02 March 2017 5182

Hemodialysis

Hemodialysis –alias cuci darah-, pasti kita semua sudah pernah mendengar istilah itu kan? Tapi apakah proses hemodialysis benar-benar berarti darah kita dicuci dengan rinso lalu dikembalikan lagi ke tubuh? Yok sama-sama kita lebih mengenal proses hemodialysis.

Ginjal yang dalam kondisi baik akan mampu melakukan proses penyaringan dan melakukan pembuangan limbah, mineral, serta cairan tubuh berlebih. Ginjal yang baik juga dapat mengatur kadar hormone sehingga kondisi tubuh tetap baik dan kadar hormone tetap stabil. Ketika terjadi gagal ginjal, limbah dalam tubuh akan menumpuk dan dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti peningkatan tekanan darah dan pembengkakan tubuh.

Gagal ginjal –baik kronis maupun akut- dapat menyebabkan ginjal kehilangan kemampuannya untuk melakukan proses penyaringan dan pembuangan limbah serta cairan tubuh yang berlebih dan sudah tidak diperlukan. Penderita gagal ginjal akan memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal berupa transplantasi ginjal atau hemodialysis. Transplantasi ginjal sebenarnya adalah terapi yang lebih baik dan lebih permanen. Permasalahannya adalah, ginjal tidak dijual di Carrefour, Hypermart, Giant, atau Glodok. Ginjal juga tidak –or at least, belum- bisa dibuat oleh manusia. Sehingga transplantasi ginjal, mutlak membutuhkan donor ginjal dari manusia, baik yang sudah mati ataupun masih hidup. Nanti kapan-kapan kita bahas transplantasi ginjal yaaa.

Hemodialysis –atau yang biasa dikenal dengan cuci darah- merupakan proses yang memanfaatkan dialyzer untuk melakukan fungsi ginjal sebagai berikut:

  • Melakukan pembuangan limbah dari darah, misalnya urea
  • Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada darah

     

 

  • Mengeliminasi cairan berlebih dari tubuh

Pada proses hemodialysis, pasien akan terhubung dengan filter dialyzer melalui pipa kecil dan halus yang dimasukkan ke pembuluh darah. Darah pasien akan dipompa secara perlahan dari tubuh menuju dialyzer di mana limbah dan cairan berlebih akan dikeluarkan. Darah pasien kemudian akan dipompa kembali ke tubuh.

Ada beberapa tipe hemodialysis yang dapat dilakukan:

  • In-center hemodialysis

Pasien yang melakukan dialysis tipe ini akan pergi ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang menyediakan fasilitas hemodialysis secara rutin, umumnya 3 hari dalam seminggu, dan proses hemodialysis dilakukan kurang lebih selama 3 – 5 jam.

  • Home hemodialysis

Pasien juga dapat memilih untuk melakukan hemodialysis di rumah dengan alat yang disediakan. Biasanya tipe hemodialysis ini dilakukan oleh pasien yang sudah cukup berpengalaman dan terlatih. Hemodialysis dapat dilakukan 3 hari dalam seminggu dengan durasi 6 jam setiap sesinya.

  • Daily home hemodialysis

Hemodialysis ini juga dilakukan di rumah, namun dengan frekuensi lebih sering yaitu 5 – 7 hari dalam seminggu dengan durasi lebih singkat yaitu sekitar 3 jam.

  • Nocturnal home hemodialysis

Hemodialysis ini juga dilakukan di rumah, namun dilakukan pada malam hari. Hemodialysis ini dilakukan 3 – 7 hari dalam seminggu dengan durasi 6 -8 jam setiap sesinya.

Sebelum proses hemodialysis dimulai, dokter akan membuat akses dialysis di mana darah dapat mengalir keluar dan masuk. Akses dialysis dapat berupa AV fistula (penghubungan arteri dan vena pada area lengan bawah), AV graft (implantasi pipa sintesis pada bawah kulit), ataupun kateter vena central yang berupa akses dialysis temporary.

Pasien yang akan melakukan hemodialysis akan melakukan beberapa proses persiapan seperti pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan berat badan, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh. Pada saat awal hemodialysis, pasien mungkin akan merasakan mual dan kram perut yang mana normal karena saat itu cairan –alias darah- dalam jumlah sangat banyak sedang dikeluarkan dari tubuhnya. Jika keluhan ini sangat mengganggu, pasien dapat meminta obat untuk meringankan gejala tersebut. Selama proses hemodialysis tanda vital pasien (tekanan darah dan denyut jantung) juga harus dimonitor karena dapat berfluktuatif. Setelah proses hemodialysis selesai, akan dilakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan hemodialysis telah mampu membuang limbah dan cairan tubuh berlebih dalam jumlah tepat.

 

Hemodialysis dapat dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal dengan kriteria sebagai berikut:

  • Adanya sindrom uremic, berupa mual, muntah, penurunan berat badan, dan kelelahan
  • Hyperkalemia (kadar kalium/potassium berlebih pada darah)
  • Adanya tanda ketidakmampuan ginjal untuk melakukan fungsi penyaringan
  • Acidosis (kadar asam tinggi pada darah)
  • Peradangan pericardium (pericarditis)

Hemodialysis juga dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat beberapa kondisi seperti serangan jantung, komplikasi dari operasi, atau keracunan berat. Namun harus waspada karena hemodialysis akut dapat menyebabkan hipotensi, aritmia, dan kondisi-kondisi lain yang dapat memperburuk gagal ginjal. Pada penderita gagal ginjal akut, hemodialysis hanya dilakukan sampai kondisi ginjal pulih kembali.

Hemodialysis merupakan terapi tahap akhir dari penyakit ginjal, sehingga sebelum diputuskan bahwa seorang pasien akan melakukan hemodialysis, dokter telah melakukan pertimbangan dengan matang dan mempertimbangkan manfaat dan komplikasi yang dapat terjadi dari hemodialysis itu sendiri. Berikut adalah beberapa komplikasi dari hemodialysis:

  • Hipotensi
  • Kram otot
  • Gatal
  • Gangguan tidur
  • Depresi
  • Anemia
  • Penyakit tulang
  • Aritmia
  • Mual dan muntah
  • Nyeri kepala
  • Disorientasi
  • Infeksi
  • Penggumpalan darah
  • Emboli

Hemodialysis hanya dapat melakukan 10% dari fungsi ginjal sehingga tidak dapat mengembalikan kondisi gagal ginjal seperti semula. Tujuan utama dari hemodialysis adalah untuk meningkatkan harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal.

Penderita penyakit ginjal yang sudah sampai di tahap hemodialysis hendaknya membantu agar hemodialysis benar-benar optimal bagi kesehatannya. Pasien harus melakukan diet ketat –bukan diet dalam arti makan cimit-cimit, tapi lebih ke pengaturan makan dengan ketat-. Dokter atau ahli gizi akan merekomendasikan jumlah cairan yang tepat untuk tubuh. Selain itu, makanan juga akan diatur sehingga asupan nutrisi dan mineral dapat memenuhi kebutuhan tubuh dengan tepat namun tidak membebani kerja ginjal.

 

 

 

********

Penulis

Admin