Life Reinsurance
Waspadai Serangan Usus Buntu yang Sering Datang Tiba-Tiba
Mungkin hampir dari semua orang pernah merasakan nyeri pada perut. Nyeri perut ini sebenarnya merupakan salah satu indikasi bahwa sedang ada ‘sesuatu’ dengan bagian dalam perut kita. Namun terkadang kita sering mengganggap biasa saja, membiarkan, atau bahkan langsung saja mengkonsumsi obat penghilang nyeri perut sembarangan. Untuk itu, kita perlu cermati gangguan penyakit yang menyerang bagian usus buntu, yang seringkali baru kita sadari dan tindaklanjuti setelah gejalanya menjadi sangat nyata dan perlu penanganan lebih lanjut.
Mari kita pahami dulu apakah penyakit usus buntu itu.
Penyakit usus buntu atau apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Usus buntu adalah kantung berukuran kecil yang berada pada usus besar dan terletak di sisi kanan bawah perut. Sebenarnya usus buntu ini tidak memiliki fungsi. Namun, meski tidak memiliki fungsi, usus buntu dapat menyebabkan masalah kesehatan serius ketika mengalami penyumbatan. Usus buntu yang sudah meradang bisa pecah dan bakteri serta feses dapat ‘meledak’ mengotori rongga perut.
Peradangan usus buntu ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis. Yang pertama yaitu apendisitis akut adalah kondisi ketika penderita mengalami rasa sakit yang luar biasa akibat peradangan usus buntu, sehingga merasakan nyeri perut pada bagian kanan bawah, mual hingga muntah. Apabila seseorang mengalami gejala seperti ini, maka sebaiknya tidak diabaikan karena pada kondisi ini penderita sudah memerlukan perawatan medis secepatnya. Jika tidak, maka kondisinya akan semakin buruk.
Sedangkan apendisitis kronis terjadi ketika seseorang merasakan gejala sakit perut datang dan pergi pada bagian yang sama dalam waktu lebih dari 3 (tiga) minggu. Apabila apendisitis ini tidak terdiagnosis maka penderitanya akan terus mengalami gejala tersebut secara terus menerus.
Sumbatan saluran usus buntu akibat adanya infeksi di rongga usus buntu ini dapat menyebabkan bakteri berkembang dengan cepat, sehingga menimbulkan peradangan, pembengkakan, bahkan nanah pada bagian usus buntu. Pembengkakan dapat menghambat aliran darah pada bagian usus buntu, sehingga menyebabkan kematian jaringan yang diikuti oleh pembentukan lubang pada dinding usus buntu. Ketika seseorang mengalami peradangan pada usus buntu, sering kali mengalami keluhan berupa nyeri perut sisi kanan bawah. Karena adanya peradangan, biasanya disertai dengan keluhan demam dan tidak jarang disertai dengan mual muntah.
Pada kondisi akut, biasanya keluhan nyeri akan semakin berat ketika berjalan, batuk atau membungkukkan badan. Sedangkan pada kondisi kronis, biasanya keluhan nyeri masih dapat ditahan dan seringkali hilang timbul.
Kondisi apendisitis kronis bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sumbatan sebagian atau parsial. Karena tidak menyumbat total, kondisi peradangan yang terjadi juga tidak terlalu cepat sehingga gejala yang dialami juga tidak terlalu terasa atau hilang timbul. Jika mengalami keluhan serupa dan tidak kunjung baik, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan secara langsung dan penanganan segera.
Pada kondisi apendisitis akut yang tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti pecahnya usus buntu sehingga menyebabkan penyebaran peradangan, serta timbulnya infeksi hingga dapat mengancam nyawa penderita.
Kemudian, apa saja penyebab timbulnya penyakit usus buntu? Banyak penyebab yang dapat menimbulkan penyakit usus buntu. Beberapa faktor yang dapat memicu seseorang mengalami penyakit usus buntu antara lain disebabkan oleh :
- Pembengkakan atau penebalan pada jaringan dinding usus buntu (apendiks) yang disebabkan oleh adanya infeksi di saluran pencernaan atau bagian tubuh lain.
- Adanya hambatan pada pintu rongga usus yang disebabkan olehadanya penumpukan kotoran yang mengeras, seperti adanya tinja atau parasit yang tumbuh.
- Kondisi medis tertentu, misalnya adanya tumor pada bagian perut.
- Kemungkinan adanya pertumbuhan parasit pada organ pencernaan, misalnya infeksi cacing kremi (ascariasis).
- Adanya cidera pada bagian perut.
- Kebiasaan kurang makanan yang berserat dan kurangnya volume air putih yang diminum, sehingga feses mengeras yang dapat menyumbat saluran usus buntu.
Infeksi/radang usus buntu bisa terjadi pada siapa pun dan kapan saja. Namun radang ini banyak dialami rata-rata pada usia 8-30 tahun, dengan lebih banyak menyerang kaum perempuan.
Apabila telah terdapat beberapa gejala terjadinya keluhan usus buntu, apa yang sebaiknya dilakukan dengan segera? Upayakan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter, karena memungkinkan perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih mendalam, dengan serangkaian pemeriksaan menggunakan alat kedokteran. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, wawancara medis, hingga melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan hasil diagnosa.
Cara paling umum dan paling mudah pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh dokter adalah dokter akan menakan secara lembut pada area bagian perut yang sakit. Ketika tekanan tersebut tiba-tiba dilepaskan, penderita usus buntu akan mengalami rasa sakit yang hebat. Itu menandakan adanya bagian sekitar perut yang berdekatan sedang mengalami peradangan. Dokter juga mungkin akan mencari kekakuan perut. Karena kondisi tersebut merupakan respon terhadap tekanan dari usus buntu yang meradang.
Selain itu, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis penyakit usus buntu, seperti pemeriksaan darah, tes urine, USG perut, pemeriksaan dengan CT scan atau MRI bila diperlukan, foto rontgen dada, dan pemeriksaan lainnya jika dianggap perlu.
Apabila kondisi peradangan sudah mengkhawatirkan atau bahkan cenderung berbahaya, maka cara mengobati usus buntu adalah dengan melakukan tindakan operasi untuk pengangkatan usus buntu atau apendiktomi. Operasi menjadi cara pengobatan utama pada kondisi ini. Apendektomi bisa melalui dua cara yaitu, melalui laparotomi atau bedah terbuka dan melalui laparoskopi atau operasi lubang kunci.
Pada tindakan laparotomi, dokter bedah akan melakukan prosedur ini dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5 hingga 10 centimeter. Kemudian, dokter akanmengangkat usus buntu yang meradang tersebut. Prosedur bedah terbuka ini umumnya menjadi pilihan untuk penyakit usus buntu yang infeksinya telah menyebar keluar usus buntu.
Sementara tindakan lainnya adalah laparoskopi. Prosedur ini menjadi metode yang lazim dokter gunakan untuk mengangkat usus buntu. Sebab, sesuai perkembangan metode pengobatan yang semakin canggih dan mutahir, tindakan dengan laparoskopi ini pemulihannya cenderung lebih cepat daripada dengan operasi terbuka. Adapun operasi ini melibatkan pembuatan tiga atau empat sayatan kecil pada perut.
Sayangi tubuh kita. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan yang dapat kita lakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit usus buntu. Beberapa cara yang dapat kita lakukan guna mencegah terkena penyakit usus buntu diantaranya adalah:
- Memulai pola hidup sehat.
- Mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur, yang akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
- Minum air putih minimal 8 gelas sehari.
- Tidak menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.
- Olah raga teratur minimal 30-45 menit sehari sebanyak 3x dalam satu minggu.
- Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt, tempe, beberapa jenis keju, acar mentimun, dan lain-lain.
Naah, bila seseorang telah merasakan salah satu atau beberapa dari gejala yang mengarah kepada penyakit usus buntu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter guna pemeriksaan lebih lanjut dan menyeluruh. Jangan sampai menuggu kondisi memburuk karena akan semakin membahayakan jiwa. Segera temui dokter dan mendatangi rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mendapatkan kejelasan atas keluhan yang dirasakan. Mendeteksi lebih awal jauh lebih baik daripada kondisi usus buntu memburuk atau semakin parah.
Semangat dan sehat selalu…