13 March 2025
113
News
Webinar Indonesia Re: Industri Perasuransian Perlu Inovatif Kembangkan Produk untuk Hadapi Risiko Perubahan Iklim

Indonesia Re Institute menggelar iLearn Thematic Webinar bertajuk "Reimagining Risk: The Intersection of Insurance, Climate Change, and Disaster Preparedness".
NEWS Minggu, 2 Maret 2025 - 00:08 WIB
Reporter : Tim tvonenews.com Editor : Tim tvOnenews
Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia Re Institute menggelar iLearn Thematic Webinar bertajuk "Reimagining Risk: The Intersection of Insurance, Climate Change, and Disaster Preparedness".
Webinar itu digelar Indonesia Re dalam rangka meningkatkan wawasan dan kesadaran terkait dampak perubahan iklim terhadap peningkatan risiko bencana serta peran strategis Industri Perasuransian dalam mitigasi dan pemulihan dampak bencana.
Selain itu, webinar juga menghadirkan sejumlah pakar di bidangnya.
Diskusi dalam webinar membahas tentang bagaimana perubahan iklim berpotensi meningkatkan risiko kebencanaan, implikasi perubahan iklim dan peningkatan risiko kebencanaan terhadap Industri Perasuransian.
Kemudian, diskusi juga membahas strategi kolaborasi antara Industri Perasuransian, Pemerintah, serta instansi-instansi terkait lainnya dalam upaya mitigasi risiko kebencanaan dan percepatan pemulihan dampak bencana.
Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat mengatakan, perubahan iklim berdampak signifikan terhadap risiko yang ditanggung industri asuransi.
"Industri Perasuransian perlu bekerja sama dengan akademisi dan lembaga riset untuk memahami dan mengembangkan solusi yang bersifat end-to-end serta lebih efektif dalam menghadapi risiko perubahan iklim," katanya, dikutip Sabtu (1/3).
Head of Forest Protection Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Bambang Hero Saharjo mengatakan, dampak perubahan iklim dan kebakaran hutan terjadi di berbagai negara.
Kendala dalam pengendalian kebakaran terjadi akibat aktivitas ilegal, seperti pembukaan lahan dan pembalakan liar.
"Rehabilitasi lahan terbakar sangat sulit karena minimnya pengawasan, keterbatasan regulasi, serta anggaran yang terbatas. Banyak regulasi yang justru bertentangan satu sama lain, sehingga penegakan hukum menjadi tidak efektif;" ujarnya.
Expert Researcher Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN), Woro Estiningtyas mengatakan, perubahan iklim ekstrem, terutama El Niño dan La Niña dapat mengancam usaha tani dan ketahanan pangan di Indonesia.
Salah satu strategi yang diusulkan, yakni implementasi asuransi pertanian sebagai bentuk pelindungan kepada petani terhadap risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem.
"Asuransi pertanian di Indonesia telah diinisiasi sejak 1982 dan berkembang hingga saat ini. Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) memberikan perlindungan bagi petani di mana skema pembayaran preminya 80 persen dibiayai oleh pemerintah dan 20 persen ditanggung oleh petani," ujar Woro.
Dalam menghadapi risiko perubahan iklim, sektor perasuransian perlu terus mengembangkan produk dan layanan yang inovatif.