09 June 2021 3798
Life Reinsurance

Program Vaksinasi Gotong Royong

Program Vaksinasi Gotong Royong adalah program pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yang diberikan kepada karyawan/karyawati dari suatu perusahaan/badan usaha/badan hukum, beserta keluarga/kerabat dari karyawan/karyawati tersebut. Sebagaimana tertulis pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 10 Tahun 2021, penerima vaksin pada Program Vaksinasi Gotong Royong ini tidak akan dibebankan biaya vaksin, karena, biaya dari vaksinasi tersebut sepenuhnya akan dibebankan kepada perusahaan/badan usaha/badan hukum yang menyelenggarakannya.
 
Program Vaksinasi Gotong Royong ini memiliki beberapa perbedaan dari Program Vaksinasi COVID-19 yang diselenggarakan oleh pemerintah. Yang pertama, agar tidak mengganggu kelancaran Program Vaksinasi COVID-19 Pemerintah, Program Vaksinasi Gotong Royong tidak diperkenankan untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, melainkan, program tersebut akan menggunakan fasilitas milik BUMN atau swasta, yang dinilai mumpuni dan telah memenuhi syarat sebagai pos pelayanan vaksinasi.
 
Selain itu, perbedaan berikutnya adalah vaksin yang diberikan pada Program Vaksinasi Gotong Royong ini tidak boleh sama dengan vaksin yang diberikan pada Program Vaksinasi COVID-19 Pemerintah. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan tercukupinya ketersediaan vaksin bagi kedua program vaksinasi ini. Jika Program Vaksinasi COVID-19 Pemerintah menggunakan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, Novavax, dan Pfizer, maka tentunya Program Vaksinasi Gotong Royong tidak diperkenankan menggunakan vaksin-vaksin tersebut. Oleh karena itu, Program Vaksinasi Gotong Royong saat ini akan menggunakan Vaksin Sinopharm dan Vaksin CanSino pada program mereka.
 
Vaksin Sinopharm merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Beijing Bio-Institute Biological Products Co., yang merupakan salah satu unit dari Sinopharm atau China National Biotec Group (CNBG). Vaksin Sinopharm ini akan masuk dan didistribusikan di Indonesia melalui PT Kimia Farma Tbk., dengan nama SARS-CoV-2 VACCINE (VERO CELL) INACTIVATED. Sesuai dengan namanya, Vaksin Sinopharm ini memiliki tipe yang sama dengan Vaksin Sinovac, yaitu merupakan inactivated vaccine. Jadi, Vaksin Sinopharm akan dikembangkan dengan menggunakan partikel SARS-CoV-2 yang telah dimatikan. Pemberian Vaksin Sinopharm ini nantinya akan mencetuskan pembentukan antibodi pada tubuh penerima vaksin, sehingga, apabila di kemudian hari dia terpapar oleh SARS-CoV-2, tubuhnya akan lebih cepat dan tanggap untuk memerangi virus tersebut.
 
Sebagaimana yang telah kita ketahui, vaksin yang dikembangkan dengan inactivated virus memiliki keunggulan dari sisi keamanannya. Pada uji klinis yang telah dilakukan, efek samping yang muncul dari pemberian Vaksin Sinopharm dilaporkan hanya sekitar 0.01%, yang mana hanya merupakan efek samping ringan seperti bengkak, nyeri, serta kemerahan pada lokasi penyuntikan, serta beberapa efek samping sistemik ringan seperti nyeri otot, nyeri kepala, diare, serta batuk.
Keunggulan lain dari Vaksin Sinopharm adalah vaksin ini merupakan vaksin pertama yang telah dilengkapi dengan stiker pemantau suhu pada botolnya. Jika botol Vaksin Sinopharm tersebut terpapar panas, stiker yang tertempel pada botolnya akan berubah warna. Oleh karena itu, petugas kesehatan dapat mengetahui kondisi vaksin tersebut, sekaligus menilai apakah vaksin tersebut masih aman dan layak untuk diberikan.
 
Selain dari keamanannya, uji klinis Vaksin Sinopharm juga telah membuktikan kemanjuran dari vaksin tersebut. Vaksin Sinopharm dilaporkan telah melalui uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab dan sejumlah negara lainnya, dengan jumlah partisipan sekitar 42,000 orang. Dari para partisipan tersebut, Vaksin Sinopharm terbukti memiliki efikasi sekitar 78.02%. Vaksin Sinopharm disebut dapat memicu pembentukan antibodi pada 98.09% orang dewasa dan 97.62% lansia pada 14 hari setelah penyuntikan dosis kedua.
 
Bukti efikasi senada dari Vaksin Sinopharm juga disampaikan oleh Penny K. Lukito selaku Kepala BPOM. Pihaknya bersama Tim Ahli dari Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah melakukan evaluasi keamanan dan kemanjuran pada Vaksin Sinopharm. Evaluasi tersebut menunjukkan bahwa Vaksin Sinopharm terbukti aman dan efektif untuk membentuk antibodi yang dapat menetralisir SARS-CoV-2 pada 99.52% dewasa dan 100% lansia.
 
Selain telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM, Vaksin Sinopharm juga telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia. Hingga artikel ini diterbitkan, dosis pertama dari Vaksin Sinopharm dilaporkan telah diberikan kepada sekitar 21,000 orang, dan tidak ada laporan mengenai efek samping yang berat.
 
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4643/2021, pemerintah telah memutuskan bahwa harga maksimum dari Vaksin Sinopharm yang didistribusikan melalui PT Bio Farma (Persero) adalah Rp. 321,660/dosis. Biaya tersebut belum termasuk dengan tarif pelayanan vaksinasinya, yang dibanderol maksimum sebesar Rp. 117,910/dosis. Oleh karena itu, biaya dari setiap pemberian dosis Vaksin Sinopharm pada Program Vaksinasi Gotong Royong adalah Rp. 439,570, yang mana sepenuhnya akan dibebankan kepada perusahaan/badan usaha/badan hukum yang menyelenggarakannya.
 
Selain Vaksin Sinopharm, Vaksin CanSino juga menjadi salah satu vaksin yang akan diberikan pada Program Vaksinasi Gotong Royong. Vaksin CanSino (Ad5-nCoV) merupakan vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biologics Inc., yang merupakan perusahaan biofarmasi spesialis pengembang vaksin di China, dan juga bekerja sama dengan Beijing Institute of Biotechnology.
 
Vaksin CanSino termasuk ke dalam jenis vaksin viral vector, yang berarti bahwa proses pengembangan vaksin ini akan menggunakan virus lain sebagai ‘inangnya’. Untuk Vaksin CanSino ini, ‘inang’ yang digunakan adalah Adenovirus Tipe 5, dengan pertimbangan bahwa Adenovirus mudah untuk dimodifikasi dan kekebalan yang terbentuk dari vaksin dengan inang Adenovirus umumnya relatif kuat. Sebelum digunakan pada pengembangan Vaksin CanSino, Adenovirus juga pernah dimanfaatkan sebagai inang dari vaksin yang digunakan untuk menangani wabah Ebola.
Berbeda dari vaksin-vaksin COVID-19 lainnya yang diberikan dalam dua dosis, Vaksin CanSino diklaim hanya perlu diberikan dalam satu dosis saja. Chen Wei selaku ahli penyakit infeksi dari Institute of Military Medicine di China mengungkapkan bahwa studi yang telah mereka lakukan membuktikan bahwa penerima Vaksin CanSino masih memiliki kadar antibodi yang tinggi pada enam bulan setelah pemberian dosis pertama, sehingga untuk saat ini, penerima Vaksin CanSino masih belum memerlukan booster atau tambahan dosis lagi.
 
Berdasarkan uji klinis fase 3 yang telah dilakukan di Argentina, Chile, Meksiko, Pakistan, Rusia, dan beberapa negara lainnya, Vaksin CanSino disebut memiliki efikasi hingga sekitar 68% untuk mencegah COVID-19 yang bergejala, dan juga memiliki efikasi hingga sekitar 95% untuk mencegah COVID-19 yang bergejala berat. Selain itu, Vaksin CanSino juga dilaporkan hanya menimbulkan efek samping ringan-sedang pada penerimanya, seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri pada area penyuntikan, serta demam, lemas, mual, nyeri otot, dan nyeri kepala. Saat ini, Vaksin CanSino memang masih belum digunakan pada Program Vaksinasi Gotong Royong. BPOM masih melakukan evaluasi terkait keamanan dan kemanjuran dari Vaksin CanSino. Jika semuanya berjalan lancar, Vaksin CanSino diperkirakan akan siap untuk mulai diberikan pada Juli 2021 ini.
 
Nah, bagaimana teman-teman semuanya? Vaksin Sinopharm dan Vaksin CanSino terlihat menjanjikan, kan? Semoga teman-teman dapat berkesempatan untuk menjadi penerima vaksin COVID-19 di program manapun ya. Namun tentunya, teman-teman harus kembali mengingat bahwa vaksin COVID-19 tidak dapat melindungi kita sepenuhnya dari infeksi COVID-19. Oleh karena itu, jangan sampai mengendorkan protokol kesehatan kita hanya karena sudah menerima vaksinasi, ya!
 
Stay safe and healthy, teman-teman tersayang. 
 

*******

Author

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id