06 March 2017 10919

Pre-Diabetes, akankah menjadi Diabetes?

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) telah menjadi suatu epidemik di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Estimasi prevalensi penderita DM Tipe 2 pada dewasa (usia 20-79 tahun) adalah sebanyak 6,4% atau 285 juta orang pada tahun 2010 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 7,7% atau 439 juta orang pada tahun 2030 (Shaw et al., 2010). Indonesia sendiri menempati urutan ke-9 dalam estimasi epidemiologi DM di dunia pada tahun 2010 dengan 7 juta kasus. Penyakit ini jelas memberikan dampak ekonomi pada penderitanya. Data pada tahun 2005 di Amerika Serikat menyebutkan bahwa penderita DM membutuhkan biaya hingga 130 miliar USD, yaitu 92 miliar USD sebagai biaya medis langsung dan 40 miliar USD sebagai nominal dari kerugian tidak langsung seperti kecacatan, kehilangan pekerjaan dan kematian (Cheng, 2005).

Peningkatan angka penyakit DM sangat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang cenderung semakin cedentary, yang berimbas pada naiknya angka overweight dan obesitas di dunia. Lalu apa pengaruhnya overweight dan obesitas dengan DM Tipe 2? Pada orang overweight dan obesitas, telah terjadi kondisi yang dinamakan resistensi insulin. Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh kelenjar yang terletak di belakang pankreas. Saat kita makan, pankreas menghasilkan insulin ke aliran darah dan kemudian insulin bersirkulasi serta berperan sebagai kunci yang membuka gerbang mikroskopis sehingga gula dapat masuk ke sel. Insulin juga berperan menurunkan kadar gula dalam darah. Ketika kadar gula darah turun, sekresi insulin dari pankreas juga akan menurun.

Resistensi insulin adalah suatu keadaan di mana terdapat gangguan pada jalur antara insulin dan sel-sel targetnya, yaitu sel-sel lemak (adipocytes), sel-sel otot (striated myocytes), dan sel-sel hati (hepatocytes). Gangguan tersebut menyebabkan terhambatnya pengantaran pesan biokimia sehingga fungsi dari insulin sendiri menjadi terganggu. Orang dengan overweight/obesitas memiliki jaringan lemak lebih banyak dari orang dengan BMI normal. Semakin banyak jaringan lemak anda, semakin resisten sel tubuh anda terhadap insulin.

Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta (ß) pulau Langerhans pankreas setelah makan (postprandial), dan mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (misalnya, otot, adiposa) untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa darah dijaga pada sekitar 5 mmol/L (mM) (90 mg / dL).

Pada orang dengan resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek yang sama pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin. Namun, lama kelamaan, pancreas tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan insulin tubuh sehingga terjadi penurunan reseptor insulin yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin sendiri erat kaitannya dengan kegagalan sel ? pancreas yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Dari kondisi resistensi insulin ke diabetes mellitus sendiri prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun. Sebelum mencapai status diabetes mellitus (DM), seseorang dengan kondisi resistensi insulin akan mencapai tahap pre-diabetes mellitus atau yang biasa kita kenal sebagai Impaired Fasting Glucose (IFG) dan Impaired Glucose Tolerance (IGT). 70% penderita pre-diabetes mellitus, baik itu IFG maupun IGT diperkirakan akan mencapai status DM dalam waktu 4 – 10 tahun. Sementara, selama kurun waktu tersebut, sebenarnya telah terjadi berbagai komplikasi, baik microvascular dan macrovascular, serta terjadi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, seperti stroke dan serangan jantung.

Mari kita membahas tentang IFG dan IGT…

Berikut adalah kadar gula darah normal pada manusia:

Sementara, berikut adalah kriteria diagnosis untuk Diabetes Mellitus (DM):

Pertanyaannya adalah, bagaimana jika hasil pemeriksaan gula darah seseorang melebihi range normal namun belum mencapai kriteria DM?

IFG adalah kondisi pre-DM di mana kadar gula darah puasa seseorang berada di antara 110 – 126 mg/dl. Sementara IGT adalah kondisi pre-DM di mana kadar gula darah 2 jam post-prandial berada di antara 140 – 200 mg/dl.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, 70% penderita pre-diabetes mellitus, baik itu IFG maupun IGT diperkirakan akan mencapai status DM dalam waktu 4 – 10 tahun. Faktor risiko yang dapat mempercepat perubahan status dari pre-DM ke DM adalah usia tua, overweight/obesitas, dan risiko kardiovaskular lain, seperti dyslipidemia dan hipertensi.

Pre-DM biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun. Biasanya kondisi ini ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan darah yang dilakukan oleh penderita. Satu tanda yang biasanya mungkin ditemukan pada penderita pre-DM adalah acanthosis nigricans, yaitu menggelapnya area pada beberapa bagian tubuh, seperti leher, ketiak, siku, dan lutut.

Pada penderita pre-DM, proses metabolism glukosa tidak lagi berjalan normal. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah, karena glukosa yang ada tidak dapat terikat kepada otot dan jaringan lain dan menjalankan fungsi normalnya sebagai pemberi energy bagi sel.

Apakah saya berisiko untuk menderita pre-diabetes mellitus?

Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan screening gula darah, terutama jika memiliki faktor risiko berikut:

  • Overweight (BMI ? 25)
  • Tidak aktif beraktifitas/berolahraga
  • Berusia ? 45 tahun
  • Memiliki riwayat diabetes gestational saat hamil atau pernah melahirkan bayi dengan berat ? 4.1 kg
  • Memiliki riwayat polycystic ovary syndrome – yaitu kondisi yang dikarakteristikan oleh periode menstruasi yang tidak teratur, memiliki bulu/rambut berlebih, dan obesitas
  • Memiliki riwayat tekanan darah tinggi
  • Memiliki kadar kolesterol HDL < 35 mg/dl dan/atau kadar trigliserida > 250 mg/dl
  • Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mendeteksi pre-DM?

Pemeriksaan untuk pre-DM meliputi:

  • Glycated hemoglobin (HbA1C)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kadar gula darah rata-rata selama ± 120 hari terakhir. Pemeriksaan ini bekerja dengan mengukur presentasi gula darah yang terikat pada hemoglobin sebagai protein pembawa oksigen di sel darah merah. Semakin tinggi kadar gula darah anda, semakin banyak gula yang terikat pada hemoglobin. Kadar HbA1C normal adalah ? 5.7%. kadar HbA1C antara 5.7% - 6.4% sudah dikategorikan sebagai pre-DM.

  • Pemeriksaan kadar gula darah puasa

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kita berpuasa selama 8 – 12 jam. Kadar gula darah puasa normal adalah < 100 mg/dl.

  • Oral glucose tolerance test (OGTT)

Pemeriksaan ini adalah gold standard dari diagnosis DM. Pemeriksaan ini membutuhkan beberapa sample darah. Pengambilan darah pertama dilakukan 8 – 12 jam setelah berpuasa. Kemudian kita akan meminum larutan air gula dan 2 jam kemudian akan dilakukan pengambilan darah lagi. Kadar gula darah normal untuk 2 jam post prandial adalah < 140 mg/dl.

Dapatkan pre-diabetes mellitus disembuhkan?

Seperti diabetes mellitus (DM), pre-diabetes mellitus (pre-DM) adalah suatu kondisi yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikendalikan. Untuk pre-DM, yang kita kendalikan adalah perkembangannya menjadi DM dan kejadian komplikasi makrovascular dan mikrovascular. Dengan mengendalikan kadar gula darah, diharapkan status pre-DM tetap menjadi pre-DM dalam waktu selama mungkin. Pengobatan dan intervensi yang diberikan pada pasien pre-DM diharapkan akan menurunkan kadar gula darah, walaupun dengan tetap adanya kondisi resistensi insulin, penurunan tersebut tidak akan terjadi selamanya.

Untuk menentukan tingkat keberhasilan terapi pre-DM, kita dapat menggunakan tiga parameter berikut:

1.  Faktor risiko kardiovaskular lainnya

Seorang penderita pre-DM biasanya memiliki faktor risiko kardiovaskular lain, seperti hipertensi atau dyslipidemia. Misalnya seseorang dengan pre-DM dan dia juga memiliki penyakit hipertensi. Dengan terapi pre-DM yang diberikan, kita juga diharapkan dapat melihat perbaikan pada kondisi hipertensinya. Seperti penelitian yang dilakukan Diabetes Prevention Program (DPP), perubahan intensif pada gaya hidup dan konsumsi metformin, selain menurunkan kadar gula darah juga terbukti dapat mengendalikan tekanan darah.

2.  Marker dari atherosclerosis

Salah satu tujuan utama pengendalian kadar gula darah adalah mencegah terjadinya komplikasi kardiovaskular, seperti stroke dan serangan jantung, di mana kedua kejadian itu disebabkan oleh atherosclerosis (penumpukan plak lemak pada arteri). Penelitian yang dilakukan TRIPOD (Troglitazone in Prevention of Diabetes) dan STOP-NIDDM (Study to Prevent Non–Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) membuktikan bahwa pemberian troglitazone dan acarbose dapat menurunkan ketebalan arteri carotid intima-media yang disebabkan oleh timbunan plak.

3.  Menurunnya kejadian kardiovaskuler

Penelitian yang dilakukan STOP-NIDDM dan DREAM (Diabetes Reduction Assessment with Ramipril and Rosiglitazone Medication) membuktikan bahwa pemberian acarbose menurunkan risiko terjadinya gagal jantung kongestif sebesar 49% jika dibandingkan dengan pemberian placebo.

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga diri kita dari Diabetes Mellitus?

Jika kita telah terkena pre-DM atau telah terjadi resistensi insulin dalam tubuh kita, mungkin yang dapat kita lakukan adalah mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi yang datang. Kita harus mencari akar dari semua kejadian ini. Eratnya hubungan antara obesitas dan diabetes adalah kunci dari pertanyaan di atas. Obesitas adalah kondisi yang masih sangat dapat kita kendalikan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berapapun kadar gula darah anda, jika anda memiliki berat badan berlebih (apalagi telah masuk kategori obesitas), anda memiliki risiko yang cukup besar untuk terkena DM dan anda harus segera menurunkan berat badan anda. Selain berolahraga, anda juga harus menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, beristirahat cukup, serta mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

 

 

********

Author

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id