Apakah Menguap Itu Selalu Pertanda Mengantuk
Hampir setiap hari kita pasti menguap, dan menguap adalah hal yang normal, wajar, dan manusiawi. Menguap sendiri sering dikaitkan dengan rasa mengantuk. Namun, benarkah kalau menguap memang hanya terjadi saat kita mengantuk?
Menguap adalah tindakan refleks yang terdiri dari kegiatan menghirup udara dan peregangan pada gendang telinga yang diikuti oleh kegiatan menghembuskan nafas. Mengutip pernyataan dari Profesor Robert Provine, seorang neuroscientist dari University of Maryland, menguap merupakan salah satu perilaku manusia yang kurang banyak diketahui, karena, meskipun sudah menjadi bagian umum dari perilaku manusia dan hewan, belum dapat dipastikan apa sebenarnya penyebab dari menguap. Namun, pada umumnya, aktivitas menguap ini dihubungkan dengan kondisi mengantuk, kelelahan, stress, kebosanan, kurangnya stimulasi, dan kurangnya asupan nutrisi pada tubuh.
Menguap sering dikaitkan dengan kondisi mengantuk. Saat kita mulai merasa mengantuk, tubuh kita – terutama otak- mengalami kekurangan asupan oksigen yang mengakibatkan berkurangnya kewaspadaan dan sensitivitas indera penglihatan dan pendengaran kita. Dengan menguap, tubuh kita berusaha untuk meningkatkan asupan oksigen dalam waktu singkat. Selain itu, pada saat menguap, otot tensor tympani pada gendang telinga juga menjadi aktif sehingga memicu pengaturan ulang rentang gerakan dan sensitivitas pada gendang telinga dan sistem pendengaran kita. Pada saat menguap, lensa mata juga akan ‘terbilas’ sehingga kewaspadaan dan sensitivitas penglihatan kita akan kembali.
Menguap juga sering dikaitkan dengan kelelahan dan stress pada otak. Penelitian menunjukkan bahwa pada saat kita mengalami stress dan kelelahan, suhu otak dan tubuh kita mengalami peningkatan. Nah, pada saat menguap, kita seperti ‘menarik’ udara ke dalam mulut yang bertujuan untuk ‘mendinginkan’ otak (termoregulasi). Ini seperti mekanisme tubuh kita untuk mencegah otak kita overheat, yaa…
Jadi, menguap itu sesuatu yang normal ya?
Pada batas tertentu, ya, menguap adalah sesuatu yang normal. Namun, menguap dapat menjadi tidak normal jika terjadi secara berlebihan (excessive yawning). Misalnya, menguap yang terjadi hampir di sepanjang hari atau menguap dengan durasi lebih dari enam detik. Excessive yawning itu umumnya terjadi pada kondisi kelelahan kronis, gangguan tidur, gangguan aliran darah, penyakit sistem saraf, depresi, serta gangguan kecemasan. Nah, kalau sudah mengalami excessive yawning ini harus dikonsultasikan ke dokter ya. Karena selain mengganggu, tentunya penyebab dari excessive yawning-nya itu harus kita ketahui dan sembuhkan, kan?
Satu lagi pertanyaan yang umum dilontarkan terkait dengan menguap: apakah menguap itu ‘menular’? Kok, saat melihat teman saya menguap, saya jadi ikutan menguap ya?
Menguap merupakan refleks yang melibatkan banyak struktur dan fungsi pada otak, termasuk di antaranya fungsi empati, memori, belajar, rasa bahagia, dan pengaturan emosi. Salah satu hipotesis dari ‘mengapa menguap menular’ adalah kita memiliki kedekatan emosi dan empati dengan orang yang menguap tersebut. Sehingga, saat melihat orang tersebut menguap, tubuh kita juga refleks untuk ikut menguap.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 juga mengungkapkan bahwa penderita autisme dan psikopat hampir tidak pernah mengalami ‘ketularan menguap’. Mereka adalah kelompok orang dengan tingkat empati dan kedekatan emosional dengan orang lain yang bisa dibilang minimal. Hal tersebut seolah menguatkan hipotesis bahwa kita bisa ‘ketularan menguap’ karena kita melihat orang yang kita rasa memiliki kedekatan dengan kita atau orang yang kita menaruh empati kepadanya sedang menguap.
Nah, jadi, buat kamu yang suka ‘ketularan menguap’, jangan-jangan kamu naksir ke orang itu?
***