Peningkatan wabah Ebola Virus Disease (EVD) / Penyakit Virus Ebola memberikan peringatan akan potensi terjadinya epidemic dari serangan virus tersebut. Virus Ebola menyebabkan Ebola Hemorrhage Fever (EHF) / Demam Berdarah Ebola yang ditandai dengan pendarahan berat dan dapat menyebabkan gagal organ bahkan kematian.
Wabah Virus Ebola pertama kali tercatat pada tahun 1976 dan per-tanggal 13 Agustus 2014, WHO melaporkan telah terjadi 1975 kasus yang teridentifikasi sebagai kasus Penyakit Virus Ebola dengan kematian sekitar 1069 kasus. Penyakit Virus Ebola, dengan tingkat mortalitasnya yang sedemikian tinggi (50% hingga 90%), sepertinya tidak memiliki peluang yang terlalu besar untuk menjadi ancaman pandemic seperti Virus Flu Burung dan Virus Flu Babi.
Gejala Penyakit Virus Ebola
Penyakit Virus Ebola merupakan penyakit yang terjadi pada manusia yang disebabkan oleh Virus Ebola. Masa inkubasi (interval waktu antara saat terinfeksi hingga muncul gejala klinis) Virus Ebola adalah sekitar 2 sampai 21 hari dengan rata-rata selama 8 sampai 9 hari. Hingga saat ini, belum ada pembuktian adanya potensi penularan virus dari orang yang terinfeksi namun belum menunjukkan gejala.
Gejala awal yang muncul dapat berupa demam yang muncul mendadak, dengan disertai kelemahan dan nyeri otot, serta nyeri kepala dan nyeri tenggorokan. Pada hari ke 5 – 7, muncul bercak merah yang disertai dengan gejala-gejala berat seperti muntah, diare, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta adanya perdarahan internal dan eksternal pada beberapa kasus. Pasien dengan gejala-gejala berat, jika tidak mendapatkan penanganan yang adekuat, dapat meninggal pada 8 – 9 hari. Penyebab terjadinya kematian biasanya adalah shock hipovolemik, gangguan pendarahan (koagulopati), dan gagal organ. Virus Ebola ditransmisikan melalui kontak langsung dengan darah, secret tubuh, jaringan, atau organ baik dari manusia atau hewan yang masih hidup ataupun telah mati. Transmisi melalui udara belum dapat dibuktikan, namun ada indikasi bahwa subtype Zaire dari Virus Ebola dapat ditransmisikan melalui udara (oronasal) dari babi ke primata yang bukan manusia.
Patogenesis dan Penularan Virus Ebola
Belum dapat dipastikan natural host dari Virus Ebola, namun diduga kuat Virus Ebola ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi (biasanya monyet atau kelelawar buah). Kelelawar buah diyakini dapat membawa dan menyebarkan Virus Ebola tanpa terjangkit virus tersebut. Saat seseorang terinfeksi Virus Ebola, dia dapat menularkannya ke orang-orang yang lain. Begitu terjadi infeksi pada manusia, penyakit ini dapat menyebar pada orang-orang, sehingga dalam hal ini manusia merupakanaccidental host dari Virus Ebola. Virus Ebola dapat bertahan pada cairan mani (semen) selama 2 bulan. Bahkan, setelah pasien tersebut meninggal, tubuhnya tetap dapat menularkan Virus Ebola kepada makhluk-makhluk hidup di sekitarnya. Berikut adalah penggolongan tingkat risiko penularan Virus Ebola berdasarkan jenis kontak:
Diagnosis Penyakit Virus Ebola
Virus Ebola memiliki gejala-gejala yang serupa dengan penyakit-penyakit infeksi lain seperti malaria, kolera, dan demam berdarah dengue sehingga dapat menimbulkan keterlambatan penegakkan diagnosis jika kita hanya memperhatinan gejala klinis. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis Penyakit Virus Ebola, perlu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti berikut:
Pengobatan dan Proses Penyembuhan Penyakit Virus Ebola
Hingga saat ini, pengobatan untuk menyembuhkan Penyakit Virus Ebola belum ditemukan. Namun, sebagai pertolongan untuk orang yang menderita penyakit tersebut dapat diberikan terapi rehidrasi serta tetap menjaga asupan oksigen dan tekanan darah pasien. Jika terjadi perdarahan, dapat juga diberikan tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang serta tetap mempertahankan kestabilan sirkulasi serta mencegah terjadinya gagal organ.
Orang yang pernah terinfeksi Virus Ebola dan bertahan hidup, akan membutuhkan waktu yang relative lama untuk pemulihan. Virus Ebola akan tetap bertahan di dalam tubuh selama berminggu-minggu dan pemulihan total membutuhkan waktu berbulan-bulan. Biasanya, orang yang pernah terinfeksi Virus Ebola akan mengalami kerontokan rambut, perubahan kemampuan sensoris, pembengkakan pada mata, sendi dan testis, hepatitis, uveitis, serta kelemahan tubuh.
Pencegahan Penyebaran Penyakit Virus Ebola
Dengan adanya penelitian tentang transmisi Virus Ebola, penularan Virus Ebola dapat dicegah melalui beberapa cara, yaitu:
Menjada diri agar tidak terjadi kontak dengan darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi Virus Ebola
Penelitian untuk vaksin Virus Ebola telah dilakukan, namun belum ada vaksin yang terbukti efektif untuk dapat mencegah penularan virus tersebut. Karena sangat tingginya kemungkinan untuk terinfeksi saat terpapar oleh Virus Ebola, maka The Center for Disease Control dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk menghindari berpergian ke negara-negara yang terkena wabah Virus Ebola, seperti Afrika.
Orang-orang yang bekerja di bidang medis, social, dan peternakan juga merupakan risiko tinggi untuk terinfeksi Virus Ebola. Personel medis saat ini juga diwajibkan untuk menggunakan alat perlindungan diri saat melakukan kontak dengan pasien yang diduga atau telah terinfeksi Virus Ebola. Personel medis juga diwajibkan untuk ekstra berhati-hati saat menangani sampel dari pasien yang diduga atau telah terinfeksi Virus Ebola, baik itu sampel darah, cairan tubuh, atau jaringan. Orang-orang yang bekerja di sekitar hewan-hewan (terutama hewan dengan risiko eksposur tinggi) dan hasil produk hewan (seperti daging), juga diharapkan berhati-hati dan waspada terinfeksi Virus Ebola. Baik itu saat merawat hewan yang sakit atau saat memotong daging hewan.
Walaupun saat ini Virus Ebola merupakan wabah yang mengancam, beberapa pencegahan untuk penyebaran seperti pusat isolasi, screening kedatangan, dan fasilitas pengobatan modern telah didirikan untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Penyebaran Virus Ebola melalui udara yang belum terbukti hingga saat ini merupakan harapan bahwa wabah ini tidak akan menjadi pandemic seperti pada Virus Flu Burung dan Virus Flu Babi.
(Reinfokus edisi I, tahun 2014).