02 April 2024 1729
Reasuransi Jiwa

Vertigo dan Meniere’s Disease

Pernahkah teman-teman mengalami nyeri kepala yang berputar dan membuat badan terasa tidak seimbang? Jika pernah, mungkin yang teman-teman alami adalah vertigo. Yang membedakan vertigo dari nyeri kepala lainnya adalah pada vertigo penderitanya mengalami sensasi pusing seperti berputar-putar, yang membuat penderitanya merasakan benda di sekelilingnya seperti bergerak berputar. Tidak jarang, penderita vertigo juga turut merasakan rasa mual dan ingin muntah.

Sebenarnya, apa sih vertigo itu dan bagaimana seseorang dapat mengalami vertigo?

Dilansir dari National Health Service United Kingdom (NHS UK), vertigo pada dasarnya bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah gejala yang menandakan adanya suatu penyakit. Saat mengalami gejala vertigo, kita akan merasa benda dan lingkungan di sekitar kita berputar, sehingga tubuh kita menjadi tidak seimbang.

Gejala vertigo umumnya dapat berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Jika berlangsung cukup lama, penderita vertigo dapat terjatuh dan tidak kuat berdiri lantaran kehilangan keseimbangan. Apabila berbaring dan menutup mata pun gejala vertigo dapat menetap. Penderita tetap dapat merasa tubuhnya berputar-putar dan dada berdebar sehingga penderita dapat kehilangan kesadaran. Selain itu, beberapa gejala lain yang dapat turut dialami adalah gangguan pendengaran, gangguan fokus penglihatan, kesulitan menelan, kelumpuhan wajah, dan kelemahan anggota gerak.

Bila diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, vertigo dapat diklasifikasikan menjadi vertigo sentral dan vertigo perifer. Vertigo sentral terjadi lantaran adanya suatu gangguan pada otak, seperti adanya infeksi, tumor, cidera, atau stroke. Sementara vertigo perifer terjadi lantaran adanya permasalahan pada telinga dalam, yang umumnya berupa infeksi, Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), dan Meniere’s Disease.

Mungkin sebagian dari teman-teman belum familiar dengan Meniere’s Disease. Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan mendalami tentang Meniere’s Disease, termasuk bagaimana penyakit tersebut dapat menyebabkan vertigo.

Meniere’s Disease merupakan suatu gangguan pada telinga bagian dalam yang disebabkan oleh adanya penumpukan cairan endolymph pada labyrinth membrane. Penumpukan cairan endolymph ini dapat mengganggu keseimbangan sinyal pendengaran antara telinga bagian dalam dan otak. Penumpukan cairan endolymph sendiri dapat disebabkan oleh adanya alergi, autoimmune disorders, penyumbatan saluran telinga, cedera kepala, dan infeksi virus.

Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita Meniere’s Disease di antaranya adalah vertigo berulang, gangguan pendengaran, telinga berdenging (tinnitus), dan sensasi penuh pada telinga (aural fullness). Vertigo yang dialami oleh penderita Meniere’s Disease dapat berlangsung selama 20 menit hingga 12 jam, namun umumnya tidak lebih dari 24 jam. Setelah serangan vertigo menghilang, penderita umumnya akan merasa lebih baik dan gejala-gejala lainnya juga akan berangsur-angsur menghilang.

Untuk dapat mengkonfirmasi diagnosis Meniere’s Disease, penderita harus mengalami setidaknya dua episode vertigo yang berlangsung selama 20 menit hingga 12 jam, kehilangan pendengaran yang dikonfirmasi oleh tes pendengaran, serta adanya tinnitus atau aural fullness. Selain itu, apabila pasien datang dengan mengeluhkan gejala-gejala yang mengarah ke Meniere’s Disease, dokter akan melakukan beberapa dari rangkaian pemeriksaan berikut ini:
  • Tes Pendengaran (Audiometry), yang bertujuan untuk menilai seberapa baik fungsi telinga dalam mendeteksi serta mengidentifikasi berbagai nada dan volume suara;
  • Tes Keseimbangan, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan penderita untuk mempertahankan keseimbangannya;
  • Electronystagmogram (ENG) or Videonystagmography (VNG), yang bertujuan untuk mengevaluasi keseimbangan penderita melalui gerakan mata;
  • Vestibular Evoked Myogenic Potentials (VEMP), yang bertujuan untuk mengetahui perubahan karakteristik pada telinga penderita;
  • Posturography, yang bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh mana yang menjadi penyebab dari munculnya gejala;
  • Video Head Impulse Test (vHIT), yang bertujuan untuk mengetahui reaksi mata penderita terhadap gerakan mendadak;
  • Electrocochleography (ECoG), yang bertujuan untuk melihat respon telinga bagian dalam terhadap suara;
  • Pemeriksaan darah dan pemeriksaan pencitraan (imaging test), yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit lain yang berpotensi ada, misalnya tumor atau multiple sclerosis
 
Siapa saja yang berisiko mengalami Meniere’s Disease?

Meniere’s Disease dapat dialami oleh semua orang. Meskipun demikian, penyakit ini paling sering dialami oleh orang berusia 40 – 60 tahunan. Berdasarkan data statistik yang ada, wanita lebih berisiko untuk mengalami Meniere’s Disease ketimbang pria. Selain itu, riwayat keluarga dan adanya komorbid autoimmune juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami Meniere’s Disease.
 
Apakah Meniere’s Disease dapat diobati?

Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat benar-benar menyembuhkan Meniere’s Disease. Meskipun demikian, beberapa pengobatan dapat membantu mengurangi keparahan dan durasi gejala yang dirasakan oleh penderita. Misalnya, untuk mengatasi gejala vertigo, penderita dapat mengkonsumsi Meclizine atau Diazepam yang dapat membantu mengurangi sensasi berputar sekaligus mengurangi mual dan muntah.

Untuk membantu mengurangi mual dan muntah saat vertigo, penderita dapat mengkonsumsi Promethazine  dan Diuretics yang dapat membantu mengurangi akumulasi cairan, termasuk cairan endolymph di telinga. Selain itu, penderita juga dapat mengkonsumsi Betahistines yang dapat meningkatkan aliran darah pada telinga dalam sehingga dapat meringankan gejala vertigo.

Dokter juga dapat merekomendasikan penderita Meniere’s Disease untuk menjalani terapi non-invasive seperti vestibular rehabilitation therapy dan pemasangan hearing aid. Pemberian injeksi Gentamicin dan Steroid juga dapat dilakukan ke telinga tengah untuk membantu meringankan gejala vertigo.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kasus Meniere’s Disease yang berat di mana pengobatan oral, terapi non-invasive, dan terapi injeksi tidak menunjukkan perbaikan. Beberapa tindakan pembedahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah endolymphatic sac surgery, labyrinthectomy, dan vestibular nerve section. Selain itu, perubahan gaya hidup juga dapat dilakukan untuk membantu meringankan gejala, seperti membatasi konsumsi garam, kafein, dan tembakau, serta banyak beristirahat.
 
Apakah Meniere’s Disease dapat dicegah kemunculannya?

Meniere’s Disease merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh multifaktor. Oleh karena itu, pencegahan Meniere’s Disease lebih difokuskan pada menerapkan gaya hidup yang baik untuk mencegah potensi kemunculan penyakit. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah mengurangi konsumsi garam, alkohol, dan rokok, cukup beristirahat, melakukan metode relaksasi, serta rutin berolahraga.
 
Stay safe and healthy, semuanya!

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id