29 December 2020 2430
Finance

Investasi Emas di Masa Pandemi, Akankah Terus Berkilau?

Sobat reas, pada awal tahun 2020 penulis pernah membahas emas ketika pandemi covid-19 mulai menghantui aktivitas ekonomi global. Saat itu harga per emas per ons masih di sekitar 1600 dollar Amerika. Seiring dengan penyebaran virus dan juga pelemahan ekonomi global, harga emas terus meningkat hingga mencapai level tertinggi pada bulan agustus 2020. Lantas apakah penguatan ini akan terus berlangsung?

 

1

Sumber : Bloomberg, data diolah.
 
            Sejak awal tahun 2020 hingga 06 Agustus 2020, emas memberikan potensi imbal hasil yang cukup tinggi yakni mencapai 30%. Dibandingkan dengan imbal hasil surat berharga pemerintah di negara berkembang seperti Indonesia, angka 30% jauh di atas imbal hasil yang ditawarkan pemerintah pada tahun 2020. Dari pengamatan penulis beberapa faktor yang dinilai cukup mempengaruhi kenaikan harga emas adalah:
 
 
       1. Emas Dianggap sebagai Instrumen Lindung Nilai terhadap Inflasi

Levin & Wright pada risetnya di tahun 2006 menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada harga emas dan inflasi di Amerika. Kenaikan inflasi turut diikuti dengan kenaikan harga emas. Secara teori, inflasi dikaitkan dengan meningkatnya jumlah uang beredar di suatu tempat/wilayah. Pada kondisi pandemic covid-19, negara di dunia termasuk Amerika melaksanakan kebijakan fiskal berupa stimulus kepada masyarakat. Dengan demikian, para analis memperkirakan bahwa inflasi diprediksi akan terjadi dan salah satu intrumen yang dapat melindungi kekayaan seseorang dari hal tersebut adalah emas.

        2. Supply yang Terbatas

Emas tidak diciptakan oleh pemerintah atau perusahaan layaknya surat hutang(obligasi) ataupun saham. Nilai surat hutang atau saham berlandaskan salah satunya pada kemampuan perusahaan atau pemerintah dalam memberikan imbal hasil atau pembayaran kembali atas hutang atau modal yang diterbitkan. Hal ini tidak berlaku pada emas atau komoditas berharga lainnya. Selain suplai emas yang terbatas, dengan adanya pandemi mengharuskan beberapa tambang emas tutup untuk sementara. Ketika suplai menurun, maka harga diprediksi bergerak naik dengan asumsi paling tidak permintaan yang tetap. Mekanisme pasar inilah yang juga dipercaya mendorong harga emas terus menanjak.
  1. Ketakutan akan Market Sell-Off
Jika dibandingkan dengan instrument investasi lainnya seperi saham ataupun surat hutang negara, emas tidak selalu memberikan performa yang lebih baik. Namun demikian, ketika panic selling investor pada asset kelas berisiko, emas merupakan pilihan yang dapat dijadikan sarana menyimpan kekayaan. Hal ini menjadikan emas sebagai salah satu safe haven asset.
  1. Pandemi Covid-19
Pandemi covid19 menyebabkan banyak negara memasuki resesi. Pertumbuhan ekonomi melambat bahkan memasuki zona negatif kemudian indeks harga saham gabungan juga jatuh karena ketidakpastian ekonomi di negara tersebut. Terlebih lagi dengan kemampuan suatu negara dalam mengatasi penyebaran virus yang berbeda – beda sehingga menimbulkan pertanyaan terhadap ekspektasi investor untuk berinvestasi di negara tersebut. Sejak harga emas rally dari awal tahun 2020, belum ada indikasi yang kuat kapan virus akan mereda atau paling tidak kapan vaksin dapat tersedia bagi masyarakat.
  1. Korelasi Negatif dengan Dollar Amerika
Harga emas per ons pada umumnya diperdagangkan dalam mata uang Dollar Amerika. Ketika nilai tukar dollar Amerika terdepresiasi, hal ini membuat investor asing non-amerika dapat membeli emas dengan harga yang relative lebih murah. Harga yang relatif lebih murah mendorong permintaan akan harga emas. Begitu juga sebaliknya.
 
Jika kita lihat pada bulan September hingga November 2020, harga emas cenderung terus menurun dari level tertingginya di bulan Agustus. Berita perkembangan vaksin yang cukup memberikan progress memberikan harapan bahwa pandemic akan  dapat berakhir dan new normal akan segera memberikan dampak yang positif kepada perekonomian dunia. Pada akhir Agustus 2020, wuhan menggelar konser music dimana terlihat orang-orang berkumpul bersama dan tidak tampak seorangpun menggunakan masker. Berita ini menimbulkan optimisme bahwa China sebaga motor perdagangan global sudah pulih dan juga memberikan sinyal kepada dunia bahwa kegiatan bisnis dapat berjalan kembali seperti sedia kala. Beberapa waktu lalu diberitakan bahwa perusahaan pengembang vaksin telah menunjukkan progress yang positif atas efektivitas vaksin yang dikembangkan. Sejalan dengan hal ini, appetite investor terhadap instrument yang lebih berisiko mulai terlihat ditandai dengan indeks harga saham gabungan yang mulai rebound. Kendati demikian, harga emas masih berada di level 1700 dolar per ons pada akhir November, dimana level ini masih di atas harga emas pada saat awal tahun. Namun, apabila memang pemulihan ekonomi dunia terus berlangsung sejalan dengan perkembangan positif dari vaksin covid-19, mungkin kita akan melihat harga emas yang kembali turun seiring dengan penguatan performa pada kelas asset lainnya.
 
 
Referensi:
 
https://www.juliusbaer.com/fr/insights/markets-explained/has-gold-lost-its-glitter/
 
 
https://markets.businessinsider.com/commodities/news/5-reasons-why-gold-down-not-out-according-to-analysts-2020-8-1029495865
https://www.businessinsider.com/gold-has-lost-its-glitter-again-2012-10?r=US&IR=T
https://www.washingtonpost.com/business/2020/08/05/5-reasons-why-gold-prices-are-soaring/
https://business.financialpost.com/investing/gold-rallies-goldman-buy-now?video_autoplay=true
https://www.gold-eagle.com/article/investors-should-be-long-gold-says-cio
https://www.investing.com/news/commodities-news/gold-stabilizes-as-stimulus-measures-ease-liquidation-pressure-2115717
https://www.thenationalnews.com/business/money/gold-continues-to-glitter-but-for-how-long-1.1057932
https://www.nytimes.com/2020/08/08/opinion/gold-investment-coronavirus.html
https://www.cnbc.com/2020/04/20/coronavirus-why-gold-is-seen-as-a-safe-haven-investment-in-a-crisis.html
https://www.investopedia.com/articles/basics/08/reasons-to-own-gold.asp
https://www.bbc.com/news/world-asia-china-53816511
 
 
 
 

Penulis

Muhamad Yusron Wahyudi, S.E., M.Sc.

Email: yusron@indonesiare.co.id