19 November 2019 1601
Berita

Sistem Indonesia Re Auto Pricing inovasi Indonesia Re tingkatkan pertumbuhan bisnis Group Term Life

Indonesia Re menyelenggarakan Indonesia Re Runaway Seminar 2019 yang digelar di Ho Chi Minh, Vietnam, Jumat
 
Vietnam (ANTARA) -- BUMN reasuransi, Indonesia Re, terus melahirkan inovasi dalam rangka meningkatkan layanannya kepada para ceding company dan memenuhi berbagai permintaan pasar. Yang terbaru, perusahaan yang berkantor pusat di kawasan Salemba, Jakarta Pusat ini, memperkenalkan Sistem Auto Pricing, yakni sistem penentuan harga premi secara otomatis untuk asuransi berjangka kumpulan atau Group Term Life (GTL).
"Hadirnya inovasi ini dilatarbelakangi karena kami ingin memangkas turn around time dan meningkatkan akurasi harga premi bagi ceding company," ujar Head of Actuarial & Life Reinsurance Portfolio Management Division Indonesia Re Nico Demus di sela-sela acara Indonesia Re Runaway Seminar 2019 yang digelar di Ho Chi Minh, Vietnam, Jumat.
GTL adalah produk asuransi jiwa korporat yang dirancang sebagai santunan bagi karyawan yang wafat pada masa pertanggungan.
Group Term Life merupakan salah satu produk asuransi yang sangat kompetitif, dengan karakter risiko yang volatile. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi risiko tersebut diperlukan analisa dalam bentuk simulasi guna memperoleh perkiraan probabilitas kerugian (probability of loss).
"Dengan memahami probability of loss, kami dapat memetakan klasifikasi risiko dari tiap karakter bisnis GTL," tambahnya.
Sektor asuransi jiwa dinilai rentan akan perang tarif karena besarnya pangsa pasar dari total keseluruhan kelas bisnis asuransi. Merespon hal tersebut, sebagai perusahaan yang ditunjuk pemerintah menjadi Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) ini berinisiatif mengajak para pelaku industri asuransi untuk mewujudkan bisnis yang sehat dan terus bertumbuh.
Dihubungi terpisah, Life Reinsurance Underwriting & Customer Experience Management Division Head Indonesia Re Radix Yunanto menyampaikan bahwa pihaknya aktif menyelenggarakan sesi dialog konstruktif dengan para pemangku kepentingan di industri asuransi dan reasuransi, mulai dari Otoritas Jasa Keuangan, asosiasi, hingga perusahaan asuransi.
"Tahun ini setidaknya ada empat acara, yang semuanya bertujuan untuk membangun kesadaran para ceding terkait suatu isu yang tengah hangat di pasar," paparnya.
 
 
Sumber : Antara