27 March 2018 5178

HIV dan AIDS

HIV dan AIDS bukan terminologi yang asing di telinga kita. Sudah banyak informasi berseliweran tentang apa itu HIV dan AIDS, bagaimana cara penularannya, serta bagaimana cara penanganannya. Bahkan istilah ODHA - Orang Dengan HIV-AIDS, juga sudah sering kita dengar. Pertanyaannya sekarang, apakah HIV dan AIDS mengandung pengertian yang sama? Jika berbeda, apakah perbedaannya?

HIV, seperti yang kita ketahui, merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalah tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit yang menyerang tubuh. Sehingga, penderita HIV akan mudah terserang infeksi dan jika terkena infeksi atau penyakit manifestasinya cenderung lebih berat. Infeksi HIV belum dapat disembuhkan, namun dengan pengobatan yang adekuat, perkembangan penyakit dapat diperlambat sehingga penderitanya dapat menjalani hidup lebih lama.

HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI. Sehingga, orang yang berkontak dengan cairan tubuh penderita HIV, dapat berisiko untuk tertular HIV. Berikut beberapa cara transmisi infeksi HIV:

  • Hubungan seksual, terutama yang dilakukan tanpa pengaman
  • Pemakaian jarum suntik secara bergantian
  • Seks oral
  • Penularan dari ibu ke janin selama masa kehamilan
  • Penularan dari ibu ke bayi selama masa menyusui
  • Transfusi darah

 

Sumber Gambar : iflscience

 

Keberadaan virus HIV dapat dideteksi di darah kurang lebih 12 minggu setelah penularan. Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk mendeteksi RNA dari virus HIV dalam darah. Metode yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan ini meliputi ELISA, Western Blot, IFA, dan Test PCR.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kondisi kronik dan mengancam jiwa dari infeksi HIV. Penderita HIV yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat berpotensi untuk masuk ke tahap AIDS nantinya. Tentu saja dari tahap infeksi HIV ke tahap AIDS membutuhkan waktu yang cukup lama. Berikut merupakan tahapan dari infeksi HIV-AIDS:

1. Infeksi Primer atau HIV akut

Seseorang yang terinfeksi HIV umumnya tidak merasakan gejala yang mencolok pada awalnya. Hal tersebut dikarenakan pada tahap awal infeksi –kurang lebih satu atau dua bulan setelah terinfeksi-penderita hanya akan mengalami gejala seperti flu, yaitu demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri saat menelan, serta pembengkakan kelenjar limfonodi (terutama area leher). Walaupun gejalanya tidak signifikan, jika dilakukan pemeriksaan jumlah virus yang ada di dalam darah sudah sangat banyak. Sehingga sebenarnya jika dilakukan deteksi dan pengobatan dini pada tahap ini, infeksi berpotensi untuk tidak berkembang menjadi AIDS.

Sumber Gambar : wikimedia

 

2. Infeksi kronik-latent HIV

Tahap ini berlangsung cukup lama, yaitu sekitar 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini terjadi pembengkakan kelenjar limfonodi yang persistent. Pada tahap ini biasanya penderita mulai mencurigai adanya sesuatu yang ‘lain’ di tubuhnya. Namun karena gejalanya ‘hanya’ pembengkakan limfonodi, sebagian besar penderita belum tergerak untuk memeriksakan dirinya.

 

3. Infeksi HIV Simptomatik

Pada tahapan ini HIV sudah aktif bereplikasi dan menghancurkan sel imun penderita, sehingga gejala yang ada semakin tampak jelas. Selain gejala seperti flu di atas, penderita umumnya akan mengalami penurunan berat badan (tanpa penyebab yang jelas), infeksi herpes zoster, serta infeksi jamur pada rongga mulut (thrush).

 

4. AIDS

Ini adalah tahap terakhir dari infeksi HIV. Virus HIV menyerang sel CD4, yaitu sel yang berperan membantu tubuh memerangi infeksi. Semakin sedikit sel CD4 yang dimiliki, semakin rentan tubuh kita terhadap infeksi. Ketika tahapan AIDS terjadi, jumlah sel CD4 yang dimiliki penderita sudah sangat sedikit. Oleh karena itu sistem imun penderita sudah mengalami kerusakan yang sangat berat. Penderita akan rentan terserang infeksi oportunis. Tidak jarang juga tumor dan kanker, seperti Sarcoma Kaposi dan Lymphoma, dapat menyerang penderita AIDS.

HIV dan AIDS dapat dicegah, namun tidak dapat diobati sampai tuntas. Pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan mengendalikan perkembangan virus, dalam hal ini tentu saja dengan penggunaan terapi antiretroviral seperti penggunaan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs), nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs), dan protease inhibitors (PIs). Pengobatan HIV-AIDS ini harus dilakukan sesegera mungkin begitu seseorang positif terinfeksi.

Karena mencegah lebih baik daripada mengobati, lebih baik kita menjaga diri supaya tidak tertular infeksi penyakit ini.

 

 

***

Penulis

Admin