Mengapa Kita Mengalami Cegukan?
Hampir semua orang pernah mengalami cegukan. Cegukan, atau yang juga dikenal sebagai singultus, terjadi ketika otot diafragma –membran yang memisahkan antara rongga dada dan rongga perut- mengalami kontraksi yang menyebabkan timbulnya gerakan menarik nafas secara tiba-tiba dengan diikuti oleh penutupan epiglottis. Penutupan yang terjadi secara mendadak ini menimbulkan suara hik…hik…hik… yang kita kenal sebagai cegukan.
Pada kondisi normal, cegukan dapat dipicu oleh beberapa hal, misalnya ketika kita makan secara berlebihan, makan dengan terburu-buru, mengkonsumsi minuman bersoda, mengkonsumsi alkohol, merokok, mengalami perubahan suhu yang drastis pada tubuh, atau mengalami kondisi emosional seperti rasa senang berlebih, menangis, atau histeria.
Cegukan dapat dialami oleh siapa saja, dan, dalam batasan tertentu, cegukan merupakan kondisi fisiologis/normal. Cegukan yang terjadi sebanyak 4 – 60 kali/menit dan berlangsung selama kurang dari 30 menit masih dapat dikatakan normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika cegukan terjadi selama berjam-jam atau bahkan lebih dari satu hari, segeralah memeriksaan diri ke dokter karena dikhawatirkan cegukan tersebut merupakan tanda dari adanya kondisi atau penyakit yang lebih serius.
Memang, penyakit apa saja sih, yang dapat ditandai oleh adanya cegukan?
Cegukan ternyata dapat dipicu oleh peningkatan asam lambung. Pada orang yang menderita penyakit maag atau GERD (gastroesophageal reflux disease), peningkatan asam lambung sangat mungkin dan dapat sering terjadi. Peningkatan asam lambung ini dapat menjadi pemicu terjadinya kontraksi pada diafragma yang pada akhirnya menyebabkan cegukan.
Cegukan juga dapat dipicu oleh adanya pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan yang akan memicu terjadinya kontraksi diafragma yang pada akhirnya akan menyebabkan cegukan.
Cegukan yang berkepanjangan, terutama, jika disertai dengan gangguan pernafasan, juga dapat mengindikasikan adanya penyakit pada paru-paru. Berdasarkan Merck Manual of Diagnosis and Therapy, cegukan yang disertai dengan adanya gangguan pernapasan dan demam, merupakan indikasi dari adanya penyakit pneumonia.
Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit Parkinson, gagal ginjal, dan kanker juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya cegukan terus-menerus. Selain itu, cegukan berkepanjangan juga dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan tubuh tidak mampu mengendalikan cegukan.
Konsumsi obat-obatan tertentu juga ternyata dapat memicu terjadinya cegukan, misalnya obat-obatan kemoterapi, obat-obatan golongan opioid seperti Metadon atau Morfin, obat penenang seperti Benzodiazepine, obat hipertensi seperti Methyldopa, obat anti-kejang seperti Barbiturate, atau obat anti-peradangan seperti Kortikosteroid.
Beberapa jenis tindakan medis juga bisa mengakibatkan cegukan berkepanjangan, misalnya penggunaan kateter jantung, prosedur bronkoskopi pada paru, dan prosedur trakeostomi pada leher.
Cegukan merupakan kondisi yang umum terjadi, dan jika kita mengalami cegukan, terdapat beberapa cara yang dipercaya dapat membantu menghilangkan cegukan:
- - Minum air dingin dengan perlahan
- - Berkumur dengan air dingin
- - Menahan nafas sejenak, sekitar 5 – 10 detik
- - Bernafas di dalam kantong kertas
- - Berbaring telungkup untuk menekan dada
- - Menelan gula pasir
- - Menggigit lemon
Namun, jika kita telah melakukan cara-cara di atas namun cegukan kita tetap bertahan bahkan setelah beberapa jam, sebaiknya kita langsung melakukan konsultasi dengan dokter, dan, jika perlu, melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Terutama jika cegukan tersebut disertai dengan penyakit penyerta seperti nyeri perut yang berat, demam, sesak nafas, mual, muntah, nyeri tenggorokan, penurunan berat badan, atau batuk berdarah yang mana dapat mengindikasikan adanya penyakit yang lebih serius.
Jika seorang pasien datang dengan keluhan cegukan berkepanjangan, dokter akan melakukan anamnesis untuk menggali riwayat kesehatan untuk mencari tahu apakah pasien tersebut memiliki faktor risiko yang dapat memicu terjadinya cegukan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengukur refleks, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, dan penglihatan pasien. Jika dicurigai cegukan diakibatkan oleh penyakit yang lebih serius, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah, EKG, radiologi, atau endoskopi untuk mendeteksi kemungkinan penyakit yang melatarbelakangi cegukan ini.
Cegukan berkepanjangan, walaupun bukan disebabkan oleh penyakit serius, tetap saja dapat menimbulkan gangguan yang berat pada si penderita, seperti kelelahan, gangguan tidur, dan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu, pada kasus-kasus tersebut, dokter akan meresepkan beberapa obat yang memiliki efek menghentikan cegukan seperti Chlorpromazine, Haloperidol, Baclofen, Metoclopramide, dan Gabapentin. Yang perlu diingat, obat-obat tersebut harus dikonsumsi dalam pengawasan dokter. Jika kondisi sudah membaik, maka dosis akan diturunkan secara bertahap sebelum pengobatan dihentikan untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
Jika dengan pengobatan tersebut cegukan masih terus terjadi, maka dokter akan melakukan penyuntikan obat bius lokal pada saraf yang ada di antara leher dan dada. Jika cegukan masih juga terjadi, pilihan pengobatan selanjutnya adalah penempatan alat implan untuk memberikan stimulasi elektrik ringan pada saraf agar dapat menghentikan cegukan.
Nah, ternyata kita tidak boleh meremehkan cegukan ya? Makanya, yuk kita hindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya cegukan, misalnya merokok dan mengkonsumsi alkohol. Kalau makan juga pelan-pelan saja ya, tidak usah terburu-buru. Jangan lupa, emosi juga dijaga yaa… J
***