbulkan komplikasi. Rubeola yang berat, khususnya pada penderita dengan sistem imun yang kurang baik, dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti pneumonia, efusi pleura, gangguan sistem saraf, dan pembengkakan liver dan lien (hepatosplenomegaly). Komplikasi-komplikasi ini biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan autoimmune, malnutrisi, penderita yang belum menerima vaksin (dapat vaksin campak saja atau vaksin MMR - Measles Mumps Rubella), penderita dengan usia muda (di bawah 5 tahun), dan lansia.

 

Apakah penderita rubeola perlu dirawat inap di rumah sakit?

Umumnya tidak, kecuali untuk kasus rubeola dengan komplikasi baru dokter akan merekomendasikan rawat inap. Namun penderita rubeola harus beristirahat dengan cukup, terutama sejak muncul demam hingga bercak kemerahan menghilang. Karena apa? Karena pada saat-saat itulah virus ini sedang gencar-gencarnya menyerang tubuh dan sedang sangat infeksius dan berpotensi menularkan ke orang lain.

 

 

***

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id