23 March 2020 4483
Knowledge

Mitos dan Fakta tentang COVID-19

Kembali lagi dengan topik COVID-19 yang sedang –dan selalu- paling ‘panas’ terutama di beberapa minggu terakhir, ya. Kali ini, kita akan membahas beberapa informasi tentang COVID-19 yang beredar di masyarakat. Apakah itu fakta atau sekedar mitos, yuk, kita bahas bersama...

 

HANYA orang yang memiliki riwayat berpergian ke daerah terjangkit atau riwayat kontak dengan orang yang positif COVID-19 yang dapat turut terinfeksi.

Saat ini, dengan mempertimbangkan bahwa penyebaran dari COVID-19 telah mencapai tingkat community transmission, pernyataan di atas tidak lagi dapat disebut sebagai fakta. Community transmission sendiri memiliki pengertian bahwa sumber dari suatu infeksi yang diderita oleh seorang penderita sudah tidak dapat atau sangat susah dilacak lagi.

 

 

 
 


Berikut terdapat ilustrasi yang dapat menggambarkan bagaimana sebenarnya community transmission itu.

 

Seperti ilustrasi di atas, hal yang sebenarnya berbahaya dan merupakan pencetus dari terjadinya community transmission adalah tokoh B, yang mana, dia tidak menyadari bahwa dia telah bertemu carrier Coronavirus dan bahwa dia sendiri telah menjadi carrier Coronavirus dan mentransmisikan infeksi tersebut ke orang-orang lain.

Sinar matahari mampu mematikan Coronavirus.

Yang akan dilakukan dalam 1 bulan kedepan:

 

 

 

Sumber foto: https://www.weldricks.co.uk/news/does-sunscreen-stop-you-from-tanning

 

Berdasarkan penelitian yang saat ini ada, sinar matahari memang dikatakan mampu memperpendek siklus hidup dari Coronavirus. Namun, hal tersebut bukan berarti sinar matahari mampu mematikan Coronavirus. Terlebih lagi, dengan eksposur sinar matahari sekalipun, kemampuan Coronavirus untuk dapat menginfeksi sel tubuh dan bereplikasi tidak terganggu. Jadi, jangan bergantung hanya kepada sinar matahari ya, untuk membunuh Coronavirus.

 

Penderita COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh, tidak akan terinfeksi oleh Coronavirus lagi.

Berdasarkan penelitian yang saat ini ada, kemungkinan terjadinya reinfeksi atau relaps pada kasus COVID-19 masih ada. Artinya, seorang penderita COVID-19 bisa saja telah dinyatakan sembuh, namun jika kondisi kekebalan tubuhnya tidak baik dan dia terpapar Coronavirus kembali, dia masih memiliki kemungkinan untuk kembali menderita COVID-19.

 

Penggunaan masker 100% efektif untuk menangkal Coronavirus.

COVID-19 adalah penyakit yang ditransmisikan melalui droplet (percikan cairan dari saluran pernafasan). Esensi dari penggunaan masker di sini adalah mencegah droplet dari orang yang terinfeksi mengenai wajah kita, dan kemudian masuk ke dalam tubuh kita melalui lapisan mukosa (seperti mata, hidung, bibir, dan rongga mulut). Nah, masalahnya adalah, droplet itu sendiri mungkin saja jatuh ke benda di sekitar kita, dan jika kita menyentuh benda yang terkena droplet tersebut kemudian menyentuh wajah kita, kita masih mungkin terinfeksi oleh Coronavirus. Intinya adalah, penggunaan masker saja tidak cukup selama tidak disertai dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya dengan rutin mencuci tangan.

 

Coronavirus HANYA menginfeksi orang yang sudah berusia lanjut, atau orang yang sudah memiliki penyakit kronis sebelumnya.

 

Sumber foto: https://www.fox4now.com/brand-spotlight/the-importance-of-exercise-for-the-elderlyhttps://www.fox4now.com/brand-spotlight/the-importance-of-exercise-for-the-elderly

Pernyataan tersebut bisa dipastikan hanyalah mitos, karena siapapun dapat terinfeksi Coronavirus, walaupun tidak semua orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala penyakit. COVID-19 sendiri dapat menyebabkan tanda dan gejala yang sangat berbeda pada setiap orang. Pada satu orang, dapat saja tanda dan gejala yang ditunjukkan ‘hanya’ seperti penyakit flu biasa, sementara pada orang lain, tanda dan gejala yang ditunjukkan dapat lebih berat, misalnya, timbulnya sesak nafas.

 

Walaupun demikian, benar adanya jika infeksi Coronavirus dapat berakibat lebih fatal bagi beberapa kelompok. Misalnya, orang yang sudah berusia lanjut, orang yang memiliki penyakit kronis (misalnya, diabetes, penyakit jantung, atau penyakit ginjal), dan orang yang memiliki gangguan pada sistem imun (misalnya, penderita HIV-AIDS atau penyakit autoimmune).

 

Coronavirus TIDAK DAPAT menginfeksi bayi dan anak-anak.

Pernyataan di atas juga dapat dipastikan salah. Memang saat ini jumlah penderita COVID-19 yang masih berusia bayi dan anak sangat sedikit jika dibandingkan dengan penderita yang berusia dewasa. Namun, hal tersebut tidak serta merta diartikan bahwa bayi dan anak ‘kebal’ terhadap Coronavirus. Berdasarkan penelitian yang ada saat ini, fenomena tersebut lebih didasari atas minimnya paparan Coronavirus terhadap bayi dan anak, terutama yang masih belum memasuki usia sekolah. Selain itu, saluran pernafasan bayi dan anak juga secara umum lebih sehat karena belum terpapar eksposur yang berpotensi merusa saluran pernafasan, seperti asap rokok atau asap vape.

 

Vaksin Flu dan Vaksin Pneumonia dapat mencegah kita terinfeksi Coronavirus.

Sumber foto: https://nypost.com/2020/03/17/hospital-chairman-of-medicine-sees-encouraging-signs-for-coronavirus-vaccine-in-2020/

 

Lagi-lagi, hal tersebut hanyalah mitos belaka. Vaksin flu hanya berfungsi untuk mencegah kita terjangkit flu, dan demikian pula dengan vaksin pneumonia. Bahkan, pemberian vaksin tersebut juga tidak 100% efektif mencegah terjadinya penyakit-penyakit tersebut. Misalnya, pada orang yang memiliki ‘bakat alergi’, walaupun dia telah menerima vaksin flu, dia masih dapat terkena flu karena terpicu oleh alerginya itu. Selain itu, yang perlu digarisbawahi adalah, tujuan dari pemberian vaksin bukanlah agar si penerima vaksin 100% terlindungi dari terjadinya suatu penyakit. Melainkan agar kita tidak terlalu sering terjangkit suatu penyakit, atau jikapun terjangkit pernyakit tersebut, tingkat kesakitan yang kita alami tidak terlalu berat.

 

Bagaimana dengan vaksin Coronavirus?

 

Untuk saat ini kita masih harus bersabar yaa, karena vaksinnya masih dalam tahap pembuatan. Beberapa waktu yang lalu, proses pembuatan vaksinnya sudah melalui tahap pre-klinis dan sedang masuk tahap 1 klinis. Berdasarkan perkiraan para ahli, vaksin Coronavirus ini diperkirakan baru siap digunakan masyarakat sekitar 18 bulan lagi.

 

Nah, sekian dulu yaa, mitos dan fakta COVID-19 di hari ini, yang mana, kok ternyata semuanya adalah mitos? Hehehe. Sampai jumpa di pembahasan ataupun artikel berikutnya J!

***

Author

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id