29 October 2021 4309
Life Reinsurance

Pemberian Vaksin Pfizer Pada Anak

Pandemi Covid masih ada.

Hal itulah yang selalu ditekankan oleh pemerintah serta pakar kesehatan dan epidemiologi. Walaupun kondisi pandemi Covid di Indonesia saat ini sudah jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan kondisi pada beberapa bulan yang lalu, tentunya, kita semua harus memahami bahwa pandemi ini masih ada. Beberapa pakar bahkan telah mengeluarkan pernyataan adanya potensi kejadian ‘Covid Gelombang Ketiga’ pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022, jika masyarakat terus dan semakin abai terhadap protokol kesehatan, sebagai wujud euforia atas terkendalinya kondisi pandemi saat ini.
 

yas1

Sumber foto: www.freepik.com
 
Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap ancaman ‘Covid Gelombang Ketiga’, Pemerintah Indonesia sedang mengencangkan kembali Program Vaksinasi Covid di tengah masyarakat. Per-tanggal 19 Oktober 2021 kemarin, pemerintah menginformasikan bahwa masyarakat yang telah menerima dua dosis Vaksin Covid berjumlah 64,008,989 orang, atau sekitar 30.73% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi. Sementara, untuk masyarakat yang telah menerima Vaksin Covid dosis pertama saja berjumlah 109,005,627 orang, atau sekitar 52.34% dari target masyarakat yang dapat divaksinasi.
 
Cukup tingginya persentase masyarakat yang telah divaksinasi tentunya merupakan hal yang sangat baik, karena, selain dapat melindungi diri si penerima vaksin itu sendiri, Vaksinasi Covid juga dapat melindungi orang-orang di sekitar penerima vaksin yang belum dapat menerima Vaksin Covid karena alasan tertentu. Misalnya, karena orang tersebut menderita penyakit komorbid atau belum termasuk kelompok usia yang diperbolehkan untuk menerima Vaksin Covid.
 
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia telah memperbolehkan kelompok anak berusia 12 – 17 tahun untuk menerima Vaksin Covid. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan tersebut merupakan hal yang baru, cakupan Vaksinasi Covid untuk kelompok tersebut pada saat ini sudah dapat dikatakan cukup baik, yaitu sebanyak 3,838,284 orang anak atau 14.37% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis pertama, dan 2,913,479 orang anak atau 10.91% dari total target penerima vaksin untuk vaksin dosis kedua.
 

yas2

Sumber foto: www.freepik.com
 
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa anak-anak usia berapa pun memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi Covid. Walaupun mayoritas kasus Covid pada kelompok anak adalah kasus tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih ada segelintir penderita Covid anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sepertiga dari penderita Covid anak yang dirawat di rumah sakit juga membutuhkan perawatan di ruang intensif. Oleh karena itu, apabila Vaksin Covid juga dapat diberikan kepada kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, tentunya hal tersebut akan sangat membantu menekan laju transmisi virus dan upaya pengendalian pandemi yang saat ini tengah kita lakukan.
 
Pada akhir September 2021 lalu, Pfizer Inc. dan BioNTech SE menyampaikan bahwa mereka berencana untuk segera mengajukan izin penggunaan darurat alias Emergency Use of Authorization (EUA) atas Vaksin Covid yang mereka kembangkan, agar segera dapat diberikan kepada anak-anak berusia 5 – 11 tahun. Vaksin Pfizer sebelumnya telah mendapatkan EUA untuk kelompok anak berusia di atas 12 tahun dan persetujuan penuh dari Food and Drug Administration (FDA) untuk kelompok anak berusia di atas 16 tahun. Pihak Pfizer menyampaikan bahwa studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa Vaksin Pfizer dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun.
 
Selain terbukti mampu menginduksi respon kekebalan, pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak tersebut juga dikatakan relatif aman dan tidak memberikan efek samping yang lebih berat jika dibandingkan efek samping yang muncul pada kelompok usia lainnya. Beberapa efek samping yang disebutkan terjadi pada studi di antaranya adalah nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, demam, serta nyeri kepala. Bahkan, kejadian myokarditis tidak ditemukan pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun yang menerima Vaksin Pfizer. Padahal, beberapa kejadian myokarditis ditemukan pada penerima Vaksin Pfizer yang masuk ke dalam kelompok laki-laki berusia muda (kurang dari 40 tahun).
 
Tidak seperti uji klinis vaksin yang dilakukan pada kelompok dewasa, uji klinis vaksin pada kelompok anak ini tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran vaksin, dengan membandingkan kejadian Covid pada kelompok penerima vaksin dan kelompok penerima placebo. Uji klinis vaksin pada kelompok anak ini lebih melihat pada perbandingan jumlah neutralizing antibody yang mampu diinduksi oleh vaksin pada tubuh penerima anak, jika dibandingkan dengan neutralizing antibody yang mampu diinduksi pada tubuh penerima dewasa. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa 2,268 anak berusia 5 – 11 tahun yang diberikan dua suntikan vaksin dengan rentang 21 hari dan dosis 10 mikrogram/suntikan memiliki antibodi yang relatif sama baiknya dengan antibodi yang dimiliki oleh orang dewasa yang menerima vaksin dengan dosis tiga kali lipat dari dosis anak (30 mikrogram).
 

yas3

Sumber foto: www.freepik.com
 
Studi Pfizer ini tentunya tidak berhenti sampai di sini. Selain pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun, Pfizer juga berharap ke depannya mereka dapat melakukan studi dan mengumpulkan data terkait seberapa aman dan baik Vaksin Pfizer dapat bekerja bagi kelompok anak berusia 2 – 5 tahun dan kelompok anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Apabila semua berjalan lancar, Pfizer menyampaikan bahwa data tersebut diharapkan dapat terkumpul pada akhir tahun 2021 ini.
 
Upaya akselerasi pemberian Vaksin Covid pada anak ini tentunya tidak dilakukan tanpa alasan. Sejak bulan Juli 2021, kasus Covid pada anak di USA meningkat sangat drastis, yaitu sekitar 240% dari kasus Covid pada beberapa bulan sebelumnya. Peningkatan kasus inilah yang mendorong Pfizer untuk menggencarkan studi vaksinnya terhadap kelompok anak, terutama, dengan mempertimbangkan bahwa mobilitas dan aktivitas masyarakat di USA sudah cukup tinggi, dan sebentar lagi dunia akan memasuki periode akhir tahun yang cukup identik dengan musim liburan.

Pemerintah USA bersama otoritas berwenang di USA disebutkan sedang menyelenggarakan rapat dengan cukup intens untuk dapat mengambil keputusan apakah Vaksin Pfizer dapat diberikan kepada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun atau tidak. Keputusan tersebut tentunya akan diambil dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kemanjuran, serta perbandingan risk and benefit dari pemberian vaksin tersebut.
 
Berdasarkan pemberitaan yang ada, keputusan pemberian Vaksin Pfizer pada kelompok anak berusia 5 – 11 tahun diharapkan dapat diambil dalam waktu tiga minggu ke depan, sehingga, proses pemberian Vaksin Pfizer kepada kelompok anak tersebut dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan bulan November. USA sendiri mencanangkan untuk memberikan Vaksin Pfizer tersebut kepada 28 juta orang anak berusia 5 – 11 tahun yang berada di seluruh negara bagian. Sebagai persiapan, Pemerintah USA telah mengamankan dan mempersiapkan pasokan vaksin, serta bermitra dengan lebih dari 25,000 fasilitas penyedia vaksinasi di seluruh negeri. Pemberian Vaksin Pfizer diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada musim gugur ini, di mana sekolah dan institusi pendidikan lainnya telah mulai menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
 
Bagaimana dengan pemberian Vaksin Covid pada anak-anak di Indonesia?
 
Serupa dengan Pemerintah USA, Pemerintah Indonesia pun disebut masih terus mengkaji terkait keamanan Vaksin Covid dari berbagai jenis dan merek bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun. Meskipun demikian, sementara kita masih menunggu sinyal hijau untuk pemberian Vaksin Covid bagi kelompok anak berusia kurang dari 12 tahun, untuk saat ini kita dapat melindungi kelompok anak tersebut melalui tiga cara.
 
Cara yang pertama adalah dengan memperkenalkan anak kepada protokol kesehatan, serta bagaimana cara agar anak menerapkannya dengan baik dan konsisten. Protokol kesehatan tersebut dapat dimulai dari yang paling sederhana, seperti misalnya mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak menyentuh sembarang benda, serta menjauhi kerumunan apabila sedang berada di tempat umum.
 
Cara yang kedua adalah kita sebagai orang tua harus memelihara kesehatan anak secara umum, termasuk di antaranya melengkapi imunisasi anak sesuai dengan Jadwal Imunisasi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, kita juga harus menerapkan perilaku hidup sehat pada anak, seperti memberikan anak makanan serta minuman dengan gizi dan nutrisi yang seimbang, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.
 
Cara yang ketiga adalah kita sebagai orang dewasa harus mengambil tanggung jawab lebih terhadap kesehatan dan keselamatan anak-anak kita. Saat ini, mereka belum bisa menerima Vaksin Covid, namun mereka tetap memiliki risiko untuk terinfeksi Covid. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa bersedia menerima Vaksin Covid apabila kondisi kesehatan kita memungkinkan, sehingga, kita juga dapat melindungi anak-anak kita. Perlindungan seperti itulah yang dikenal sebagai kekebalan komunitas atau herd immunity, di mana, mungkin tidak semua orang dalam satu lingkungan divaksinasi, namun, semua orang dalam lingkungan tersebut dapat turut mendapatkan manfaat dari vaksinasi tersebut.
 
Selain itu, kita juga tidak boleh lengah atas euforia penurunan kasus Covid dan menjadi abai atas protokol kesehatan. Kita harus mengingat, apabila kita abai, kita dapat membahayakan anak, keluarga, serta orang-orang terdekat kita yang belum bisa menerima Vaksin Covid. Karena telah divaksin, kita mungkin ‘hanya’ akan menderita gejala ringan saat terinfeksi. Tapi, bagaimana dengan mereka yang belum divaksin?
 
Stay safe and healthy, semuanya!
 
 
***
 

Author

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id