21 July 2025
86
Reasuransi Umum
Menakar Risiko Data Center Melalui Sistem Tier
Dalam industri asuransi, khususnya asuransi harta benda (property) dan rekayasa (engineering), penilaian risiko terhadap objek pertanggungan merupakan proses penting dalam menentukan kapasitas dan harga premi yang tepat. Salah satu objek risiko yang semakin sering diasuransikan adalah data center.
Data center merupakan infrastruktur vital di era digital saat ini. Perusahaan-perusahaan modern sangat bergantung pada data center untuk menyimpan, memproses, dan mendistribusikan data secara efisien dan aman. Dalam upaya menjamin keandalan dan performanya, digunakanlah sistem klasifikasi berbasis Tier yang dikembangkan oleh Uptime Institute.
Pengertian Tier Data Center
Tier adalah sistem klasifikasi yang mengkategorikan tingkat keandalan dan ketersediaan suatu data center. Terdapat empat tingkat, yaitu Tier I, Tier II, Tier III dan Tier IV, masing-masing memiliki spesifikasi teknis, kapasitas redundansi, serta toleransi terhadap gangguan yang berbeda.
Tier I – Basic Capacity
- Tidak memiliki komponen redundan
- Hanya memiliki satu jalur distribusi listrik dan pendinginan
- Cocok untuk usaha kecil dengan kebutuhan uptime yang rendah
Tier II – Redundant Capacity Components
- Memiliki komponen redundan (umumnya N+1)
- Jalur distribusi masih tunggal
- Masih memerlukan downtime saat pemeliharaan
- Sesuai untuk organisasi menengah dengan layanan semi-kritikal
Tier III – Concurrently Maintainable
- Memiliki jalur distribusi ganda untuk listrik dan pendinginan
- Pemeliharaan dapat dilakukan tanpa menghentikan operasional
- Cocok untuk institusi keuangan, layanan kesehatan, dan perusahaan teknologi dengan kebutuhan uptime tinggi
Tier IV – Fault Tolerant
- Redundansi penuh (2N) pada semua sistem kritikal
- Mampu menangani kegagalan komponen tanpa mengganggu layanan
- Digunakan oleh perusahaan dengan kebutuhan transaksi real-time sangat tinggi
Faktor-Faktor Underwriting dalam Penilaian Risiko Data Center
Berikut adalah beberapa hal penting yang dapat dipertimbangkan ketika menilai risiko data center.
a. Status Sertifikasi Tier
Tidak semua data center yang mengklaim status Tier III atau IV benar-benar memiliki sertifikasi resmi dari Uptime Institute. Sertifikasi ini meliputi:
- Tier Certification of Design Documents (TCDD)
- Tier Certification of Constructed Facility (TCCF)
- Tier Certification of Operational Sustainability (TCOS)
Verifikasi sertifikasi menjadi penting untuk menilai tingkat kepatuhan terhadap standar internasional.
b. Lokasi dan Risiko Geografis
- Potensi bencana alam (gempa bumi, banjir, kebakaran)
- Ketersediaan dan stabilitas infrastruktur pendukung (pasokan listrik utama dan cadangan, jaringan komunikasi, akses jalan)
- Jarak terhadap kawasan industri berisiko tinggi
c. Sistem Kelistrikan dan Cadangan Daya
- Redundansi pasokan daya (N+1 atau 2N)
- Tipe dan kapasitas UPS
- Jumlah serta kapasitas genset, dan durasi operasi saat listrik utama padam
- Frekuensi dan kualitas pemeliharaan sistem kelistrikan
d. Sistem Pendingin dan HVAC
- Redundansi sistem pendingin
- Kendali suhu dan kelembaban ruangan
- Jalur distribusi udara dan proteksi terhadap overheating
Data center tanpa sistem pendingin cadangan dapat mengalami overheating yang merusak perangkat keras secara permanen.
e. Sistem Proteksi Kebakaran
- Teknologi deteksi dini (seperti VESDA)
- Sistem pemadaman berbasis gas (FM200, Novec 1230) yang tidak merusak perangkat aktif
- Status sertifikasi dan pengujian sistem
f. Manajemen Operasional
- SOP dan manajemen risiko yang terdokumentasi
- Keberadaan NOC (Network Operations Center)
- Kualifikasi staf teknis
- Riwayat downtime atau insiden dalam 3–5 tahun terakhir
g. Keamanan Fisik dan Akses
- Sistem pengamanan berlapis (biometrik, CCTV, alarm)
- Pembatasan akses ke area kritikal
- Kebijakan zero trust untuk pengunjung
Penyesuaian Risiko dan Premi Berdasarkan Tier
- Tier I–II: Risiko tinggi terhadap downtime sehingga seharusnya nilai premi lebih tinggi. Biasanya diberi batasan khusus dalam polis.
- Tier III: Risiko sedang karena redundansi cukup, namun masih tergantung pada sistem operasional. Premi lebih kompetitif.
- Tier IV: Risiko downtime sangat rendah, namun perlu diingat, semakin tinggi tier, semakin tinggi juga nilai investasi yang diasuransikan, sehingga total exposure tetap signifikan.
Artikel