Berita
Ancaman Megathrust di Indonesia, Risiko Signifikan Bagi Asuransi dan Reasuransi
ILUSTRASI. Foto udara pantai Tanjung An di kawasan pantai selatan Lombok di Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (11/7/2019). Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram Agus Riyanto mengatakan dari hasil simulasi dan pemodelan tsunami (Tsunami Modeling) yang di lakukan di wilayah selatan Lombok menyimpan gempa megathrust berkekuatan 8,5 magnitudo dan gelombang tsunami hingga lima kilometer dengan ketinggian mencapai 20 meter.ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp
Reporter:
Ahmad Febrian | Editor:
Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi gempa di dua zona megathrust yang dapat memicu tsunami. Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re), Beatrix Santi Anugerah menyebutkan, Indonesia berada di wilayah rawan bencana, termasuk potensi gempa megathrust yang dapat memberikan risiko signifikan bagi berbagai sektor. Terutama asuransi dan reasuransi.
“Kolaborasi antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi potensi risiko bencana megathrust." ujarnya, dalam rilis ke Kontan.co.id, Jumat (11/10).
BMKG mencatat, Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust, terutama yang bisa menimbulkan dampak bencana dari skala ringan hingga berat. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan, kesiapan dan mitigasi risiko dari berbagai sektor.
Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Septa Anggraini menyebut, “BMKG telah membangun sistem end-to-end yang memonitor dan mendeteksi gempa. "Sistem ini mengolah data seismograf menjadi informasi yang kemudian disampaikan kepada pemerintah, sehingga tindakan atau kebijakan yang tepat dapat segera diambil untuk melindungi masyarakat.” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Udrekh menjelaskan, siklus kegempaan yang terjadi saat ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi terjadinya gempa di masa depan. Informasi ini sangat penting bagi asuransi dalam menghitung risiko terjadinya bencana berdasarkan waktu terakhir sebuah segmen gempa aktif.
“BNPB bekerja sama dengan para pakar untuk menghasilkan peta bahaya dan risiko bencana. Peta ini menjadi alat penting dalam mitigasi bencana serta dalam perhitungan potensi kerugian, baik dari perspektif asuransi maupun ekonomi” tambahnya.
Akademisi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institu Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano menyoroti pentingnya membangun ketahanan bangsa dalam menghadapi gempa juga menjadi prioritas. Dengan model perhitungan probabilitas, kita dapat mengestimasi potensi kerugian akibat gempa, termasuk pada bangunan seperti sekolah yang sering rusak akibat guncangan atau tsunami. Hal ini penting untuk mitigasi di berbagai daerah yang berisiko.
“Melalui data historis dan analisis yang baik, kita bisa memprediksi potensi kerugian, walaupun kita tidak bisa memastikan kapan gempa akan terjadi.” kata Irwan.