Dunia kesehatan anak akhir-akhir ini dihebohkan oleh kasus obesitas pada anak-anak yang masih berusia sangat muda. Seorang bocah bernama Ariya Permana belakangan menjadi buah bibir masyarakat. Bocah yang baru berusia 10 tahun itu memiliki bobot 188 kg. Ariya lahir dengan bobot normal, yakni 3,8 kg. Namun seiring waktu, bobot tubuhnya terus bertambah. Bahkan saat memasuki usia delapan tahun, berat Ariya sudah mencapai satu kuintal. Puncaknya pas umur delapan ke sepuluh bobotnya naik sampai 192 kg. Walaupun demikian, saat ini hasil pemeriksaan dokter menyatakan kondisi Ariya masih cukup sehat.
Sementara Rizki Rahmat Ramadan, bocah berusia 11 tahun dari Palembang, juga tak kalah menarik perhatian karena beratnya saat ini adalah 119 kg. Apalagi, walaupun berat badannya masih kalah dari Ariya, Rizki menderita beberapa gangguan kesehatan, bahkan saat ini dalam kondisi koma, yang diduga diakibatkan oleh kondisi obesitasnya. Rizki mengalami Obstructive Sleep Apnoea (OSA), yaitu sindrom yang terjadi saat tidur, suplai oksigen berhenti sementara dan seperti tercekik (asfiksia). Rizki sering mengalami OSA ringan sebelum dirawat ke RSMH Palembang dan dia saat ini masih dalam kondisi koma.
Obesitas atau kegemukan bukan saja melanda orang dewasa. Statistik menunjukkan bahwa di banyak negeri, obesitas juga melanda anak-anak sampai taraf yang memprihatinkan. Kurangnya pengetahuan orang-tua atau pandangan yang mengatakan anak bertubuh gemuk atau gendut adalah anak yang sehat dan menggemaskan dapat memperparah kondisi ini. Mengapa obesitas atau kelebihan berat badan berbahaya? Lalu bagaimana mengatasinya?
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai efek negatif untuk kesehatan. Obesitas pada anak-anak terjadi ketika berat badan mereka jauh melebihi berat tubuh normal berdasarkan tinggi badan. Kondisi ini berbahaya karena membuat mereka berisiko tinggi mengidap penyakit kronis dan mengalami stres. Anak-anak yang masih lugu tentu tidak memahami bahaya ini. Maka, merupakan tanggung jawab orang-tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Orang-tua harus mengetahui apa penyebab obesitas dan bagaimana cara mencegah atau mengatasi masalah obesitas anak.
Orang tua patut mengingat bahwa obesitas berbeda dengan sekadar kelebihan berat badan. Penentuan diagnosis obesitas pada anak perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Dokter akan mengukur berat dan tinggi serta mengalkulasi indeks massa tubuh (body mass index/BMI) anak. Hasil ini akan dibandingkan dengan nilai standar/normal.
Apa saja faktor yang dapat memicu obesitas?
Banyak faktor yang dapat menyebabkan obesitas. Beberapa di antaranya saling berkaitan, yaitu:
Pola makan tidak sehat dengan kalori yang berlebihan dan tidak diiringi dengan aktif bergerak. Mengonsumsi makanan yang kaya kandungan lemak dan gula, kelompok makanan cepat saji, serta minuman ringan diduga menjadi penyebab utama obesitas. Pola makan yang disertai dengan kebiasaan duduk terlalu lama di depan TV atau di depan layar komputer ini menjadi penyebab utama obesitas di antara generasi muda.
Meski tidak mutlak, anak dengan anggota keluarga atau orang tua yang mengidap obesitas lebih berisiko mengidap obesitas. Selain bersifat keturunan, juga bisa diakibatkan oleh pola makan dan gaya hidup anak yang serupa dengan orangtuanya.
Obesitas kadang-kadang dialami oleh anak atau remaja yang menjadikan makanan sebagai pelarian dari rasa frustrasinya terhadap pelajaran di sekolah atau masalah lainnya.
Apakah bahaya dari obesitas?
Tidak hanya pada kesehatan, obesitas dapat berdampak pada hidup anak secara keseluruhan. Berikut ini adalah kondisi-kondisi kesehatan yang dapat dipicu oleh obesitas:
Keduanya berisiko menimbulkan plak yang menyebabkan penyempitan pembuluh arteri pada anak sehingga dapat memicu stroke dan serangan jantung di kemudian hari.
Gaya hidup yang kurang aktif bergerak, ditambah dengan kondisi obesitas, dapat memicu risiko diabetes tipe 2 yang memengaruhi metabolisme glukosa dalam tubuh si kecil.
Bobot tubuh anak yang berlebihan mendatangkan beban tambahan bagi paru-paru, sehingga dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma.
Akibat obesitas, pernapasan anak bisa menjadi tidak normal, misalnya mendengkur saat sedang tidur. Kualitas istirahat atau tidur anak tersebut dapat menurun akibat gangguan pada pernapasannya.
Obesitas dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang kemudian membuat masa pubertas datang lebih awal.
Obesitas dapat menyebabkan penumpukan lemak yang membahayakan organ hati.
Anak yang menderita obesitas cenderung lebih sulit untuk bersosialisasi dan lebih mudah khawatir mengenai pendapat orang lain terhadap berat badannya.
Tubuh dengan berat berlebihan kerap membuat orang menjadi tidak percaya diri dalam pergaulan
Rasa tidak nyaman dan percaya diri membuat anak rentan mengalami depresi.
Bagaimana cara mendiagnosa obesitas?
Langkah paling awal jika Anda khawatir bahwa anak Anda mengidap obesitas adalah dengan memeriksakannya ke dokter agar dia mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dokter kemudian akan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan apakah berat badan seseorang dapat diklasifikasikan sebagai di bawah berat normal, berberat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. IMT diukur dengan rumus berat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter2). Pengukuran IMT anak Anda akan dibandingkan dengan IMT anak-anak lain dengan jenis kelamin, usia dan tinggi yang sama. Anda dapat menghitung IMT anak Anda dengan mudah di sini.
Selain mengukur indeks massa tubuh anak, dokter akan memeriksa pola makan, tingkat aktivitas anak, riwayat obesitas dalam keluarga, dan masalah kesehatan anak yang lain. Pemeriksaan kadar gula darah dan pemeriksaan kolesterol juga bisa dilakukan. Perhatikan bahwa umunya tes darah ini membuat anak perlu berpuasa selama 8-12 jam sebelumnya
Bagaimana menangani anak dengan obesitas?
Kunci menangani anak dengan obesitas bertumpu kepada dua hal. Pertama adalah memastikan bahwa anak telah menerapkan pola makan sehat dan kedua mengajaknya beraktivitas fisik lebih teratur, sehingga berat badannya turun. Namun pengurangan berat badan harus dilakukan dalam jangka panjang secara bertahap dan sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu kepada dokter anak. Orang tua wajib mengetahui bahwa dalam proses ini, bobot tubuh anak sebaiknya hanya berkurang 0,5-0,9 kilogram per minggu dengan panduan sebagai berikut ini:
Sebagai orang tua, Anda berperan penting dalam menentukan apa saja dan bagaimana anak mengonsumsi makanannya. Upayakan untuk mengganti sebanyak mungkin makanan kemasan dengan buah-buah dan sayuran segar.
Jadikan momen makan bersama keluarga sebagai aktivitas yang terfokus dan menyenangkan. Makan sambil menonton TV dapat membuat anak kehilangan kontrol atas apa dan bagaimana mereka mengonsumsi makanan. Lebih baik mengubah pola makan sehat dalam jangka panjang daripada seketika membatasi semua makanan berkalori tinggi. Perubahan pola makan yang dipaksakan secara drastis cenderung tidak bertahan lama.
Kita juga dapat mengajak anak beraktivitas Aktivitas fisik tidak harus selalu berupa olahraga terstruktur. Akan lebih baik jika dia fokus melakukan aktivitas fisik yang disenanginya seperti bermain lompat tali atau bersepeda.
Lalu, mencegah lebih baik daripada mengobati kan?
Benar sekali! Obesitas pada anak dapat dicegah. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membuat tubuh anak tetap sehat dan terhindar dari obesitas: