10 January 2022 4805
Reasuransi Umum

Internal Wave Perairan Indonesia Tengah

kama-1
Gambar 1. KRI Nanggala 402 (sumber: https://covesia.com/news/108047/hilang-kontak-begini-kronologi-hilangnya-kri-nanggala-402/)

Insiden KRI Nanggala 402 menjadi duka mendalam bagi Indonesia, kapal mengalami hilang kontak setelah penembakan torpedo. Pencarian terus di lakukan dengan mendapat bantuan beberapa negara tetangga. Hingga pada ahirnya KRI Nanggala terkonfirmasi tenggelam pada kedalaman 838 meter. Duka mendalam dirasakan oleh keluarga dan masyarakat Indonesia.

Muncul banyak pertanyaan penyebab tenggelamanya KRI Nanggala, mendorong berbagai ahli mencoba menjelaskan kronologi tenggelamnya KRI Nanggala tersebut. Laut Bali, lokasi insiden terjadi, merupakan perairan dengan karakteristik yang unik baik dari batimetri dan sifat fisis laut itu sendiri.

Perairan Indonesia tengah memiliki batimetri yang complex, terdapat kontur batimetri dari dangkal ke tinggi yang variatif. Selain itu terjadi proses fisis yang unik di perairan tersebut, diantaranya:

  1. Arus Lintas Indonesia, pertukaran massa air laut Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
  2. Ocean mixing, pencampuran fisis antar lapisan air laut yang melibatkan salinitas dan temperatur.
  3. Internal wave, gelombang yang terjadi di badan perairan akibat adanya stratifikasi badan air dan gangguan.


Para ahli berasumsi jika penyebab kapal KRI Nanggala tenggelam karena adanya internal wave diperairan tersebut. Pendapat tersebut dikemukakan melihat dari singkatnya waktu insiden dan kedalaman ditemukannya kapal selam. Hanya dalam hitungan menit, dihitung sejak terakhir kontak, kapal dapat mencapai kedalaman ratusan meter. Sehingga hipotesa peneliti adalah ada energi yang cukup besar untuk menenggelamkan kapal secara cepat.

Internal wave merupakan proses fisis penjalaran energi yang terjadi di badan perairan. Internal wave merupakan karakteristik gelombang yang memiliki panjang gelombang relatif pendek dan amplitudo yang besar. Panjang gelombang yang pendek terjadi akibat internal wave merupakan gelombang pecah dimana penjalaran energi mengalami gangguan sehingga berubah bentuk. Amplitudo internal wave cukup besar bergantung dengan kekuatan gaya pembangkit yang tersedia pada perairan tersebut. Meskipun begitu, proses fisis ini dibutuhkan ekosistem untuk membantu proses pencampuran vertikal unsur hara antar kedalaman perairan.

Internal wave merupakan gelombang yang terjadi antar lapisan air laut (stratifikasi) akibat adanya gangguan. Stratifikasi lapisan air laut timbul karena perbedaan massa jenis secara vertikal yang disebabkan perbedaan temperatur dan salinitas. Gaya pembangkit gelombang disebabkan adanya arus yang terjadi di perairan tersebut. Perairan Indonesia tengah memiliki karakater pasang surut kuat. Perairan tersebut merupakan salah satu jalur pergerakkan Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Variasi morfologi batimetri sill dan palung laut di perairan tersebut menambah faktor munculnya internal wave kuat terjadi.


Screen-Shot-2022-01-10-at-22.04.59
Gambar 2. Laboratrium observasi memperlihatkan internal wave bekerja.
 (sumber: https://www.youtube.com/watch?v=U2lq8TpLqR4)


Adanya dinamika stratifikasi dan interaksi antara arus dengan sill memicu timbulnya internal wave. Saat arus pasut datang menuju pantai, gelombang melewati dasar laut yang tidak rata. Variasi morfologi dasar laut, sebagai contoh sill dan palung, menyebabkan gangguan pada penjalaran gelombang. Interaksi antara arus pasang tersebut dengan sill memicu terjadinya gelombang pecah. Area setelah sill akan muncul turbulensi di badan air. Selanjutnya, akan terbentuk gelombang soliton, gelombang satu puncak, yang menjalar hingga pantai. Gelombang soliton yang muncul memiliki amplitudo gelombang yang besar.    

Tercatat beberapa pengamatan menemukan amplitudo internal wave yang sangat besar, antara lain 40-205 m di Laut Andaman (1990), 90 m di Selat Gibaltar dan lebih besar dari 100 m di Selat Lombok. Keberadaan internal wave dapat mengganggu keamanan navigasi karena dapat terjadi propagasi internal wave dan gelombang akustik bawah laut. Aktivitas pertambangan minyak lepas pantai juga perlu memantau keberadaan gelombang ini. Internal wave dengan amplitudo lebih besar dari 100 m dapat memberikan dampak kerusakan pada tiang penyangga anjungan minyak offshore.

Internal wave memberikan kebutuhan energi untuk proses pencampuran di laut terbuka. Turbulensi  yang terjadi di laut dalam memberikan energi untuk pencampuran vertikal. Air dingin dan unsur hara di laut dalam terbantu mencapai lapisan permukaan air. Sehingga eksistensi internal wave memberikan dampak yang signifikan untuk budidaya perikanan. Proses pencampuran vertikal ini juga dimanfaatkan laut untuk menjaga suhu bumi tetap optimal dengan membawa air dingin ke lapisan permukaan. Selain itu, transfer karbon dioksida pada lapisan permukaan juga dapat ditransferkan ke laut dalam.

Pemantauan internal wave dapat memanfaatkan citra satelit dan pengambilan data insitu. Manifestasi internal wave dapat dilihat dipermukaan, sehingga dapat terdeteksi oleh satelit. Pemantauan internal wave secara insitu dapat memanfaatkan lapisan piknoklin. Lapisan tersebut merupakan stratifikasi yang terbentuk akibat perubahan salinitas perairan. Lapisan ini memiliki perbedaan salinitas yang cukup tinggi sehingga pergerakkan gelombang lebih mudah dipantau oleh peneliti.

Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas memberikan berbagai dinamika informasi proses fisis-fisis laut yang menarik untuk dikaji. Proses fisis laut memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Internal wave merupakan peristiwa fisis laut yang memiliki dua mata koin. Dibalik dampak negatif yang diciptakan, gelombang ini memiliki peranan yang vital dalam pelastarian ekosistem dan pemanasan global. Proses pencampuran vertikal tidak hanya dibutuhkan ekosistem tetap lestari namun juga menjaga suhu dan kadar karbon dioksida bumi tetap pada kondisi optimal. Sekarang tinggal bagaimana manusia dapat mensiasati dampak negatif yang timbul dan memanfaatkan sisi positif dengan lebih bijak.

 
 
Sumber pustaka:

  1. https://covesia.com/news/108047/hilang-kontak-begini-kronologi-hilangnya-kri-nanggala-402/
  2. Susanto, R.D., Mitnik, L., dan Zheng, Q. 2005. Ocean Internal Waves Observed in The Lombok Strait, Oceanography, Vol. 18, No.4.
  3. Rachmayani, R., Ningsih, N.S., Hadi, S., dan Brodjonegoro, I.S. 2008. Dinamika Penjalaran Gelombang Internal di Selat Lombok, Ilmu Kelautan, Vol. 13 (1).
  4. https://www.youtube.com/watch?v=U2lq8TpLqR4

 

Penulis

Muammar Kamadewa Ramadhan, S.Si., AAAIK

Email: kamadewa@indonesiare.co.id