08 March 2024 317
Berita

Pandemi Covid Jadi Pelajaran Industri Asuransi Indonesia Masih Sangat Lemah

Arthur Gideon

dfhugf

Indonesia Re gelar pelatihan mengenai asuransi dan reasuransi tingkat dasar (basic) kepada Entry Level Underwriter atau Claim Analyst. (Dok  Indonesia Re)

Liputan6.com, Jakarta - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menggelar pelatihan mengenai asuransi dan reasuransi tingkat dasar (basic) kepada Entry Level Underwriter atau Claim Analyst, dan personel lainnya. Pelatihan ini diberikan kepada karyawan perusahaan asuransi jiwa yang menjadi mitra bisnis (ceding companies) Indonesia Re.

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat memaparkan, pandemi COVID-19 memberikan pelajaran bahwa industri asuransi Indonesia sangat lemah dalam pengetahuan.

“COVID-19 membuka banyak sekali fakta-fakta tentang industri asuransi, terutama asuransi jiwa. Satu kesimpulan yang pasti adalah bahwa ternyata industri asuransi kita baik jiwa maupun kerugian di Indonesia ternyata fondasinya tidak kuat-kuat amat. Kita menderita loss yang sangat besar secara finansial karena Covid,” kata Delil dalam keterangan tertulis, Kamis (22/2/2024).

Industri asuransi baik life maupun nonlife selama ini hanya menggadang-gadang sisi bisnis dan komisi tapi melupakan esensi yang sebenarnya dari asuransi. Padahal, secara esensial industri asuransi adalah industri yang sangat noble (mulia) karena asuransi menjadi pihak yang mengambil alih risiko orang lain.

“Risiko ketidakpastian, yang dihindari oleh semua orang diambil alih oleh industri asuransi agar orang itu terbebas dari ketidakpastian. Fungsi ini sangatlah mulia, yang akan selalu ada selama dunia ini belum kiamat,” tegas Delil.

Karenanya, Delil berpesan agar para generasi muda atau Gen Z yang masih ragu saat memasuki industri asuransi bisa menemukan kesimpulan dalam program Inhouse Basic Life 2024. Sebab, industri asuransi adalah salah satu industri yang menawarkan tujuan yang bermakna dan dapat mengisi diri.

Berbagi Expertise dan Experience

fdjshfjshfu

Indonesia Re gelar pelatihan mengenai asuransi dan reasuransi tingkat dasar (basic) kepada Entry Level Underwriter atau Claim Analyst. (Dok Indonesia Re)

Selain memberikan dasar pengetahuan mengenai asuransi dan reasuransi, Inhouse Basic Life 2024 juga diharapkan dapat menjadi sarana diskusi sekaligus engagement event antara Indonesia Re dengan para mitra bisnis dari Perusahaan Asuransi Jiwa.

Selain itu, menjadi wadah bagi Indonesia Re dan ceding companies saling berbagi expertise dan experience terkait Industri Perasuransian Nasional.

Inhouse Training merupakan program rutin yang diselenggarakan Indonesia Re melalui Indonesia Re Institute sejak tahun 2000. Training ini adalah bentuk nyata komitmen Indonesia Re untuk menjadi Center of Knowledge terutama dalam aspek Learning & Research di Industri Perasuransian Nasional.

Sekaligus merupakan bentuk tanggung jawab Indonesia Re selaku Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) yang memfasilitasi dan mewadahi sharing expertise and experience kepada seluruh pelaku di Industri Perasuransian Nasional.
“Besar harapan kami bahwa kegiatan ini dapat menciptakan continuous learning culture di Industri Perasuransian Nasional, sehingga seluruh pelaku di Industri Perasuransian Nasional dapat berkontribusi untuk kemajuan dan pertumbuhan industri Perasuransian Nasional serta global sustainability,” kata Delil.

Masyarakat Minim Pengetahuan Asuransi, Ini Sederet Penyebabnya

Sebelumnya, kontribusi sektor asuransi terhadap perekonomian nasional dinilai belum optimal. Salah satu sebabnya adalah minimnya pemahaman di tengah masyarakat soal pentingnya asuransi terhadap risiko.

Hal ini memjadi tantangan tersendiri, mengingat industri perasuransian menjadi salah satu penopang sektor jasa keuangan nasional. Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM dan Corporate Secretary Indonesia Re, Robbi Y Walid mengatakan masyarakat masih banyak menunda untuk membeli asuransi.

"Jika dilihat dari angka penetrasi maupun densitasnya, kontribusi industri perasuransian nasional terhadap pertumbuhan sektor perekonomian nasional masih terbilang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh rendahnya awareness masyarakat terhadap pentingnya berasuransi serta tingkat literasi asuransi dan keuangan masyarakat yang masih terbilang rendah," urai Robbi dalam keterangannya, Rabu (25/10/2023).

"Tugas kami disini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mengupayakan untuk mengubah stigma masyarakat terkait asuransi itu sendiri," imbuhnya.

Dia mengudentifikasi, setidaknya ada 3 hambatan yang disenut mental blocker yang tengah dihadapi oleh Indonesia Re. Ketiganya menjadi penghambat penetrasi asuransi di masyarakat. 

Pertama yaitu ‘innocent’ alias minimnya informasi dan edukasi terkait proteksi asuransi, termasuk akses untuk mendapatkan informasi dan edukasi tersebut. Kedua adalah ‘procrastination’ alias keinginan untuk menunda membeli proteksi asuransi karena merasa belum memiliki urgensi. Ketiga, adalah ‘struggle’ alias perasaan bahwa mereka tidak akan mampu membeli atau menjangkau polis asuransi.

"Melalui kepemilikan literasi keuangan dan asuransi, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhannya, mampu membuat perencanaan keuangan yang baik, mampu bertanggung jawab pada keputusan keuangan yang diambil, serta dapat terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak legal," paparnya. 

Keuangan Makin Stabil

Lebih lanjut, Robbi menerangkan jika angka literasi keuangan dan penetrasi asuransi meningkat, maka penggunaan produk keuangan akan ikut terangkat. Dengan demikian, kondisi keuangan masyarakat diramal akan makin stabil kedepannya.

“Kami akan terus berupaya berkontribusi dalam peningkatan literasi keuangan dan asuransi melalui program-program yang kami miliki. Selain itu, kami juga akan terus merumuskan strategi untuk peningkatan literasi keuangan dan asuransi agar tetap relevan dengan generasi saat ini," jelasnya.

"Indonesia Re berharap bahwa melalui peningkatan literasi ini, masyarakat akan menyadari pentingnya asuransi sebagai pelindung finansial mereka dari risiko yang tidak terduga, bukan sekadar produk yang dapat dibeli. Ini juga diharapkan dapat meningkatkan kontribusi industri asuransi nasional untuk pembangunan negara,” tutup Robbi.