06 March 2017 8347

Transplantasi Ginjal

Haai, minggu lalu kita sudah membahas tentang hemodialysis. Sekarang mari kita membahas tentang transplantasi ginjal yang juga merupakan terapi penggantian fungsi ginjal.

Ginjal adalah sebuah organ berbentuk kacang yang terletak di bawah tulang rusuk. Kacangnya macem kacang merah ya, bukan kacang tanah, kacang kulit, apalagi sukro atau pilus. Fungsi utama ginjal adalah melakukan penyaringan dan pembuangan limbah tubuh, mineral, dan cairan berlebih dalam bentuk urine. Ketika seseorang menderita penyakit ginjal, terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan namun pasti. Jika penyakit ginjal itu berlarut-larut –biasanya lebih dari tiga bulan-, saat itulah seseorang dikatakan menderita penyakit ginjal kronis. Ketika terjadi perburukan pada penyakit ginjal kronis dan ginjal sudah tidak mampu lagi melakukan kewajibannya, itulah kondisi yang disebut dengan gagal ginjal.

Seperti yang sudah kita bahas minggu lalu, penderita gagal ginjal akan memerlukan terapi penggantian fungsi ginjal. Terapi tersebut dapat berupa hemodialysis (yang sudah dibahas minggu lalu) atau transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal merupakan prosedur pembedahan untuk menempatkan ginjal sehat dari donor ke penderita gagal ginjal. Transplantasi ginjal merupakan terapi penggantian fungsi ginjal yang dapat memberikan prognosis serta kualitas hidup lebih baik dibandingkan dialysis. Ginjal yang akan ditransplantasi hanya berjumlah satu ginjal dan ginjal-ginjal yang sudah rusak tidak akan diangkat dari tubuh resipien, sehingga di dalam tubuhnya resipien seolah akan memiliki tiga ginjal, yang mana yang berfungsi hanya satu ginjal.

Satu ginjal baru ini akan mengambil alih pekerjaan dari dua ginjal yang rusak. Dokter bedah akan menempatkan ginjal baru dalam perut bagian bawah dan menghubungkan arteri dan vena dari ginjal baru ke arteri dan vena Anda. Darah Anda mengalir melalui ginjal baru, yang membuat urin, seperti yang dilakukan ginjal Anda sendiri ketika masih sehat.

Penderita gagal ginjal yang direkomendasikan dokter untuk melakukan transplantasi ginjal akan dirujuk ke pusat transplantasi untuk melakukan beberapa pemeriksaan dan evaluasi. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya meliputi golongan darah, kondisi ginjal saat itu, faktor komorbid, serta komplikasi yang ada. Jika penderita dinyatakan layak untuk menerima transplantasi ginjal, maka penderita akn masuk ke daftar tunggu penerima transplantasi. Masa tunggu transplantasi ginjal dapat berupa beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Umumnya, penderita gagal ginjal yang bersifat emergency namun memiliki harapan hidup tinggi dapat langsung masuk ke daftar tunggu prioritas.

Donor ginjal dapat berasal dari donor hidup ataupun cadaver. Transplantasi ginjal dengan donor hidup merupakan transplantasi ginjal yang memanfaatkan ginjal dari orang yang masih hidup. Seseorang hanya memerlukan satu ginjal untuk dapat hidup. Bahkan jika fungsi dari satu ginjal tersebut masih berada di angka 20-30%, ginjal masih dapat berfungsi dengan baik dan hasil pemeriksaan fungsi ginjal masih menunjukkan hasil normal. Sehingga, kalaupun seseorang mendonorkan salah satu fungsi ginjalnya, dia akan tetap memiliki kualitas hidup yang baik dan fungsi ginjal yang normal. Pemberi donor ginjal sebaiknya berusia antara 18 – 60 tahun dan memiliki dua ginjal dengan fungsi baik. Sebelum melakukan prosedur donor, pendonor akan melakukan beberapa tahap evaluasi seperti screening awal, pemeriksaan darah, pemeriksaan fisik, evaluasi psikologis, serta review akhir dan persetujuan.

Umumnya, transplantasi ginjal dengan donor hidup yang dilakukan merupakan tipe ‘directed donation’ yaitu ketika seseorang mendonorkan ginjal secara khusus dan ditujukan pada orang yang akan melakukan transplantasi. Umumnya, donor transplantasi ginjal dengan tipe ‘directed donation’ merupakan pasangan, orang tua atau saudara kandung, atau dapat merupakan seseorang yang memiliki kecocokan kriteria dengan resipien.

Selain itu, ada juga transpantasi ginjal dengan tipe ‘non-directed donation’ yaitu donor ginjal yang dilakukan oleh seseorang yang mana prosedur tersebut tidak ditujukan kepada resipien manapun. Ginjal yang didonorkan akan ditempatkan di fasilitas pusat transplantasi untuk nantinya disalurkan kepada resipien yang membutuhkan.

Transplantasi ginjal juga dapat dilakukan dalam bentuk ‘paired donation’ atau ‘donation chains’. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh pasangan atau keluarga yang tidak memiliki kecocokan terhadap pasangan atau keluarganya yang memerlukan transplantasi ginjal namun ternyata memiliki kecocokan terhadap pasangan atau keluarga orang lain yang juga memerlukan transplantasi ginjal.

Contohnya begini…

Bapak A dan Bapak B sama-sama memerlukan transplantasi ginjal. Ibu A dan Ibu B bersedia mendonorkan ginjal untuk suaminya masing-masing. Sayangnya, ginjal Ibu A tidak cocok untuk Bapak A dan ginjal Ibu B tidak cocok untuk Bapak B. Namun, ginjal Ibu A cocok untuk Bapak B dan ginjal Ibu B cocok untuk Bapak A. Mereka akhirnya melakukan ‘paired donation’ dimana Ibu A akan mendonorkan ginjal untuk Bapak B dan Ibu B akan mendonorkan ginjal untuk Bapak A.

Itu untuk yang hanya ada 2 pasangan. Kalau ada 3 pasangan, namanya menjadi ‘donation chains’. Jadi Ibu A mendonorkan ginjal untuk Bapak B. Ibu B mendonorkan ginjal untuk Bapak C. Ibu C mendonorkan ginjal untuk Bapak A. Saling tolong menolong, seperti itu…

Selain dari donor hidup, transplantasi ginjal juga dapat dilakukan dengan donor cadaver. Transplantasi tersebut merupakan transplantasi ginjal yang memanfaatkan ginjal dari orang yang sudah meninggal. Ginjal yang akan didonorkan akan diletakkan di dalam wadah es atau dihubungkan dengan mesin yang dapat memberikan asupan oksigen dan nutrisi hingga saatnya ditransplantasikan ke tubuh resipien. Donor ginjal dari cadaver memang relative lebih mudah didapatkan, namun biasanya memiliki risiko infeksi dan komplikasi lebih tinggi dari donor hidup.

Risiko dari transplantasi ginjal bagi resipien secara umum termasuk risiko pembedahan itu sendiri, infeksi, gangguan psikologi, reaksi penolakan organ, serta penderita harus mengkonsumsi obat-obatan immunosupresant dalam jangka panjang atau bahkan seumur hidup untuk mencegah reaksi penolakan. Sedangkan bagi pendonor ginjal, umumnya tidak memiliki risiko yang cukup signifikan.

Mengapa resipien transplantasi ginjal harus mengkonsumsi obat immunosupresan?

Sistem kekebalan tubuh kita dirancang untuk menjaga kita agar dapat merasakan bila ada penyusup asing seperti bakteri, virus, atau jamur dan reaksi normalnya adalah menolak si penyusup asing. Sayangnya, sistem kekebalan tubuh juga akan merasakan bahwa si ginjal baru adalah benda asing. Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan, resipien harus mengkonsumsi obat immunosupresan dalam jangka panjang atau bahkan seumur hidup.

Imunosupresan bekerja dengan mengurangi kemampuan fungsi sel kekebalan tubuh. Sayangnya, konsumsi immunosupresan juga memiliki efek samping. Imunosupresan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga rawan terkena infeksi.Pada beberapa pasien, pada jangka waktu yang lama, berkurangnya imunitas ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Beberapa imunosupresan menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebih, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.

Jika telah mengkonsumsi obat immunosupresan namun masih terjadi reaksi penolakan, dapat dikatakan proses transplantasi ginjal tersebut tidak berhasil dan resipien masih harus melakukan dialysis untuk dapat bertahan hidup.

 

 

********

Penulis

Admin