14 July 2023 777
Berita

Ketidakpastian Ekonomi Global Meningkat, Reasuransi Mesti Memperkuat Ketahanan

BISNIS.COM,04 Jul 2023, 16:40 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari

dafa

Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu dalam acara Indonesia Re International Conference (IIC) 2023 pada, Selasa (4/7/2023)/Bisnis- Pernita Hestin

Bisnis.com, JAKARTA— Industri reasuransi, harus bersiap memperkuat ketahanan di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re Benny Waworuntu dalam Indonesia Re International Conference (IIC) 2023 pada, Selasa (4/7/2023).

Sebagai informasi, acara tersebut diselenggarakan oleh PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re dan berlangsung pada 4-5 Juli 2023 di Jakarta. 

Konferensi Internasional Indonesia Re kedua ini mengusung tema Reinsurance Sustainability in Macro Economics and Political Year Volatility. Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan bahwa acara ini untuk membuka ruang diskusi bagi semua pemangku kepentingan industri asuransi dan reasuransi. Termasuk mengembangkan bisnis asuransi dan reasuransi lebih lagi dengan mempertimbangkan beberapa variabel.

“Untuk tahun ini adalah kita bicara mengenai sustainability yang dikaitkan dengan makro ekonomi dan tahun politik,” kata Benny di Jakarta, Selasa (4/7/2023). 

Benny mengatakan bahwa reasuransi sebagai tulang punggung ekonomi memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi dengan memberikan perlindungan risiko dan landasan yang kokoh bagi perusahaan asuransi. Ini juga secara tidak langsung melindungi masyarakat dengan memitigasi risiko keuangan dan memastikan penghidupan umat manusia yang berkelanjutan.  

Namun, lanjut Benny, dengan berbagai fenomena global dan ketidakpastian yang mempengaruhi kondisi perekonomian, industri reasuransi sebagai tulang punggung perekonomian harus memperkuat posisinya untuk menghadapi tantangan ke depan.

Benny menyatakan untuk saat ini sektor asuransi masih dalam pemulihan dari dampak kondisi makro ekonomi global tahun lalu.  Sejauh ini, industri reasuransi memiliki kinerja yang baik dengan membukukan pertumbuhan premi sebesar 4,6 persen year-on-year pada 2022 (AAUI, 2023).

“Namun, seiring perkembangan dunia, tingkat kompleksitas eksternal yang dihadapi industri juga meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan asuransi, industri asuransi dan reasuransi harus memperkuat ketahanannya terhadap ketidakpastian guna memastikan posisi keuangan yang sehat dan berkelanjutan dalam memitigasi risiko tersebut,” kata Benny. 

Benny menjelaskan dalam konteks yang lebih luas, banyak pengaruh eksternal yang berakar pada lingkungan ekonomi makro yang sangat dinamis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti geopolitik, bencana alam, dan tahun politik pada 2024. 

Sementara tahun politik akan membawa stimulus ekonomi menjelang pemilu, peristiwa tersebut juga akan menimbulkan ketidakpastian arah kebijakan pemerintahan baru dan ketidakpastian lingkungan politik, yang mempengaruhi sentimen investor dalam dan luar negeri terhadap Indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak pada perekonomian Indonesia.  

“Investor dapat berhati-hati saat melakukan investasi di Indonesia, karena kemungkinan kebijakan populis dan pergeseran hukum dan peraturan.  Hal ini dapat membatasi arus masuk modal Indonesia dan peluang investasi, sehingga berdampak buruk pada nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan inflasi, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat,” tuturnya. 

Adapun dengan melemahnya daya beli, menyebabkan perlambatan ekonomi, peningkatan kredit bermasalah dan risiko lainnya.  “Sebagai tulang punggung kegiatan ekonomi, industri asuransi dan reasuransi harus menanggung risiko tersebut,” kata Benny. 

Tidak hanya itu, jumlah serangan siber juga menyingkat di tengah kasus Covid-19. Lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, menurut Benny, telah memotivasi industri asuransi untuk meningkatkan manajemen risiko, transformasi bisnis, keamanan TI, dan akuntabilitasnya melalui penerapan IFRS 17, yang akan menjadi kewajiban industri pada tahun 2025.
 
“Terlepas dari dampak negatif dari ketidakpastian politik dan faktor eksternal terhadap perekonomian Indonesia, lingkungan ekonomi yang positif dan profil demografis yang besar memberikan banyak peluang bagi industri asuransi untuk tumbuh.  Salah satu contohnya adalah besarnya peluang pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia,” katanya.
 
Benny juga menyebutkan bahwa industri reasuransi tentunya memiliki posisi strategis dalam pertumbuhan ekonomi, karena mendukung kesejahteraan umum dengan memitigasi risiko yang dihadapi masyarakat.  Pemangku kepentingan perlu mendefinisikan dan memahami tantangan dan peluang yang akan datang untuk mencapai industri reasuransi yang tangguh dan berkelanjutan.

“Dalam Konferensi Internasional Indonesia Re Kedua ini, kami mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk membahas dan meningkatkan kesadaran akan peran industri reasuransi, menumbuhkan kesadaran atas tantangan ekonomi makro yang akan datang di tingkat global dan nasional, dan mengeksplorasi strategi alternatif untuk mengatasi tantangan bisnis saat ini dan masa depan yang pada akhirnya menciptakan kerangka keberlanjutan untuk industri reasuransi,” tandasnya.