Many diseases, apart from afflicting humans, also attack animals. At the time of the COVID-19 outbreak, we especially those who have pets - of course, will wonder: can our pets also catch COVID-19?
Sumber foto: https://www.cityofgp.com/city-services/animals-pets
Pada awalnya, para ahli meyakini bahwa COVID-19 ini tidak dapat bertransmisi ke hewan. Namun kemudian, seekor Harimau Melayu bernama Nadia yang tinggal di Kebun Binatang Bronx, New York City, USA, dilaporkan telah terinfeksi COVID-19. Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) telah mengungkapkan bahwa tes COVID-19 yang dijalani oleh Nadia dan keenam ekor temannya menunjukkan hasil positif. Nadia dan keenam ekor temannya juga bahkan menunjukkan gejala seperti influenza, yang mana menyebabkan pengawasnya menjadi curiga dan melakukan pemeriksaan COVID-19.
Di Hong Kong juga telah dilakukan penelitian terhadap 17 ekor anjing dan 8 ekor kucing yang hidup dengan pasien terkonfirmasi COVID-19. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua ekor anjing menunjukkan hasil positif COVID-19, walau tidak ada gejala apapun yang mereka tunjukkan. Penelitian COVID-19 pada hewan juga pernah dilakukan di Wuhan, di mana dilakukan pemeriksaan antibodi COVID-19 terhadap 102 ekor kucing. Hasil antibodi reaktif COVID-19 ditemukan pada 15 ekor kucing, yang menunjukkan bahwa 15 ekor kucing tersebut pernah terpapar COVID-19. Fakta-fakta tersebut tentunya menjadi bukti bahwa ternyata hewan juga seperti manusia, yakni tidak memiliki kekebalan terhadap SARS-CoV-2.
Jika memang hewan tidak memiliki kekebalan dan dapat terinfeksi COVID-19, tentunya hal ini akan menambah ‘PR’ kita. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji apakah hewan yang terinfeksi COVID-19 dapat menularkan infeksi tersebut ke hewan lain atau manusia. Salah satu penelitian dilakukan dengan menginokulasi alias langsung memaparkan COVID-19 kepada beberapa sample kucing dengan mengusapkan apusan sekret yang mengandung SARS-CoV-2 ke hidung mereka. Setelah itu, dilakukan observasi apakah kucing-kucing tersebut menjadi terinfeksi COVID-19. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sepertiga dari populasi sample pada akhirnya terinfeksi COVID-19. Bahkan, ada dua ekor anak kucing yang meninggal dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa COVID-19 yang terjadi pada hewan juga memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi.
Sumber foto: https://www.uniquelycats.com/myths/myth-12/
Penelitian tersebut dilanjutkan dengan menempatkan sample kucing-kucing baru di dekat kucing-kucing yang telah terinfeksi COVID-19. Hasilnya, sepertiga dari sample kucing baru tersebut turut terinfeksi COVID-19. Hal tersebut membuktikan bahwa transmisi COVID-19 antara hewan-ke-hewan adalah benar adanya.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan pada sample anjing. Berdasarkan penelitian tersebut, porsi populasi anjing yang terinfeksi COVID-19 lebih sedikit dari porsi populasi kucing yang terinfeksi COVID-19 dari penelitian dengan metode yang sama. Namun, belum dijelaskan lebih lanjut apakah ini berarti anjing memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dibandingkan kucing dalam menangkal COVID-19.
Penelitian-penelitian tersebut memang membuktikan bahwa hewan juga dapat terinfeksi COVID-19. Namun, dengan tidak adanya laporan pandemi COVID-19 di lingkungan hewan, hal tersebut sepertinya dapat mengarah kepada hipotesis bahwa hewan masih memiliki kekebalan tubuh terhadap COVID-19 yang lebih baik dibandingkan manusia.
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa hewan dapat menularkan COVID-19 ke manusia. World Health Organization (WHO) juga menyatakan bahwa hingga saat ini, transmisi dari manusia-ke-manusia masih merupakan transmisi utama pada pandemi COVID-19, tidak seperti pada kasus Avian Flu atau MERS di mana motor transmisi utamanya adalah hewan. Sebaliknya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan pernyataan bahwa kemungkinan hewan tertular COVID-19 dari manusia lebih besar dibandingkan kemungkinan manusia tertular COVID-19 dari hewan. Oleh karena itu, jika seseorang yang terkonfirmasi COVID-19 memiliki hewan peliharaan, sebaiknya hewan peliharaannya juga turut melakukan karantina mandiri. Serta, jika hewan peliharaannya tersebut akan mengunjungi fasilitas umum -seperti dokter hewan atau salon hewan-, maka sebaiknya memberikan informasi dan berkoordinasi dahulu dengan penanggung jawab fasilitas umum tersebut agar dapat diambil tindakan pencegahan yang memadai.
Walaupun hewan dikatakan memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dalam menangkal COVID-19, hal tersebut seharusnya tidak dijadikan alasan dari lengahnya pengawasan kita terhadap hewan peliharaan kita. Hewan peliharaan kita masih mungkin terinfeksi COVID-19 dari hewan lain, sehingga sudah sepatutnya kita memberikan pengawasan apabila kita membiarkan hewan peliharaan kita keluar rumah. Selain itu, perhatian kita terhadap kesehatan dan kebersihan hewan peliharaan juga sepatutnya lebih ditingkatkan pada situasi seperti ini. Rajin-rajinlah membersihkan kandangnya, perhatikan kebersihan dan kualitas makanan serta minumannya, serta ingatlah kapan waktunya untuk membawa hewan kesayanganmu ke dokter hewan.
***