20 August 2018 4690
Harta Benda

Gempa Lombok 2018

Ramadhan Kautsar, ST.
Mordekhai, ST., MT.
 
Pendahuluan
 
Seperti yang telah kita ketahui bersama, akhir-akhir ini Lombok telah banyak diterpa gempa bumi berkekuatan besar. Tercatat per tanggal 11 Agustus 2018 pukul 07.00 WIB, terjadi 521 gempa susulan dari gempa M 7.0 (5 Agustus 2018), dan 21 diantaranya gempa yang dapat dirasakan. Hingga tanggal 12 Agustus 2018, tercatat 392 orang meninggal dunia. Berikut pejelasan mengenai beberapa gempa besar yang terjadi (M>5.5):
 
1.   Gempa Bumi Pertama
 
Pada tanggal 29 Juli 2018 pukul 06.47 WITA tepatnya pada posisi episenter 8,16 LS dan 116,4 BT atau 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pulau Lombok dihantam Gempa Bumi berkekuatan 6,4 M pada kedalaman 13 km. Hingga tanggal 4 Agustus, tercatat telah terjadi gempa susulan sebanyak 564 kali, dengan gempa besar (M>4.5) sebanyak 4 kali. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya kerusakan ringan pada 825 unit rumah dan kerusakan berat pada 534 unit sehingga memberikan kerugian ekonomi sebesar 34,95 M serta 10 orang korban jiwa dan 40 orang korban luka – luka.
 
Gambar 1. Intensitas Kerusakan Gempa Lombok 2018
Sumber Gambar : bmkg
 
 
2.   Gempa Bumi Kedua
 
Pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19.46 WITA Lombok kembali diguncang oleh gempa bumi dengan kekuatan yang lebih besar, yakni 7.0 M dengan posisi episenter 8,3 LS dan 116,48 BT atau tepatnya pada jarak 18 km arah barat laut Kabupaten Lombok Timur pada kedalaman 15 km.
 
Sama seperti gempa sebelumnya, gempa ini merupakan sesar naik. Namun dikarenakan patahan ini memiliki rake (sudut yang dibentuk antara patahan) yang besar dan bidang yang menerus hingga di dasar laut maka terjadilah tsunami walaupun posisi episenter berada di darat.
 
BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan peringatan tinggi muka laut tertinggi < 0,5m. Lalu terlihat gelombang tsunami pada daerah Carik setinggi 0,135 m, Badas 0,1 m , dan Lembar 0,09m.
 
Gambar 2. Peringatan Dini Tsunami Gempa Lombok 2018
Sumber Gambar : bmkg
 
 
3.   Gempa Bumi Ketiga
 
Pada tanggal 9 Agustus 2018 pukul 13.25 WITA terjadi kembali gempa dengan kekuatan lebih rendah, yakni 6.2 M dengan posisi episenter 8,47 LS dan 116,18 BT atau tepatnya pada jarak 6 km arah barat laut Lombok Utara pada kedalaman 14 km. Gempa ini memiliki karakteristik patahan yang mirip dengan gempa-gempa sebelumnya.
 
Gambar 3. Lokasi Gempa Lombok dan Besarannya 
Sumber Gambar : bmkg
 
 
A.   Kerugian Akibat Gempa Bumi
 
Nilai kerugian dari gempabumi Lombok kedua masih belum diketahui sampai saat ini, namun hasil survei sementara yang dilakukan oleh BMKG dapat digambarkan bagaimana tingkat kerusakan yang dialami pada daerah – daerah berikut :
 
  1. Mataram = VII MMI
  2. Bima = V-VI MMI
  3. Karangasem = V-VI MMI
  4. Denpasar = V-VI MMI
  5. Kuta = IV MMI  
  6. Waingapu = III MMI
  7. Malang = II – III MMI
  8. Banyuwangi = II – III MMI
 
Perlu diketahui skala MMI adalah skala kerusakan yang diakibatkan gempa bumi. Nilai ini selain dipengaruhi oleh besar dan lokasi gempa, dipengaruhi juga oleh jenis batuan dan konstruksi bangunan pada daerah tersebut. Sebagai gambaran tingkat keparahan berikut adalah ilustrasi dari skala MMI.
 
Gambar 4. Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) pada Dampak Kerusakan Gempa 
Sumber Gambar : bmkg
 
 
B.   Korelasi Ketiga Gempa Bumi
 
Ketiga gempabumi tersebut jika dilihat dari posisi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya maka gempabumi tersebut kemungkinan merupakan satu rangkaian gempabumi. Kejadian pada tanggal 29 Juli merupakan Foreshock, sedangkan pada tanggal 5 Agustus merupakan gempabumi utama (Mainshock), dan pada tanggal 9 Agustus kemungkinan dapat dikatakan sebagai Aftershock.
 
Gempa bumi kedua dapat dikatakan sebagai mainshock karena gempa ini memiliki magnitudo yang paling besar diantara ketiganya. Ketiga gempa bumi tersebut dihasilkan oleh akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hal ini dibuktikan dengan strike (arah patahan) yang searah dengan arah flores back arc thrust itu sendiri. Secara historis, sesar naik ini pernah menyebabkan gempabumi Seritit 1976 dan Flores 1992.
 
Gambar 5. Lokasi Flores Back Arc Thrust
Sumber : esdm
 
Peristiwa gempabumi ini kecil kemungkinannya untuk memicu gempa Megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda, karena sumber gempabumi Lombok merupakan sumber gempa yang berbeda (sesar aktif) sedangkan Megathrust selatan Jawa dipengaruhi oleh zona subduksi yang jaraknya cukup jauh.
 
 
C.   Kesiapan Indonesia Re
 
Sebagai perusahaan reasuransi nasional, Indonesia Re memiliki exposure lebih dari US$ 1 Miliar pada zona Cresta 8, dimana mayoritas berada pada wilayah Bali dan Lombok. Demi menjamin keamanan recovery bagi para ceding company, saat ini Indonesia Re memiliki proteksi sebesar US$ 400 juta. Dengan kapasitas tersebut, Indonesia Re sanggup untuk menanggung event klaim gempabumi dengan skenario terburuk.
 
Sebagai himbauan, dari sisi Treaty harap diperhatikan mengenai event limit dan Hours Clause yang berlaku pada masing - masing kontrak. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya variasi perhitungan recovery yang menyesuaikan dengan kedua klausa tersebut.
 
Nilai tersebut dapat berubah menjadi lebih besar apabila update data akumulasi pertanggal 31 Juli 2018 sudah berhasil diselesaikan dan gempa susulan terus berlanjut dengan nilai Magnitudo yang besar.
 
 
Sumber :
1. postdam
2. bmkg
3. bnpb
4. esdm

 

 

Penulis

Ramadhan Kautsar, ST., AAAIK

Email: ramadhan@indonesiare.co.id