Kornea adalah lapisan luar mata yang bening dan berbentuk kubah yang berperan sebagai ‘jendela’ dari mata. Kornea membantu mata untuk memfokuskan cahaya yang masuk menuju retina. Ketika terjadi kerusakan kornea, tingkat kebeningan kornea menjadi berkurang dan bentuk kornea dapat berubah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses masuknya cahaya ke retina dan dapat menyebabkan gangguan transmisi persepsi penglihatan ke otak, sehingga penglihatan menjadi kurang jelas.
Transplantasi kornea adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat seluruh bagian kornea yang telah rusak dan tidak berfungsi kemudian menggantinya dengan donor jaringan kornea yang sehat. Tindakan transplantasi kornea juga dikenal dengan nama keratoplasty atau corneal graft. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki penglihatan, meredakan nyeri serta mengobati infeksi akibat kerusakan kornea yang berat. Beberapa kondisi yang dapat diperbaiki oleh transplantasi kornea adalah sebagai berikut:
Sebelum menjalani transplantasi kornea, pasien akan melakukan rangkaian pemeriksaan dan evaluasi berupa pemeriksaan menyeluruh pada mata termasuk pengukuran ukuran kornea. Setelah pasien dinyatakan dapat lanjut untuk menerima transplantasi, dia akan masuk ke daftar tunggu penerima transplantasi kornea. Sebagian besar donor kornea berasal dari donor orang yang sudah meninggal. Tidak seperti donor ginjal dan donor liver di mana pendonor dapat hidup normal hanya dengan satu ginjal atau
sebagian liver, seseorang akan kehilangan penglihatannya jika dia tidak memiliki kornea lagi.
Prosedur transplantasi kornea dapat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Transplantasi kornea dapat dilakukan dengan anestesi local atau general. Prosedur ini juga tidak memakan waktu lama, kurang lebih hanya satu jam, tergantung pada kondisi dari pasien. Walaupun terlihat simple dan relative aman, namun tindakan transplantasi kornea juga mengandung risiko dan dapat menyebabkan komplikasi seperti:
Prosedur jenis mana yang akan digunakan, itu bergantung dari pertimbangan dokter berdasarkan jenis kerusakan kornea dan kebutuhan dari masing-masing pasien.
Seperti pada prosedur transplantasi lainnya, transplantasi kornea juga berpotensi menimbulkan reaksi penolakan oleh system imun tubuh. Reaksi penolakan ini memang terjadi hanya sekitar 20% dari kasus transplantasi kornea. Namun, reaksi penolakan ini dapat menyebabkan beberapa gangguan penglihatan seperti kehilangan kemampuan menglihat, nyeri pada mata, kemerahan pada mata, dan hipersensitifitas terhadap cahaya. Oleh karena itu, orang yang menjalani transplantasi kornea disarankan untuk mengkonsumsi obat anti-rejection.
Masa pemulihan transplantasi kornea bergantung pada jenis prosedur yang dijalani. Untuk prosedur EK dan DALK relative memiliki masa pemulihan yang cukup cepat, yaitu beberapa minggu hingga beberapa bulan. Sedangkan untuk PK, masa pemulihan dapat berlangsung hingga 18 bulan sebelum penglihatan benar-benar membaik.
Donor kornea dapat bertahan hingga 10 tahun sebelum fungsi penglihatan akan menurun. Waktu tersebut dapat lebih singkat jika terjadi gangguan atau penyakit pada mata. Oleh karena itu, penerima transplantasi kornea harus menjaga matanya dengan sebaik mungkin, terutama menghindari infeksi yang dapat menyebabkan penyakit pada mata. Orang dengan mata yang cukup sensitive, disarankan untuk menggunakan kacamata untuk meminimalisir kemungkinan infeksi.
********