24 December 2024 15
Berita

Indonesia Re Optimistis Menutup 2024 dengan Kinerja Positif

  • Khoirifa Argisa Putri

Picture2

Kepala Divisi Akuntansi Indonesia Re, Didik Mulyana dalam Media Literation Day di Bogor, 17 Desember 2024. (Foto: Khoirifa)

Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau biasa dikenal dengan Indonesia Re mencatat raihan premi bruto per Oktober 2024 sebesar Rp5,52 triliun dan menghasilkan laba senilai Rp129 miliar.

Kepala Divisi Akuntansi Indonesia Re, Didik Mulyana mengatakan perolehan premi bruto dan laba di Oktober 2024 itu telah mampu melewati target yang ditetapkan oleh Perseroan. Sehingga, ia berharap hingga akhir tahun angka tersebut terus mengalami kenaikan.

“Untuk target 2024 ini mungkin secara realisasinya nanti di Desember yang mudah-mudahan meningkat dari bulan Oktober ya. Sampai dengan saat ini sih belum ada kejadian luar biasa. Mungkin mudah-mudahan sampai di akhir tahun nanti kita tetap on track sesuai dengan harapan atau target di RKAP,” ucap Didik dalam Media Literation Day di Bogor, 17 Desember 2024.

Sementara untuk target tahun depan, dirinya menjelaskan, Indonesia Re masih akan berfokus pada pertumbuhan yang positif dari sisi operasional dan upaya untuk meningkatkan rasio risk based capital (RBC) Perseroan.

Namun, Didik belum dapat menjelaskan secara rinci terkait dengan target Indonesia Re di 2025, karena masih dalam proses pengajuan di Kementerian BUMN dan perlu disepakati oleh manajemen hingga para pemegang saham.

“Nah untuk 2025 sendiri ya sebetulnya sama ya. Targetnya kita tetap secara operasional kita harus membukukan sesuatu yang positif walaupun RBC kita masih marginal. Mungkin untuk targetnya sih sebetulnya masih dalam pengajuan di Kementerian, karena kita dalam penyusunan RKAP juga di bulan ini,” imbuhnya.

Adapun, tingkat RBC untuk Indonesia Re pada Oktober 2024 mengalami penurunan menjadi 129,47 persen. Ini lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang tercatat sebesar 132,65 persen. Adapun tingkat minimum dari RBC berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen.

“Nah itu sebetulnya kenapa walaupun kinerja kita membaik tapi RBC-nya masih merangkak naiknya tidak eksponensial gitu ya. Jadi kita perlu pengelolaan di sisi utang-utang yang cukup baik. Agar seluruh premi dapat tertarik lalu terus di pengelolaan investasinya seperti apa juga itu menjadi faktor yang mengapa tidak langsung memiliki kenaikan yang sempurna untuk di RBC,” ujar Didik. (*)

 
Editor: Galih Pratama