19 September 2019 7477
Accounting & Finance

Teknologi Digital dan Persaingan Bisnis : Netflix & Blockbuster

Teknologi merupakan salah satu faktor produksi. Artinya, kehadiran teknologi dapat membawa nilai lebih dalam menghasilkan barang dan jasa untuk dapat kemudian dikonsumsi oleh konsumen. Sejarah mencatat bahwa teknologi membuat kapasitas produksi lebih banyak dengan biaya yang relative lebih murah. Dengan demikian, efisiensi dalam operasional bisnis dalam lebih maksimal dan berujung pada tingginya margin yang dimiliki oleh produsen.
 
Sumber Gambar : www.hbr.org
 
Namun demikian, teknologi terus berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini mengakibatkan para produsen, dalam hal ini perusahaan harus dengan cermat mengadaptasi dirinya agar tetap dapat survive dalam menjalankan bisnis. Dilansir dari Harvard Business Review, produk akan memasuki tiga tahap sebelum masuk ke dalam tahap decline. Oleh karena itu, inovasi produk harus terus dilakukan agar business continuity dapat tetap berlangsung dan survive pada kondisi apapun. Pada era saati ini, inovasi produk berbasis digital menjadi trend dalam berkompetisi. Dengan demikian, adaptasi teknologi terkini seharusnya menjadi perhatian perusahaan dalam memenangkan pasar dan menciptakan efisiensi.
 
Mari kita lihat contoh perusahaan yang terkena dampak akibat terlambat mengadopsi teknologi dalam strategi bisnisnya.
 
Blockbuster Vs Netflix
 
Sumber Gambar : www.hbr.org
 
Pada era akhir 90’an di Amerika, kita dapat menemukan dengan mudah toko yang menjalankan bisnis rental film boxoffice. Blockbuster adalah satu yang terbesar. Dengan kata lain, mereka memiliki banyak toko atau yang kini terkenal dengan istilah offline store. Di sisi lain, Netflix memiliki bisnis model yang sedikit berbeda dimana ini menjadikan mereka toko rental online DVD terbesar1.
 
Pada tahun 2000, Netflix hampir diakuisisi oleh Blockbuster untuk menangani portal online dari Blockbuster. Namun, kesepakatan tersebut gagal. Dengan teknologi, Netflix mampu menjaga biaya operasional mereka namun tetap meningkatkan pangsa pasar dan jumlah pengguna. Di sisi lain, Blockbuster harus berjuang menutup biaya operasional mereka yang besar. IPO pada tahun 2002, saham Netflix diperdagangkan pada $3 per saham. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya Maret 2010, harga saham Netflix menyentuh $75 per saham.2 Sementara saham Blockbuster hanya berada pada $0.39 per saham. Pada tahun yang sama, Blockbuster menyatakan bangkrut.
 
Dalam kasus di atas, teknologi mampu menjadikan perusahaan menjaga biaya operasi agar tetap efisien. Dengan demikian, perusahaan dapat menghasilkan margin laba yang competitive dibanding dengan pesaingnya. Di era digital seperti saat ini, sarana dan prasarana dalam mengutilisasi teknologi telah tersedia. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus cermat dalam mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan teknologi guna menjalankan operasional bisnis yang lebih efisien.
 
References:
www.hbr.org
www.forbes.com
1)https://media.netflix.com/en/press-releases/netflix-partners-with-all-movie-guide-to-serve-as-preferred-dvd-rental-store-migration-1.
2)Brigham, Houston. Essentials of Financial Management 3rd Ed. Singapore: CENGAGE Learning Asia.
 
 
 
*********

Penulis

Muhamad Yusron Wahyudi, S.E., M.Sc.

Email: yusron@indonesiare.co.id