08 December 2016 8599

Gagal Ginjal Kronik

Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk

Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dengan cara menyaring darah melalui ginjal. Selain itu ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme seperti ureakreatinin, asam urat dan zat kimia asing. Ginjal terdiri dari 1 – 2 juta glomerolus. Darah akan melewatiglomerolus untuk diubah menjadi air seni. Penyakit atau kelainan pada ginjal dapat mengakibatkan kerusakan glomerolus dan menyebabkan penurunan filtrasi/penyaringan darah oleh glomerolus. Fungsi ginjal dapat dihitung berdasarkan laju filtrasi darah yang melewati glomerolus. Nilai ini disebut laju filtrasiglomerolus/Glomerolus Filtration rate (LFG/GFR).

Kegagalan ginjal dalam melakukan fungsi-fungsi ini menimbulkan keadaan gagal ginjal. Gagal Ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan dapat kembali normal. Sedangkan pada gagal ginjal kronik, penurunan fungsi ginjal beralngsung secara perlahan-lahan. Pada gagal ginjal kronik proses penurunan fungsi dapat berlangsung terus minimal selama 3 bulan dan lama-lama ginjal dapat tidak berfungsi sama sekali.

Stadium

Gagal ginjal kronik dapat di bagi lagi menjadi 5 stadium berdasarkan nilai laju filtrasi glomerolus (LFG/GFR). Glomerolus adalah struktur di ginjal yang berfungsi melakukan penyaringan. Stadiumnya adalah sebagai berikut:

  • Stadium 1. Kerusakan pada ginjal namun laju filtrasi glomerolus masih normal (LFG _ 90)
  • Stadium 2. Kerusakan pada ginjal dengan penurunan ringan laju filtrasi glomerolus (LFG 60 – 89)
  • Stadium 3. Kerusakan pada ginjal dengan penurunan sedang laju filtrasi glomerolus (LFG 30 – 59)
  • Stadium 4. Kerusakan pada ginjal dengan penurunan berat laju filtrasi glomerolus (LFG 15 – 29)
  • Stadium 5. Gagal ginjal (LFG < 15)

 

Penyebab

Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal registry pada tahun 2007 – 2008 didapatkan urutan sebagai berikut:

1. Glomerulonefritis (25%)

Glomerulonefritis adalah keadaan dimana terjadi peradangan pada ginjal atau glomerolus

2. Diabetes Melitus/Kencing manis (23%)

Penyakit kencing manis terutama yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan komplikasi pada ginjal dan menyebabkan kerusakan ginjal yang permanen

3. Hipertensi/Darah tinggi (20%)

Sama seperti kencing manis, penyakit darah tinggi jika tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

4. Ginjal Polikistik (10%)

Polikistik berarti banyak kista di ginjal. Kista-kista ini dapat mengganggu fungsi penyaringan pada ginjal

 

Diagnosis

Penderita gagal ginjal kronik biasanya tidak akan merasakan gejala apapun hingga terjadi gagal ginjal tahap akhir. Gagal Ginjal ini biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan darah atau air seni. Pada stadium lanjut penderita akan mengalami bengkak pada tubuh, mengantuk, mual, muntah, merasa bingung dan kehilangan kesadaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan penapis/screening terutama untuk penderita Diabetes dan Hipertensi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Tes Fungsi Ginjal

Tes Fungsi Ginjal terdiri dari pemeriksaan Ureum, Kreatinin, Asam Urat dan Laju Filtrasi glomerolus  /Glomerolus Filtration RateKreatinin adalah zat sisa yang dibentuk oleh otot. Kreatinin ini di saring dan tidak diserap kembali oleh ginjal sehingga memberikan estimasi yang tepat mengenai penyaringan darah di ginjal. Ureum juga di saring oleh ginjal namun dapat diserap kembali oleh ginjal pada keadaan dehidrasi. Oleh karena itu Ureum tidak sebaik kreatinin untuk menggambarkan fungsi ginjal. Laju Filtrasi Glomerolus atau Glomerolus Filtration Rate (LFG/GFR) memberikan gambaran mengenai fungsi ginjal. LFG ini juga digunakan untuk memonitor kerusakan ginjal. Cara yang sering dipakai untuk menghitung LFG adalah dengan mengukur jumlah kreatinin sewaktu dalam darah. Jumlah kreatinin ini lalu dimasukkan dalam formula penghitungan LFG. Namun golden standard untuk pengukuran LFG ini adalah dengan mengukur jumlah kreatinin dalam air seni selama 24 jam. Normal LFG adalah > 90mL.

 

2. Analisa air seni sewaktu

Adanya protein atau albumin serta sel darah merah dalam air seni dapat menjadi tanda adanya kerusakan ginjal. Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, jumlah albumin atau protein dalam air seni akan semakin meningkat. Pemeriksaan yang lebih baik adalah dengan melakukan pengumpulan air seni selama 24 jam dan kemudian dilakukan evaluasi untuk mengukur jumlah protein dalam urin. Dalam melakukan seleksi risiko, jika ditemukan adanya protein dalam air seni maka harus diperhatikan juga ada tidaknya peningkatan kreatinin atau ureum dalam darah serta ada tidaknya penyakit penyerta yang lain seperti kencing manis dan darah tinggi. Jika hasil pemeriksaan lain normal, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan analisa air seni ulang 3 bulan setelah pemeriksaan terakhir.

 

3. Ultrasonografi (USG)

Gambaran ginjal bila dilihat dengan Ultrasonografi cukup beragam. Ginjal bisa tampak berukuran lebih kecil daripada normal atau lebih besar. Ginjal yang lebih besar dari normal disebabkan karena ginjal polikistik atau komplikasi dari diabetesUltrasonografi juga dapat digunakan untuk melihat adanya sumbatan pada saluran kencing atau batu di ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

 

4. Biopsi

Dapat dilakukan untuk mencari penyebab dari gagal ginjal.

Terapi

Gagal Ginjal Kronik tidak dapat disembuhkan sehingga

tujuan terapi pada penderita gagal ginjal kronik adalah:

  1. Memperlambat kerusakan ginjal yang terjadi
  2. Mengatasi faktor yang mendasari gagal ginjal kronis seperti kencing manis dan tekanan darah tinggi
  3. Mengobati komplikasi penyakit.
  4. Menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak dapat bekerja.

 

Pencegahan dan Seleksi Risiko

Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang lebih parah dan mengatasi faktor yang memperburuk fungsi ginjal, maka diperlukan kontrol gula darah yang baik pada penderita kencing manis, kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, dan pengaturan pola makan yang sesuai dengan kondisi ginjal. Komplikasi gagal ginjal harus juga ditangani. Pada gagal ginjal stadium akhir, fungsi ginjal dapat digantikan dengan dialisi (cuci darah) atau transplantasi ginjal. Perencanaan dialisis dan transplantasi ginjal biasanya dimulai pada gagal ginjal kronik stadium IV.

Pada saat melakukan seleksi risiko hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

  1. Jika ditemukan LFG < 90 mL maka hal lain yang harus diperhatikan adalah ada tidaknya protein atau darah dalam air seni, peningkatan kreatinin atau ureum dalam darah serta ada tidaknya penyakit penyerta yang lain seperti kencing manis dan darah tinggi. Jika hasil pemeriksaan air seni dan darah yang lain normal maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan air seni ulang 3 bulan setelah pemeriksaan terakhir. Bila pemeriksaan ulang air seni dan darah normal maka dapat dipertimbangkan untuk menerima dengan pemberian ekstra mortalita.
  2. Jika hasil pemeriksaan air seni, terdapat peningkatan kreatinin atau ada penyakit penyerta, kemungkinan besar memang sudah terjadi kerusakan pada ginjal dan sebaiknya pengajuan asuransi tersebut ditolak.
  3. Jika ditemukan peningkatan Kreatinin dan atau ureum maka kita juga harus memperhatikan hasil analisa urin dan penyakit penyerta lain. Sebaiknya pengajuan polis kita tunda dulu selama minimal 3 bulan untuk dilakukan pemeriksaan kreatinin atau ureum serta analisa air seni ulang dan konsul ke spesialis penyakit dalam.
  4. Pada penderita Kencing manis dan tekanan darah tinggi sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal untuk mengetahui komplikasi kearah ginjal. Jika ditemukan abnormalitas pada hasil pemeriksaan fungsi ginjal maka sebaiknya pengajuan polis tersebut ditolak. Abnormalitas tersebut menandakan adanya kerusakan ginjal dan biasanya kerusakan ginjal ini bersifat permanen.

 

 

 

(Reinfokus Edisi 1, Tahun 2013)

Penulis

dr. Yudyarini Pramita Handayani, AAAIJ, FLMI, ACII

Email: mita_handayani@indonesiare.co.id