Jakarta (Antara News) -- Kemampuan sebuah korporasi dalam mengantisipasi dan menganggulangi bencana yang menyerang infrastruktur sistem informasi tak hanya akan menjadi penentu keberlanjutan bisnis (business continuity) perusahaan, tapi juga laju roda pertumbuhan korporasi tersebut di masa depan.
Hal ini lah yang disadari betul oleh BUMN reasuransi, Indonesia Re, dalam merancang strategi Disaster Recovery Planning (DRP) atau perencanaan pengelolaan sistem informasi untuk mengantisipasi bencana yangmungkin terjadi.
Tujuannya tak lain untuk menekan dampak risiko bisnis yang mungkin timbul bila terjadi bencana. DRP menjadi suatu langkah Indonesia Re dalam usaha optimalisasi kinerja korporasi menjalankan kelangsungan bisnisnya dengan memberikan ketenangan para pemangku kepentingan apabila terjadi bencana.
Ditemui di kantor pusat Indonesia Re di Jakarta, Kamis, IT & SP Division Head Indonesia Re Jesa Ariawan mengatakan, "Untuk mengantisipasi potensi risiko bencana, pihaknya telah menyiapkan langkah pemulihan kelangsungan bisnis yang dituangkan dalam pedoman DRP. Langkah ini juga dibarengi dengan peningkatan infrastruktur baik Data Center yang ada di kantor Salemba dan juga Data Recovery Center (DRC) yang ada di Batam."
Untuk memberikan keyakinan dalam proses pemulihan kelangsungan bisnis, Indonesia Re telah melakukan uji coba DRP yang diadakan pada tanggal 4 Agustus 2018 di Balai Peristirahatan Arga Sonya, Puncak Bogor, dengan melakukan akses dan memindahkan proses Sistem Informasi dari kantor pusat Indonesia Re di kawasan Salemba, Jakarta Pusat ke fasilitas DRC di Batam.
Jesa memaparkan, pihaknya telah berhasil melakukan uji coba pengalihan sistem Informasi dari kantor pusat Indonesia Re DRC dengan rata-rata RTO (Recovery Time Objective) selama enam menit dan rata-rata RPO (Recovery Point Objective) selama dua menit. RTO adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan recovery operasional, sedangkan RPO adalah jeda waktu sinkronisasi data di Data Center dan data di DRC.
“Hasil ini tentunya memberikan rasa percaya diri untuk dapat terus meningkatkan layanan kepada pelanggan dan memberikan rasa ketenangan bagi para pemangku kepentingan terkait dengan kelangsungan bisnis Indonesia Re,“ lanjutnya.
Kegiatan uji coba DRP dengan menggunakan area kerja di luar kota ini adalah yang pertama kali dilakukan, sebagai bagian dari kebijakan untuk melakukan pengujian dua kali dalam setahun. Pelaksanaannya telah melibatkan 20 personil yang berasal dari beberapa unit bisnis serta anak usaha, untuk melakukan data entry riil transaksi bisnis yang terdiri dari bisnis reasuransi umum, reasuransi jiwa, reasuransi syariah dan bisnis khusus reasuransi BPPDAN.
Perkembangan teknologi, lanjut Jesa, berbanding lurus dengan ancaman yang bakal timbul di kemudian hari. "Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memastikan sistem informasi kami siap menghadapi berbagai ancaman tersebut dengan cara melakukan uji DRP dua kali dalam setahun," tuturnya.
Jesa memaparkan, pihaknya telah merancang langkah mitigasi bencana guna meminimalisir kerugian yang timbul. "DRP ini menggambarkan bagaimana Indonesia Re menghadapi bencana yang mungkin terjadi dengan memindahkan aplikasi dari sistem produksi di Salemba ke system standby yang berada di DRC di Batam," ungkapnya.
Di samping memberikan proteksi komprehensif terhadap sistem informasi perusahaan, DRP juga berperan penting dalam peningkatan kesinambungan dan efektivitas kinerja sekaligus efisiensi anggaran pemeliharaan sistem informasi perusahaan.