16 December 2016 25573
Property

Proyek Mini-Hydro Power Plant Tipe Run-off River

Kebutuhan listrik bagi warga pedesaaan masih sangat besar, terutama warga pegunungan. Akses yang sulit untuk mendapatkan suplai listrik bagi warga yang tinggal di pedesaan atau di pegunungan memberikan pemikiran bahwa pembangkit listrik tenaga air lebih tepat di daerah ini karena sesuai dengan kontur wilayah yang dikelilingi bukit dan sungai.

Pembangkit listrik tenaga air (hydroelectric power plant) menjadi pilihan yang tepat karena sesuai dengan kontur wilayah pegunungan. Mahalnya biaya untuk membangun sebuah sistem hydroelectric power plant skala besar sementara kebutuhan listrik terus meningkat, menyebabkan berkembangnya model pembangkit listrik tenaga air untuk skala kecil atau lebih dikenal dengan mini-hyro power plant.

Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (mini-hydro power plant) atau disingkat PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sungai yang umumnya di area pegunungan yang berukuran lebih kecil, sehingga daya output dari pembangkit listrik ini juga berskala kecil, biasanya kurang dari 0,01 MW (atau 10 kW), meskipun dapat dijumpai di beberapa tempat yang mampu menghasilkan daya hingga 1 MW. Untuk output di bawah 0,01 MW disebut juga pembangkit listrik tenaga air-mikro (micro-hydro power plant). Pemerintah melalui Kementerian

Sumber Daya Energi dan Mineral RI mengembangkan program IMIDAP (integrated microhydro development and application program) dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro-hidro di seluruh wilayah Indonesia, baik melalui operator PLN atau swasta. Mini-hydro power plant adalah salah satu pembangkit listrik dengan biaya paling efektif dan teknologi energi yang handal untuk menghasilkan pembangkit listrik yang bersih. Keuntungan utama dari pembangkit mini-hydropower ini adalah:

  • Efisiensi tinggi antara 70% hingga 90%.
  • Capacity factor yang tinggi biasanya di atas 50%. Capacity factor adalah rasio yang menggambarkan seberapa keras turbin bekerja.
  • Level of predictability yang tinggi, variasinya sesuai dengan pola hujan
  • Rate of change yang lambat, output power berubah perlahan dari hari ke hari (bukan dari menit ke menit)
  • Korelasi antara output dan kebutuhan (demand) cukup dekat, misalnya output maksimum di musim dingin
  • Long-lasting dan teknologi yang kokoh (robust), sistem dapat dirancang untuk 50 tahun operasional atau bahkan lebih

Teknologi mini-hydro power plant termasuk ramah lingkungan karena tidak merubah atau merusak kontur fisik alam, khususnya untuk tipe run-off-river. Tipe run-off-river menggunakan bendungan atau tanggul berukuran cukup kecil, biasanya hanya sebagai penahan atau gerbang air dan bukan untuk menyimpan air seperti bendungan/dam umumnya. Tipe run-off-river maksudnya aliran air untuk menggerakkan turbin dibuat tersendiri dengan cara memotong dan mengalihkan aliran air sungai melalui jalur tersendiri tanpa merubah aliran sungai sesungguhnya. Berbeda dengan tipe run-on river bahwa tenaga untuk menggerakkan turbin diperoleh dari aliran sungai asli dengan cara membuat bendungan langsung pada arus sungai.

Dengan demikian, pemilihan jenis aliran sungai menjadi faktor penting sebelum membangun mini-hydro power plant. Aliran sungai harus memiliki karakteristik aliran yang relatif stabil sepanjang tahun untuk menghasilkan output listrik yang stabil. Perbedaan tipe hydro power ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi underwriter untuk berpartisipasi dalam risiko wet risk dengan mempertimbangkan porsi wet risk yang terlibat di dalam proyek ini. Proyek mini-hydro power plant tipe run-off-river dapat dipertimbangkan sebagai proyek dengan porsi wet risk yang tidak serumit proyek dam atau proyek PLTA lainnya.

Komponen Proyek Mini-Hydro Power Plant (PLTMH)

Tipe Run-Off River

Proyek mini-hydro power plant termasuk ke dalam kategori water risk, yakni sebagian proyek kontruksi melalui saluran khusus yang dinamakan tail race.

Switch Yard

Switch yard adalah trafo pengubah tegangan yang bentuknya terbuka yang terletak di halaman (yard). Pada PLTMH tegangan output generator adalah 6 atau 11 kV. Karena jala-jala transmisi PLN tegangan tinggi berkisar 20 kV, 150 kV atau 250 kV, maka output dari generator ini harus dinaikkan dulu menjadi sesuai kondisi yang ada di lokasi milik PLN.

Pertimbangan Underwriting

Underwriter sangat memahami bahwa water risk memiliki loss experience yang kurang bagus sehingga umumnya risiko ini dibatasi atau malah sebagian underwriter menghindarinya. Namun, informasi di atas memberikan gambaran bahwa skala proyek PLTMH jauh lebih kecil daripada proyek hydro power plant yang bernilai ratusan milyar rupiah hingga triliunan rupiah, tergantung plant (generator, turbin, dan lain-lain) yang akan dibangun atau output yang akan dihasilkan. Nilai proyek mini-hydro power plant bervariasi dari 20 miliar rupiah hingga 50 miliar rupiah, bahkan ada yang lebih murah daripada itu tergantung target output yang akan dihasilkan. Nilai proyek yang rendah ini menggambarkan bahwa konstruksi bangunan tidak besar dan pemasangan plant-nya tidak kompleks.

Dari segi water risk yang terlibat juga dapat dikatakan tidak terlalu dominan karena sebagian proyek dilakukan ditempat kering, kecuali untuk water gate dan water way. Dengan metoda khusus maka water way dapat dibangun tanpa harus terkena langsung dengan air, misalnya membangun terlebih dahulu water way sebelum gerbang air (water gate) dan kolam pengendap (sandtrap). Kondisi ini memang agak jarang, walau bukan sesuatu yang tidak mungkin. Bagian proyek yang terekspos langsung dengan air sungai adalah intake gate atau water gate, namun pembangunannya dilakukan di sisi sungai dan bukan langsung pada aliran sungai sehingga kerumitannya tidak sama dengan teknik konstruksi dam atau bendungan air.

Skala proyek yang kecil, ekspos water risk yang tidak dominan, kondisi sungai yang berukuran sedang, dan faktor lainnya dapat dijadikan dasar pertimbangan penting dalam akseptasi risiko CAR (Construction’s All Risk) untuk proyek PLTMH tipe run-off-river. Dengan mengetahui pengalaman kontraktor dalam membangun proyek sejenis maka underwriter bisa saja membuka pintu akseptasi pada water risk jenis ini. Faktor statistik loss ratio juga dapat dijadikan faktor assessment tambahan, namun faktor-faktor di atas tetap lebih utama untuk menutup risiko PLTMH secara risiko per risiko (risk by risk).

 

 

(Reinfokus edisi II, tahun 2012)

Author

Adi Putra, S.T., M.S.M., AAIK, FIIS

Email: adiputra@indonesiare.co.id