Knowledge
Fungsi Knowledge Management Untuk Menciptakan Inovasi Di Organisasi: Melalui Tacit Knowledge Capturing and Sharing
Inovasi merupakan sebuah dimensi yang harus dimiliki oleh setiap organisasi untuk dapat bertahan dalam sebuah industri. Di era VUCA saat ini, dimana ketidakpastian dan perubahan begitu cepat yang disebabkan faktor lingkungan memaksa organisasi harus terus dapat menyesuaikan diri dengan melakukan perubahan melalui inovasi. Dalam
Nonaka, Takeuchi, 1995 mengatakan bahwa apa yang membuat organisasi di Jepang dapat maju adalah dengan adanya
Continuous Innovation. Organisasi di Jepang mampu menerapkan
continuous Innovation dengan menghubungkan dan memanfaatkan pengetahuan dari luar organisasi serta mengkombinasikan dengan pengetahuan yang ada didalam organisasi. Pengetahuan yang diperoleh dari luar disebarkan kedalam organisasi, disimpan dalam database organisasi dan disatukan untuk menciptakan teknologi dan produk baru. Pengetahuan menjadi kunci dalam proses inovasi disebuah organisasi.
Dewasa ini pengetahuan merupakan asset yang penting dalam sebuah organisasi untuk dapat beradaptasi dan bertahan. Pengetahuan menjadi faktor penting untuk dapat menghadapi persaingan di sebuah industri. Pengetahuan dianggap sebagai komoditas yang bernilai dalam proses pembuatan produk. Walapun pengetahuan dianggap sebagai komoditas intelektual, namun pengetahuan dianggap memiliki karaktaristik yang empiris yang berbeda dari komoditas lainnya didalam sebuah organisasi (Dalkir, 2005).
Yang menjadi tantangan dalam sebuah organisasi adalah bagaimana organisasi mengetahui atau menganalisa pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk dapat membantu organisasi dalam berinovasi. Organisasi harus dapat mengidentifikasi, mendokumentasikan, menganalisa serta menyebarkan pengetahuan agar dapat terus berinovasi.
Knowledge management dalam hal ini dapat membantu organisasi untuk dapat merealisasikan atau mengindentifikasi pengetahuan untuk menjadi sebuah komuditas yang terstuktur dan bermanfaat bagi organisasi.
Knowledge management adalah proses penerapan pendekatan yang sistematik untuk mendefiniskan, membentuk, mengatur dan menyebarkan pengetahuan dengan tujuan untuk dapat bekerja lebih efisien, menggunakan
best practice serta meminimalisir biaya (Dalkir, 2005).
Proses
knowledge management terdiri dari tiga proses yakni:
1)
Knowledge Capture and Creation,
2)
knowledge Sharing and Dissemination,
3)
Knowledge Acquisition and Application (Dalkir, 2005).
Hal ini dapat dilihat dalam Figure 4-1.
Proses
Knowledge Capture and Creation adalah proses identifikasi pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi.
Knowledge Sharing dan Dissemination dimana proses pengetahuan dibagikan didalam internal organisasi. Selanjutnya
Knowledge Acquisition dan Application ialah dimana pengetahuan diterapkan. Pengetahuan dalam
Knowledge management dibagi kedalam
Tacit Knowledge dan
Explicit Knowledge.
Explicit Knowledge adalah pengetahuan tehnis yang berupa ilmu pengetahuan atau sekumpulan
Guidelines.
Explicit knowledge dapat diraih dari proses pembelajaran melalui buku maupun training. Sedangkan
tacit Knowledge merupakan penegtahuan yang tidak mudah diartikulasikan dan hanya terdapat dalam pikiran manusia serta terwujud melalui tindakan manusia (Stenmark, 2000). Dalam proses
Knowledge Creation menggunakan SECI model yang dipopulerkan oleh Nonaka & Takeuchi terdiri dari proses:
- Socialization: Tacit to Tacit
- Externalization: Tacit to Explicit
- Combination: Explicit to Explicit
- Internalization: Explicit to Tacit
Dari model proses
knowledge creation diatas dapat disimpulkan jika
Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam proses
knowledge management dimana
tacit knowledge merupakan sumber pengetahuan awal dari proses pembentukan
knowledge creation di sebuah organisasi. Dalam Nonaka & Takeuchi (1995) juga diungkapan bahwa ketika
tacit Knowledge yang penting dapat di
capture oleh sebuah organisasi maka akan tercipta inovasi. Dalam literature review ini akan dibahas bagaimana proses peng-capture-an dan penyebaran
tacit Knowledge di organisasi dan bagaimana dampaknya terhadap muncul nya inovasi di organisasi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika sebuah organisasi mau bertahan di era seperti ini, organisasi harus bisa menciptakan inovasi. Para pemimpin harus dapat meng-capture
tacit Knowledge dan menetapkannya serta membagikan ke dalam organisasi. Seperti yang diungkapkan dalam jurnal Abdul Basit, S., & Medase, K. (2019) Adanya kombinasi pemanfataan pengetahuan dari luar organisasi dan dari dalam dapat menjadi kekuatan organisasi dalam proses penciptaan inovasi. Disebutkan dalam penelitian bahwa dengan penerapan
knowledge management yang sesuai dengan teori dapat mempengaruhi proses penciptaan inovasi.