28 January 2022
1216
Berita
Ini klaim Asuransi yang Masih Berpotensi Meningkat Pada 2022
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah lini bisnis asuransi dinilai masih akan berpotensi mengalami peningkatan klaim pada awal 2022 lantaran masih terdampak oleh pandemi Covid-19.
Direktur Teknik dan Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) (Indonesia Re) Erickson Mangunsong menjelaskan bahwa tren peningkatan klaim dari sejumlah lini bisnis yang paling terdampak pandemi masih akan berlanjut pada tahun ini.
Dia mencontohkan, klaim lini asuransi kredit yang meningkat selama pandemi Covid-19. Produk asuransi yang memproteksi kredit konsumtif atau kredit ritel di perbankan diperkirakan masih berpotensi mencatatkan klaim tinggi.
“Apalagi, kami bisa menerima laporannya dua atau empat bulan lebih belakang daripada asuransi. Jadi, diprediksi klaimnya masih bisa meningkat, bahkan sampai triwulan pertama tahun ini,” ungkapnya saat ditemui ANTARA, Selasa.
Lini bisnis lain yang terdampak dan berpotensi mengalami peningkatan klaim adalah produk asuransi keuangan lainnya seperti Letter of Credit (LC) dan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). Dampak pandemi yang mempengaruhi situasi pemegang polis akan menentukan peningkatan klaim produk tersebut.
“Produk asuransi ini rentan terdampak pandemi yang berkepanjangan dimana terjadi faktor penundaan kewajiban dan menyebabkan timbulnya tuntutan kerugian financial,” ungkap Erickson.
Menurutnya, lini bisnis keuangan atau kredit tersebut membutuhkan waktu untuk kembali stabil. Pasalnya, produk tersebut akan mengikuti kebutuhan dunia perbankan.
Selain itu, tingginya klaim reasuransi pada 2021 disebabkan oleh tiga klaim dari lini bisnis fire dan sisa klaim dari peristiwa banjir pada 2020. Oleh karena itu, Erickson mengatakan bahwa pihaknya akan menyeimbangkan portofolio bisnis dengan memaksimalkan produk dengan imbal hasil atau yield yang lebih baik.
“Agar kami dapat mendorong pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan di tengah pandemi ini, kami akan lebih meningkatkan fokus pada produk-produk dengan yield yang baik,” ungkapnya.
Peninjauan ulang pada produk atau lini bisnis, sambung Erickson, juga akan ditempuh dengan menyesuaikan harga. Pasalnya, penyesuaian manfaat klaim pada produk tidak dapat dilakukan.
Langkah itu, jelas dia, akan dilakukan untuk produk baru atau polis baru. Dengan demikian, pihaknya berharap mampu membukukan pendapatan underwriting yang lebih baik dan bisnis yang lebih berkelanjutan.
“Sustainable itu yang pertama tujuan kami. Kami akan meninjau ulang produk, termasuk dari pricing dan distribusinya seperti apa.”
Di sisi lain, Erickson menjelaskan sejumlah lini bisnis itu masih menguntungkan seperti properti, engineering, atau marine cargo. “Bahkan, properti yang mendominasi sekitar 70% reasuransi umum kita masih profitable secara hasil underwriting,” ungkapnya.